BAB 2

12 7 0
                                    

Taalea merebahkan dirinya pada kasur empuk tersebut. Ia memejamkan matanya. Raut wajahnya menampakkan bahwa dirinya begitu sangatlah lelah. Sesekali ia menghembuskan nafasnya dengan kasar. Serta memijit pelan dahinya. Sebuah notif pada ponselnya membuat tangan Taalea mencari benda pipih tersebut pada kantong jaket yang ia pakai.

"Hey, girl. Apa kabar? Kau tahu kami akan bersekolah di tempat mu. Hehehe, aku menyampaikan ini agar kau tak terkejut nantinya. Sampai bertemu disekolah yaaa" begitulah isi pesan tersebut. Taalea hanya mengamatinya dengan wajah datarnya.

Entahlah ia terlalu lelah dan bahkan begitu sangat malas hanya untuk sekedar membalas isi pesan tersebut.

Kruk, krukkk

Perutnya berbunyi dengan keras, Taalea beranjak ke bawah. Tampak ia melihat sosok seorang wanita berparas cantik yang tengah sibuk di daerah kekuasaannya. Wanita itu menoleh dan tersenyum manis saat melihat kedatangan Taalea.

"Hey, sayang. Kau sudah pulang ternyata. Duduklah, bunda akan menyiapkan makan siangmu," ucapnya dengan ramah.

Taalea hanya menurut dan duduk di bangku makan. Sedangkan wanita yang akrab dipanggil bunda itu tengah menyediakan makan siangnya. Taalea menerima perlakuan dari wanita tersebut. Walaupun tanpa ekspresi, disisi lain seorang gadis juga menarik kursi didepannya.

"Selamat siang kak Lea," sapa ramah dari gadis periang tersebut. Membuat bundanya hanya tersenyum manis.

"Hmm, siang," ujarnya seadanya dan menyuapi makanan ke dalam mulutnya.

"Ku dengar kakak pindah ke sekolah ku ya? Kakak kelas apa?" mendengar pertanyaan dari gadis itu membuat Taalea mengurungkan suapannya. Ia melepaskan sendok makanannya dan melihat ke arah gadis didepannya dengan wajah tak bersahabat.

"Nona Emalia Momina Mahveen, apakah kau tidak di ajarkan sopan santun?" gadis yang akrab disapa dengan Emalia tergugu saat mendengar suara intimidasi dari sang kakak. Ia menggerutu dalam hati, lupa bahwa sang kakaknya memiliki segudang peraturan, salah satunya adalah dilarang berbicara saat makan.

"Maafkan aku kak," cicit Emalia.

Taalea memandang datar pada adiknya. Ia membawa piring serta minumnya.

"Aku makan di kamar," ujarnya saat berlalu ke arah bundanya. Taalea menaiki anak tangga satu persatu. Derap langkah kakinya terdengar seimbang.

"Emalia," desis mommynya. Gadis itu menatap wanita itu memohon ampunan. Emalia hanya sangat senang saat mengetahui sang kakak akan sekolah di tempat yang sama dengannya.

***

"Hey, lihatlah pria disana,"

"Dia sangat tampan,"

"Apakah ia sudah memiliki pacar?"

"Owh, aku ingin menjadi pacarnya,"

"Ya,  Tuhan. Betapa indahnya makhluk ciptaanmu ini,"

"Owh, tidak. Pangeranku,"

Mungkin itulah beberapa ucapan yang ia dengar di telinganya. Juna hanya menggeram dengan kesal. Salahkan saja pada adiknya yang kini tengah mengerjainya. Juan dan adiknya itu sangatlah suka mengerjainya. Bahkan, sang adiknya menamakan hukuman ini adalah sebuah ngidam baginya.

Juna melangkah keluar dari restoran Korea tersebut. Adiknya menginginkan makanan dari negeri gingseng dan harus ia yang membelikannya. Jika tak di turuti maka Juna akan menerima resiko berupa penalti ekstrim dari sang adik yang tak berhati itu. Ia tak ingin mengulang kesalahan yang sama.

WHY YOU LOVE ME?  (SLOW UPDATE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang