CHAPTER 10 (Karir Yang Bagus)

4.5K 261 35
                                    

Beberapa part kemaren saya edit cerita nya yah. silahkan baca lagi bab kemaren. terima kasih.

****

SETAHUN KEMUDIAN..

Waktu cepat sekali berlalu. Tidak terasa sudah setahun lebih aku bekerja di Rumah Sakit Ananda. Dan sampai sekarang, aku masih belum mendapat kabar tentang suamiku. Aku memang sudah mulai bisa melupakannya. Sakit hatiku yang teramat sangat sudah mulai bisa terobati dengan pekerjaan yang aku cintai saat ini. Setiap hari aku habiskan waktu dengan bekerja dan mengurus anak-anakku. Sehingga nyaris tidak ada waktu untuk memikirkan suamiku dan istri sirinya.

Dan hari ini adalah hari libur sekolah. Gadis sedang asyik menonton televisi di ruang keluarga. Tiba-tiba, Dimas datang menghampiri Gadis.

"Dis, pinjam remotnya dong. Aku mau nonton bola," pinta Dimas ke Gadis.

"Ogah ah! Aku lagi asyik nonton FTV," jawab Gadis sambil menyembunyikan remote tv dibawah bantalnya.

"Kamu pelit banget seh. Gantian dong! Dari tadi kan kamu sudah nonton terus," ujar Dimas lagi.

"Nggak mau," jawab Gadis lagi sambil tetap menyembunyikan remote tv nya.

Kemudian, Dimas berjalan ke arah televisi dan memencet tombol yang ada di depannya. Seketika itu channel tv-nya langsung berubah.

"Ah, kamu resek banget seh, Bang. Nggak bisa lihat aku senang apa?" teriak Gadis lagi.

Tapi, tiba-tiba Gadis dan Dimas langsung terdiam melihat siaran di televisi itu. Mendadak mereka langsung jadi akur dan duduk berdua menyimak siaran televisi tersebut. Kenapa? Karena channel tersebut menyajikan sebuah wawancara seorang arsitek ternama yang tidak lain adalah Papa mereka.

"Siang, Bapak Aldy. Kami ingin mewawancarai anda karena nama anda cukup viral sekarang."

"Hehehe. Mungkin saya jadi terkenal karena pernikahan saya dengan seorang model yang cukup terkenal."

"Tapi, anda juga terkenal karena karya-karya anda loh. Anda seorang arsitektur dan pengusaha hebat juga kan?"

"Semuanya berkat doa istri saya, Rahma."

"Istri?"

Ucap Dimas dan Gadis saling berpandangan. Jawaban Papa itu langsung membuat Dimas dan Gadis jadi shock berat. Mereka saling berpandangan yang menyiratkan kekecewaan serta kemarahan yang amat dalam. Betapa tidak. Ketika Papanya sedang berada di puncak karirnya, Papanya malah tega pergi meninggalkan mereka hanya demi seorang wanita. Apalagi, yang membiayai hidup mereka saat ini adalah Mamanya. Terus, apa Papa tidak pernah ingat dengan keluarganya lagi?

Tiba-tiba aku keluar dari kamar sambil berjalan menuju ruang keluarga tempat Gadis dan Dimas sedang menonton tv.

"Gadis, Dimas. Mama berangkat kerja dulu yah," ujarku kepada Dimas dan Gadis.

Tapi, entah kenapa tiba-tiba Gadis langsung mengganti channel televisinya.

"Kamu nonton apa Gadis? Kamu jangan nonton siaran dewasa yah!" pesanku pada Gadis yang kelihatan agak aneh.

"Ah, enggak kok, Mah. Hanya infotainment aja kok," jawab Gadis agak gugup.

"Oh ya, kalian jangan berantem lagi yah! Sarapan sudah Mama siapkan di meja makan. Mama berangkat dulu. Assalamu'alaikum," pesanku pada anak-anak.

Setelah aku pergi, mereka langsung saling bertatapan lagi.

"Untung cepat kamu ganti channel-nya, Dis," ujar Dimas sambil menghela nafasnya karena lega.

Di Rumah Aja, Pa!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang