25. Sebuah pilihan

157 12 0
                                    

POV Abyan

"By, kita ketemu ya dikantor mu, aku akan datang pas jam makan siang, kita makan bersama" kalimat Tania yang masuk diaplikasi hijau milikku. Tania itu sahabat ku, perusahaan orangtuanya merupakan investor yang menanamkan saham pada perusahaan ayah untuk menggantikan posisi Bu Ajeng yang mundur menginvestasikan sahamnya pada perusahaan ayah. Saat ini Tania yang memegang alih semua aset perusahaan orangtuanya. Dia adalah sahabat sekaligus cinta pertamaku sejak bersekolah, Tania juga mencintaiku karena setiap hari tidak ada satupun kegiatan yang kami lewati tanpa satu sama lain, hubungan kami sangat dekat, malam itu aku dan orang tuaku bermaksud meminang Tania menjadi istri ku, namun aku telat karena malam sebelumnya Shafina sudah bertunangan dengan jodoh pilihan orangtuanya, setelah menikah ia menetap di Singapura bersama suaminya dan aku sama sekali sudah tidak berhubungan dengannya.

Setelah pernikahan Tania aku menata hati untuk melupakan nya, dua tahun aku tidak mencari pasangan hidup karena aku ingin benar-benar menghapuskan cintaku pada Tania sebelum menjalin hubungan serius dengan wanita lain. Benar kan keputusan ku?

Sampai pada akhirnya aku bertemu dengannya setiap hari karena memang kerjasama perusahaan kami, setelah aku menikah dengan Shafina setiap jam makan siang ia akan datang keruangan ku membawa makanan untuk kami makan bersama, saat Tania datang keruangan ku bertepatan dengan jam makan siang, Tania membawa masakan kesukaan ku dan mengajak aku makan siang bersama diruangan sambil bersenda gurau mengingat masa saat kita bersama dulu. Setelah Tania pulang aku baru menyadari bahwa Shafina tidak keruanganku, ternyata dia banyak pekerjaan jadi tidak sempat datang pada saat jam makan siang, akhirnya kecemasan ku tak terjadi, sempat terbersit kekhawatiran jika saat ada Tania tiba-tiba Shafina pun datang, aku bingung dan belum siap mengenalkan Tania sebagai apa, sahabat? Rekan bisnis? Atau Wanita yang pernah aku cintai? Memikirkan itu aku tidak sanggup berkata-kata, aku tidak mau menambah beban pikiran Shafina dengan semua pengakuan ku tentang Tania.

Pulang kerja, ponselku berdering, Tania menelepon meminta untuk ditemani makan disebuah mall, saat ini ia sedang mengandung, aku pikir ini yang dinamakan wanita sedang mengidam maka dengan cepat aku mengiyakan ajakannya. Sebelumnya meminta ijin pada istriku bahwa aku tidak bisa mengantarnya

"Sayang, pulangnya diantar supir ya, mas ada rapat diluar kemungkinan pulang malam, tidak apa-apa kan?"

"Shafina boleh ikut mas?"

"Jangan ya, khawatir kamu lelah, sebaiknya pulang istirahat" aku menolak nya, karena bukan rapat tetapi memenuhi keinginan Tania bertemu dengannya.

"Hmm....tidak usah diantar mas, aku pulang minta jemput kakak saja, sudah lama tidak jalan dengan kakak" baiklah aku lega karena yang akan mengantar  Shafina bukan supir melainkan Syakiel kakaknya.

Saat di mall, Tania meminta ijin menyandarkan kepalanya di bahuku karena ia merasa pusing, ia ingin menghirup wangi parfum ku waktu itu, ngidamnya cukup aneh ku rasa namun aku masih memaklumi dan mengijinkan apa yang Tania inginkan. Usia kandungan Tania saat ini empat bulan, ternyata Tania dan suaminya tidak harmonis, ia sering mendapatkan kekerasan dalam rumah tangga, aku hanya menjadi pendengar untuk Tania, mungkin saja dengan bercerita kepadaku bebannya akan sedikit berkurang.

Selama tiga Minggu Tania sering menghubungiku, bukan hanya masalah pekerjaan tetapi masalah pribadinya, dahulu ia terbiasa menceritakan apapun tentang nya padaku jadi kebiasaan ini tidak membuat ku merasa keberatan, niatku hanya meringankan beban pikiran seorang wanita yang lagi mengandung dan Tania adalah sahabatku, aku tidak menganggap lebih dari itu karena Shafina lah yang bertahta dihatiku saat ini, Tania hanya masa lalu untuk ku.

Pagi itu Tania mengirimkan pesan bahwa perutnya terasa kram dan mengeluarkan darah, aku panik mendengarnya, Khawatir terjadi sesuatu, aku langsung ke apartemennya dan membawa ia kerumah sakit, sebelumnya aku pernah mengantar Tania untuk kontrol kandungan, dokter bilang kandungannya lemah, sebab itulah aku selalu ada untuk membantu meski harus menunggu diapartemennya hingga malam, kami tidak melakukan apapun didalam apartemen kami juga tidak berdua, ada asisten rumah tangga yang menginap. Aku disana memberikan ketenangan dan kenyamanan untuk sahabatku.

