BAB 3

6 2 0
                                    

"Kau pulang?" tanya seseorang saat menaiki anak tangga terakhir yang menghubungkan lantai dasar dan lantai atas.

"Hehehe, kau belum tidur?" tanyanya kembali.

"Huh, bunda sempat menanyakan mu Juan," Juan yang mendengar ucapan dari saudara kembarnya membelalakkan matanya.

"Kau bilang apa?" desak Juan.

"Aku hanya mengatakan mungkin kau sedang berkumpul dengan temanmu,"

"Awalnya memang berkumpul, tapi aku mendengar ada balapan. Ya sudah kami menontonnya," jelas Juan pada Juna.

"Kau yakin, tidak ikutan,"

"Kau curiga sekali, aku memang tidak ikutan. Kau tahu, Aldo kalah dalam pertandingan sengit tadi,"

"Aldo?"

"Iya, Aldo musuh bebuyutan mu,"

"Bukan musuhku,"

"Bukan musuhmu tapi tak senang dengan dirimu,"

"Sudahlah lebih baik kau tidur sana," Juan yang mendengar Juna mengusirnya hanya mencibir saja. Juan berlalu dari hadapan Juna dan memasuki kamarnya. Juna pun juga kembali ke kamarnya setelah mengambil air minumnya saat tak sengaja berpasan dengan Juan tadi.

***

"Owh, hai Juna," sapa ramah Taalea saat menduduki bangkunya. Juna yang tengah membaca sebuah buku antalogi tersebut memutar kepalanya saat melihat Taalea tengah bersantai bermain ponsel. Namun, ada yang aneh pada gadis itu, di kedua tangannya ia memakai sarung tangan berwarna hitam.

"Benar-benar gadis yang aneh," gumam kecil Juna pada batinnya. Juna mengalihkan netranya pada sekumpulan tulisan dalam lembaran buku ditangannya.

Sampai pada akhirnya seorang guru yang terkenal killer memasuki kelas mereka. Semuanya membisu ditempat masing-masing tidak ada yang berani menginstrupsi setiap ocehan yang keluar dari mulut seorang guru tersebut. Roseanna adalah nama guru tersebut, guru pengajar seni budaya itu tak begitu ramah pada muridnya.

Taalea memperhatikan setiap detail saat guru tersebut mengajar mereka, begitu juga dengan Juna yang tengah sibuk memahami setiap pergerakan yang dilakukan oleh gurunya.

"Wah, guru kita ternyata pandai bermain musik ternyata," gumam Taalea sambil menggetuk jarinya diatas bangkunya.

Juna menengok ke arah gadis yang duduk disampingnya. Ia tampak mencari apa yang sedang dipikirkan oleh gadis itu. Nyatanya, ia hanya menikmati sebuah alunan melodi yang mengalun dari gitar yang tengan dimainkan oleh Roseanna.

Roseanna menatap satu persatu muridnya matanya menuju ke arah bangku Taalea dan Juna yang tengah saling menatap satu sama lain. Ia melepaskan gitarnya dan melangkahkan kaki cantiknya ke bangku kedua muridnya. Siswa siswi yang tak ada yang berani berbicara di mata pelajarannya.

"Apakah kalian berpacaran?" suara yang melontarkan pertanyaan diantara mereka begitu terdengar tak bersahabat.

Baik Taalea maupun Juna menolehkan kepalanya ke sosok yang berdiri diujung bangku mereka. Taalea menatap sang gurunya dengan tatapan yang sulit diartikan sedangkan  Juna hanya menatap dengan kemalasan.

"Kalian bisukah?" lagi. Suara itu kembali menusuk saat terdengar ditelinga mereka.

"Apa ibu juga punya pacar?" pertanyaan yang terlalu santai dilontarkan oleh Taalea membuat seluruh orang yang berada di dalam ruangan tersebut menahan nafas mereka dengan begitu kuat. Mereka seolah menutup mata dan telinga agar tak ikut tercampur dalam urusan guru killer yang satu itu. Juna hanya menjadi pendengar setia disana. Roseanna sang guru telah memancarkan aura tanda ingin berperang.

WHY YOU LOVE ME?  (SLOW UPDATE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang