"Kea sama Ijo dimana?"
"Kea keluakh, Pa. Si Ijo palingan lagi ngebolang." Giliran Ayana yang menjawab.
"Oke! Bintang utama lagi gak disini. Saatnya kita mengatur strategi untuk acara besok!" seru Arthur semangat membawa kedua anaknya masuk ke dalam rumah.
Sebelum memulai diskusinya dengan kedua anak itu, Arthur lebih dulu menjumpai Kinzy. Setelah menunjukkan wajah bahwasanya sudah pulang, si Bapak balik lagi ke anak-anak yang sudah duduk di sofa ruang tengah.
"Papa gak mau mandi dulu?" tanya Ansell ketika melihat Arthur membuka kancing teratas kemejanya, lengan kemeja juga digulung.
"Ntar aja, Bang. Takut orangnya keburu balik."
Ansell pun menganggukkan kepalanya mengerti.
"Kak, Bang, pijetin dong. Abang pijet kaki, Kakak pijet belakang." Arthur menepuk-nepuk kakinya terlebih dahulu kemudian berpindah menepuk punggungnya.
Tanpa berkata apa-apa Ansell pun langsung menuruti permintaan sang ayah.
"Kak?"
"...."
Arthur megeryitkan dahinya melihat tatapan Ayana yang tampak menyiratkan sesuatu. Oh, "Iya, nanti dikasih upah."
"Ehehehe...." Ayana pun bangkit dari duduknya.
"Pa...."
Atensi Arthur beralih pada Ansell.
"Iya, iya, Abang juga dapat."
"Kayaknya Papa bagusan tengkukhap aja deh." Saran Ayana ketika melihat Ansell yang sedikit kesulitan untuk memijat kaki Arthur dengan posisi si Bapak yang duduk.
"Oh, gitu, ya, Kak?" Arthur pun bergerak sesuai saran Ayana.
Setelah Arthur tulungkup, Ayana dan Ansell pun mengambil posisi masing-masing di pinggiran sofa. Lalu memulai gerakan mengais rezeki.
"Nah, mantep! Bang, agak ke kanan, Bang. Yak! Mantep betul!" Arthur malah keasikan dipijatin anak-anak.
"Pa, acakhanya gimana?"
"Oh, iya, hampir lupa. Jadi gini—eh, Kak, yang bahu kanan coba diteken lebih kuat," Arthur menjeda penjelasannya tentang acara Keizo, "nah, iyak, pas! Jadi gini, besok kita bangun jam empat."
"Apa gak kecepetan, Pa?" tanya Ayana.
"Nggaklah, Mama juga biasa bangun jam segitu mulai beres-beres. Toh sekali-sekali demi si Adek."
"Oke," Ayana menyetujui.
"Habis itu kita dekor ruangan. Enaknya ruang tengah apa dapur?"
"Papa mah ngada-ngada mulu, siapa coba yang khayain ulang tahun di dapukh?"
"Ini si Adek contohnya," ucap Arthur santai.
"Di ruang tengah aja deh, Pa." Ini kalau bapak-bapak dibiarin malah semakin menjadi-jadi ntar. Kira-kira begitulah motivasi Ansell untuk kembali membuka suara.
"Nah, iya, khuang tengah aja, Pa. Waktunya 'kan ntakh mepet. Biakh cepat dan sedekhhana di khuang tamu aja."
Arthur mengangguk-anggukkan kepalanya sembari menimbang-nimbang. "Oke! Si Ijo kalo hari minggu 'kan biasa bangun jam enam, jadi buat jaga-jaga, dari jam empat kita kunci aja pintu kamarnya."
"Tapi kamakh Ijo 'kan ada pintu penghubungnya ke kamakh Papa." Kamar si Kembar sewaktu kecil diwariskan turun-temurun kepada adiknya yang paling kecil. Sebelum jatuh ke tangan Keizo juga sudah lebih dulu ditempati Ansell.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jajar Genjang [END]
HumorMiring dah! Miring! 🐥Sequel Bad Boy Is A Good Papa🐥 *** Copyright 2019, Kecoamerahmuda. Publikasi hanya di Wattpad.