Selama menghabiskan waktu dengan Tania sering aku memikirkan Shafina yang kurasa jarang bertemu akhir-akhir ini, Tania selalu meminta bantuanku dan aku tidak bisa menolaknya karena kasihan, untung saja Shafina selalu percaya padaku dengan berbagai alasan ketika pulang larut malam, sebenarnya ada rasa bersalah ketika aku berbohong namun mau bagaimana lagi, aku tidak ingin Shafina berpikir macam-macam tentang aku dan Tania, aku menjaga hatinya, Shafina adalah istri yang sangat aku cintai, wanita tercantik dimataku saat ini.

Saat dirumah sakit aku dikagetkan dengan keberadaan Shafina, ibu dan juga mamah, mereka semua melihat kearah ku dan juga Tania dengan wajah penuh amarah dan kecewa, kesedihan terpancar dari raut wajah Shafina, sungguh ingin sekali aku memeluknya saat itu....

Plakkkk.... Tamparan keras mendarat di pipi ku, untuk pertama kalinya ibu menamparku didepan banyak orang.

"Tega kamu Abyan pada kami, beraninya kamu jalan dengan wanita lain sementara istrimu sedang...." Shafina memegang erat tangan ibu

"Bu, mah , sebaiknya kita pulang" pinta Shafina saat itu.
Tidak banyak yang aku bisa lakukan, hanya memandangi mereka yang mulai berjalan menjauh, melihat Tania yang tampak shock dengan semua yang terjadi aku hanya bisa menenangkannya dan meminta ia melanjutkan pemeriksaan kandungan. Selesai memeriksakan kandungannya, Tania meminta aku mengantarkan ke apartemennya, sesaat sampai ia duduk dengan menundukkan kepala dan berbicara....

"Maaf kan aku Abyan sudah membuat keluarga mu marah termasuk istrimu"

"Jangan dipikirkan semua akan baik-baik saja"

"Asal kamu tahu by, rasa cintaku tidak pernah berubah terhadap mu, aku bergantung padamu dari dulu kita masih sekolah, setelah menikah aku kira cepat atau lambat akan melupakan dirimu, namun aku salah, setelah bertemu denganmu lagi cinta itu semakin besar, aku marah saat mengetahui kamu sudah menikah, egois kah aku by?"

"Suami ku selalu bersikap kasar, dekat dengannya membuat ku selalu dihantui ketakutan, berbeda ketika dekat denganmu, aku bahagia dan merasa nyaman, perhatian dan kasih sayang mu padaku membuat aku tidak bisa hidup tanpa kehadiran mu by" lanjut Tania

"Aku menganggap kamu sebagai sahabat, hatiku sudah digenggam oleh pemiliknya yaitu Shafina istri ku, tolong berhenti lah mencintai ku Tania, salah jika kamu mencintaiku, aku pikir selama ini kamu tidak melibatkan perasaan padaku, kita sudah memiliki keluarga masing-masing"

Terdengar Isak tangis Tania,

"Ku mohon by, jangan tinggalkan aku, selalu berada di sisiku, berjanjilah padaku, aku tidak masalah jika memang hanya kamu anggap sahabat, tapi tetaplah seperti ini by"

"Iya aku janji, jangan terlalu dipikirkan kasihan kandungan mu"

Setelah berbicara dengan Tania, aku pulang untuk menyelesaikan masalahku pada ibu dan Shafina, baru melangkahkan kaki ke tangga aku mendapat kan pukulan dari ayah....

"Apa yang kamu lakukan by? Mengkhianati Shafina demi wanita masa lalu mu, hahhhh??" Tanya ayah dengan emosi

"Yah kita bicarakan nanti, aku ingin menyelesaikan masalah ini dengan Shafina"
Akupun meninggalkan ayah menuju kamar dilantai dua, saat didepan pintu kamar aku melihat istriku sedang melakukan video call dengan mantan calon ibu mertuanya dan juga mantan calon suaminya yang terlihat terbaring lemah dengan semua alat medis yang menempel pada tubuhnya, seketika aku merasa marah, karena Shafina tidak meminta ijin dahulu padaku hingga terjadi perdebatan panjang antara diriku dan Shafina.

"Sekarang aku meminta mu, meninggal kan Tania tidak berkomunikasi maupun bertemu dengannya mulai saat ini" pinta Shafina saat itu, yang jelas aku menolaknya karena aku sudah berjanji pada Tania, mana tega aku membiarkannya sendiri tanpa siapapun keluarganya dan juga tanpa suami dengan kondisi mengandung dan pernikahan yang tidak harmonis.

"Tidak bisa Sha, dia membutuhkan aku saat ini, aku mohon, mengertilah...."

"Baiklah jika itu pilihan mu mas, aku akan menerima dan memahami"

"Terimakasih Sha" Abyan memeluk Shafina
Aku bersyukur saat itu, Shafina mau memahami keadaanku. Aku tertidur memeluk hangat tubuh Shafina dan menyatukan kedua tangannya untuk kugenggam, terasa nyaman, sungguh aku merindukan istri cantikku ini dan aku pun terlelap dalam mimpi.

Namun saat aku terbangun pagi hari, Shafina tidak berada disampingku seperti semalam, aku pikir ia berada didalam kamar mandi, namun setelah aku melihat kamar mandi tidak kutemukan dirinya, kulihat sebuah lipatan kertas di nakas tempat tidur kami, dan ternyata ....

Cinta Untuk Shafina 💕 (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang