Ragu

28 3 0
                                    


Perkuliahan semester tiga sudah berjalan sebulan dan aku masih belum punya waktu pas untuk mengungkapkan perasaanku pada Bang Daru. Entah waktu yang tepat belum ada atau aku yang belum siap, aku pun kabur soal itu. Navya dan Izura selalu mengingatkanku. Navya yang beda fakultas denganku jadi sering mengunjungiku di fakultasku. Aku kok jadi merasa diteror ya sama kedua orang ini?

Aku, Izura dan Navya sedang duduk di kantin kampus. Suasana kantin sepi, aku menatap Izura dan Navya di depanku.

"Aku merasa seperti diteror oleh kalian berdua." ucapku protes. Navya dan Izura saling pandang.

"Kenapa?" ucap Navya menatapku heran.

"Kalian mendesakku terus, aku jadi serba salah." ucapku lesu.

"Kok jadi begitu Pijar, kami nggak mendesak kamu. Kami hanya nggak mau kamu menunda hanya untuk akhirnya tak mengungkapkan perasaanmu." ucap Navya.

"Iya, kami nggak mendesak. Kalau kamu akhirnya nggak ungkapin pun, aku nggak masalah." ucap Izura.

"Kalau aku, tetap mau kamu tepati janji. Janji itu bukan hanya padaku tapi juga padamu, Pijar. Dan pada pohon rindang di sisi lapangan sekolah." ucap Navya berkata pelan. Aku melotot pada Navya, pakai bawa-bawa pohon di sisi lapangan sekolah lagi.

"Kasih aku waktu, aku mau menyiapkan hati." ucapku, Navya mengangguk begitu juga Izura.

                                                                                                  ***

Karena Bang Daru cuti kuliah dua tahun, akhirnya dia mengambil kuliah yang sama dengan mahasiwa semester tiga. Itu membuat kami sering bertemu, walau tak saling sapa. Dia masih sama seperti dulu, diam dan suka membaca. Dia juga tidak berinteraksi dengan teman-teman yang lain kecuali ada tugas kelompok. Beberapa cewek di ruangan kami sepertinya suka memperhatikan Bang Daru dan mencoba mendekatinya tapi tentu saja itu pekerjaan sia-sia. Tak ada respon dari Bang Daru. Berbeda halnya dengan cewek itu, cewek yang mengajak Bang Daru mengobrol waktu itu. Aku sering melihat mereka bersama, apakah cewek itu memang pacar Bang Daru? Aku juga melihat Bang Daru masih berteman dengan teman-teman akrabnya saat SMA yang juga satu kampus dengan kami. Walau beberapa beda jurusan atau fakultas dari kami. Setiap melihatnya di antara teman-temannya aku merasa semakin jauh darinya. Mungkinkah aku dapat menggapainya?

Aku berjalan di koridor kampus, aku memegang makalah yang harus ku kumpulkan hari ini. Izura nggak tahu ada di mana saat ini, mungkin sudah masuk ke dalam ruangan kuliah. Aku berjalan menuju ruangan kuliah, di depanku berjalan berlawanan arah Bang Genta dan Bang Daru... Bang Genta juga seniorku saat SMA, tapi mungkin dia tidak mengenalku. Aku berjalan menunduk... Saat kami berselisih jalan Bang Genta menegurku.

"Kamu..." suaranya membuatku menaikkan wajahku. Dia menatapku, kami berhenti berjalan.

"Kamu kan anak SMA Bandera?" ucapnya, Bang Genta mengingatku.

"Iya, Bang." jawabku sambil mengangguk.

"Kamu kuliah di sini rupanya." ucapnya sambil senyum, aku mengangguk kembali. Kulirik Bang Daru yang sedang melihat makalah di tangannya. Lihat.., dia tidak melihatku...

"Kalau ada kesulitan dikuliah cari kami ya, siapa tahu bisa bantu. Sesama almamater harus kompak." ucapnya ramah aku mengangguk.

"Siapa nama kamu?" tanyanya.

"Pijar, Bang" jawabku.

"Pijar, kamu semester berapa?" tanyanya.

"Semester tiga, Bang." jawabku.

"O.., dua tahun di bawah kami." ucapnya, aku mengangguk.

"Eh, jadi kamu sering ambil kuliah dengan Daru ya." ucap Bang Genta sambil menepuk bahu Bang Daru pelan. Aku mengangguk.

"Dar, ada junior kita satu kelasmu. Kamu ingat kan sama dia?" ucap Bang Genta, mana mungkin dia mengingat aku. Bang Daru mengangkat wajahnya dan melihatku dengan ekspresi datar.

"Nggak ingat? Ini anak kelas X depan kelas kita yang suka melihat ke kelas kita." ucap Bang Genta. Deg.., jantungku berdetak keras. Aku melihat Bang Genta, Bang Genta melihatku. Malunya aku... Tapi dia nggak tahu kan, kalau aku suka melihat Bang Daru? Wajahku memanas... Mudah-mudahan wajahku tidak memerah...

"Nggak ingat ya?" ucap Bang Genta. Kukatakan juga apa, mana mungkin dia ingat.

"Kalau begitu, nih perhatikan wajahnya dengan jelas dan ingat ya. Dia junior kita, kamu punya teman di kelas junior." ucap Bang Genta. Aku tersenyum kecil, wajahku masih terasa panas. Bang Daru melihat wajahku cukup lama lalu kembali melihat ke makalahnya.

"Daru memang begitu, jangan anggap sombong kalau dia diam dan tak tersenyum ya. Dia baik kok." ucap Bang Genta, aku mengangguk.

"Iya, Bang. Aku permisi ke ruang kuliah dulu ya Bang." ucapku, Bang Genta menganggu lalu aku berjalan meninggalkan mereka. Bang Genta tahu kalau aku sering melihat ke arah kelas mereka. Apakah dia tahu kalau aku suka memperhatikan Bang Daru? Mudah-mudahan tidak, aku malu...

                                                                                                    ***

Bersambung...

Sudut HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang