Tujuan.

19 1 1
                                    

       Jakarta Barat 11 September 2075..

Nadia sudah lelah. Hampir 4 bulan dia menyusuri kota namun tak menemukan koloninya. Ia tertinggal rombongan, karena serangan Drone-drone yang dikirim Krinn, memaksanya terpisah dari koloni. Bekalnya pun telah menipis dalam perjalanannya, beruntung Ia menemukan makanan di toko-toko yang kosong. Dia terlihat letih dan sesekali beristirahat dan berteduh di bawah tembok bekas gedung yang rusak.

Nadia mempunyai penampilan yang bisa disebut tomboy. Diusianya yang 18 tahun, dia berhasil bertahan. Ia memiliki rambut sebahu warna cokelat keemasan. Celana jeans yang robek-robek di bagian pahannya terlihat cocok dengan kaos hitam bertuliskan Avengers End-Game. Di sisi kanan pinggangnya, tergantung pistol. Dan kakinya memakai sepasang boots berwarna hitam. Semua itu terlihat cocok dengan warna kulit kecokelatannya.

Sedetik kemudian dia tercekat oleh suara di balik reruntuhan saat Ia berjalan. " F*ck!! Krinn!!" Nadia mengambil posisi siap memegang senjatanya. Tapi, dia menurunkan senjatanya setelah melihat sebuah kepala manusia bertopi keluar dari balik runtuhan itu. " oh sh*t maaf, gue kira tadi lu itu Krinn."

Sosok bertopi itu seorang remaja laki laki, usianya seumuran dengan Nadia. Ia memakai kemeja flanel cokelat dan kaos hitam serta sepatu Vans putih-hitam. Mata kecokelatannya, menatap tajam ke Nadia. Membuat suasana menjadi canggung.

Nadia menyimpan pistol ke sarungnya kembali. " Kau terpisah juga hah??"

Laki laki itu terlihat sedikit gugup, Ia melangkah maju, "Begitulah.. gue tertinggal saat koloni gue dikejar Drone tolol itu." Kini dia berada 3 meter di hadapan Nadia.

Nadia menyodorkan tangan. " Nadia, siapa nama lu?"

" Evan, namaku Evan." Evan menjabat tangan Nadia lalu kembali agak mundur." So, bagaimana kau bisa terpisah?"

"Huffh...," Nadia menghela nafas. "..sama kayak lu. Drone-drone sialan itu nyerang koloni gua, alhasil gue terpisah." Nadia sedikit tersenyum, mungkin dia sedikit senang karena sudah 4 bulan terakhir Ia bisa bertemu manusia lain.

Nadia merogoh tasnya, mengeluarkan sebotol air kemudian melemparkannya kepada Evan." Minum! Lu keliatan haus."

"Terima kasih." Evan langsung meneguk air dari botol itu hingga tersisa sedikit.

Nadia bersiap melanjutkan perjalanannya."Well.. arah gue ke Bandung, karena gue udah nyari mereka di Jakarta Barat tapi enggak ada tanda-tanda dari mereka dan satu-satunya peluang gue sekarang adalah Bandung. Gue denger disana ada base pertahanan militer. Gimana sama lu?"

"Arah kita sama. Aku juga menuju kesana." Evan menjukkan peta dari tasnya, melebarkanya di atas kap mobil yang telah usang." Kau mungkin sama sepertiku. Mengelilingi jakarta tapi tidak menemukan tanda-tanda kehidupan." mereka mulai meraba kertas yang menampilkan denah pulau jawa." Mungkin kita hanya harus mengikuti jalan raya. Tapi, akan memakan waktu lama karena berjalan."

" Gimana kalo kita ambil jalan pintas?" Nadia menunjuk sebuah garis kecil di peta.

" Bahaya!! Krinn sudah menguasai daerah itu. Aneh memang bukanya jalan utama yang mereka kuasai tapi malah jalan tikus. Perjalanan ini mungkin memakan waktu 1 setengah minggu."

Mereka pun bersiap, lalu mulai berjalan diantara deretan bangunan dan mobil yang parkir tak beraturan. Beberapa jam berjalan  tak seorang pun yang memulai pembicaraan. Mungkin mereka masih gugup atau canggung setelah sekian lama tak bertemu manusia.

Akhirnya Nadia yang memulai pembicaraan." So... Evan jadi udah berapa lama lu kepisah dari koloni lu?"

" 2 bulan." Jawab Evan. Matanya melirik setiap gedung yang mereka lewati.

" Ouh oke. Mungkin koloni lu belum jauh. Tapi, gua gak tahu dengan nasib koloni gue. udah 4 bulan gue enggak menemuin jejak mereka." Nadia terdengar sedih saat menjelaskan perasaan khawatirnya." Mungkin kita harus ngambil beberapa persediaan di toko sana. Perjalanan kita masih jauh Bandung, apalagi dengan jalan kalo kaki."

Mereka masuk ke sebuah toko. Kemudian menelaah rak-rak makanan. Nadia mengambil 6 bungkus kue Cokelat yang tersisa di raknya dan Evan memasukan botol air mineral dan beberapa roti.

Keduanya lalu melanjutkan perjalanan mereka, dengan membawa persediaan yang dirasa cukup.

Langit yang kini berwarna kelabu menemani mereka di atas sana. Tak ada burung yang berkicau, suasana siang itu seakan tak pasti. Tak panas tapi juga tak dingin.

2 jam beselang...

Bim!,Bim!!..

Sebuah truk berwarna hitam menghentikan langkah mereka. Seorang pria keluar dari sana. Usianya agak lebih muda dari Nadia. Kulit putihnya dibalut jaket sweater hitam dan sepatu boot." Kau!! Kau!! Kolonimu!!" Pria itu menunjuk Nadia.

To be continue...
-------___________-------------_____________-------

Terima kasih sudah mengikuti chapter ini.
siapa pria pengendara truk itu? Dan bagaimana nasib Koloni? Jumlah koloni berkurang, yang artinya kepunahan semakin dekat.

-soni
-survivor

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

INVASIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang