Cerita dengan judul awal KenTa resmi diganti pada tanggal Senin, 17 Mei 2023 dengan judul Kapal Bersuara. Di publiskasikan di aplikasi membaca secara gratis WATTPAD dan aplikasi sosmed INSTAGRAM, TIK TOK dalam versi au!
Selain dua aplikasi tersebut dan selain akun beratas namakan calonpocoucantik dan kyvnart sudah terbukti itu bukan hasil murni. Mari kerjasamanya untuk tidak memplagiat dan jika menemukan cerita versi plagiatnya tolong laporkan ke saya melalui akun di atas.
Cerita dengan tema taruna/i pelayaran siap untuk kalian baca. Selamat menikmati, salam taruna!
Banyak buku tersusun rapi di rak. Wangi khas buku baru langsung menusuk indra penciuman saat kita memasuki ruangan itu. Bagi seorang pencinta buku ruangan dan bangunan ini bagaikan surga untuknya. Itu sangat berlaku untuk dua pemuda pemudi yang baru saja memasuki salah satu gramedia di kota Semarang.
"Udah pernah kesini?" Pertanyaan itu terlontar dari pemuda bernama Hiba kepada lawan bicaranya.
"Belum, soalnya takut kalau cuma masuk tapi ngga beli," jawaban polos itu terdengar di gendang telinga Hiba dengan sangat mulus. Sontak Hiba terkekeh sambil memandang lawan bicaranya bingung.
"Padahal gapapa tau aslinya, terus kalau main kemana?" Untuk mengiringi perjalanan dari parkiran ke dalam gramed, Hiba terus mengajukan pertanyaan kepada remaja yang ada di sebelahnya.
"Aku ngga pernah main, paling seringnya ke rumah Yuro atau ngga Biga," jujur Narel remaja yang ada di sebelah Hiba.
"Main main ke mall pernah ngga?" tanya Hiba lagi.
"Engga abang, Narel itu ngga punya uang kalau mainnya ke mall karna belum kerja," jawab Narel dengan gemas karna dia sudah memberitahu kalau tidak pernah main tapi masih saja ditanyain.
"Ya ngga usah beli apa apa cuma muter muter mall aja gitu," jawab Hiba
"Narel jarang banget keluar rumah, ini Narel bisa keluar karna tadi izinnya sama ibu mau ngerjain makalah di rumahnya Yuro." Memang benar adanya, Narel sedang mengerjakan makalah di rumah Yuro lantas ada pesan muncul dari Hiba yang mengajaknya pergi ke gramedia.
"Terus di rumah engga bosen apa?" Hiba tak habis fikir dengan Narel yang katanya jarang keluar rumah.
"Ya bosen tapi Narel ngga bisa apa apa." Sesudah mengucapkan jawaban itu Narel langsung menuju ke tumpukan buku novel yang terpajang di dekat pintu masuk. Hiba pun melakukan hal yang sama dia menuju ke rak lain yang tersusun buku buku, pastinya buku apa Narel tidak tau karna dia sudah asik dengan dunia novelnya.
Mereka berpencar, asik dengan kumpulan buku di depan mereka. Yang satu asik dengan buku novel hasil terbitan dari aplikasi wattpad yang satu kumpulan buku karangan Paulo Coelho.
Menit hingga menit berlalu, sadar kalau Hiba tidak ada didekat Narel. Narel langsung menengok kanan kiri untuk mencari keberadaan batang hidung Hiba. Tapi masih tidak menemukan, hingga akhirnya Narel meletakan novel yang ia baca dan berjalan memutari rak rak disekitar dia terakhir berdiri. Sudah hampir lima menitan Narel masih belum menemukan keberadaan Hiba.
Mengambil benda pipih berbentuk persegi panjang lantas tanpa pikir panjang Narel langsung mencari kontak Hiba dan menghubunginya. Pesan pertama tidak di balas, telepon yang diajukan Narelpun tidak diangkat oleh Hiba. Narel sudah sedikit panik tetapi dia berusaha tenang dan terus berjalan ke rak yang sedikit jauh. Tak lama muncul sosok Hiba dari rak buku pojok belakang dengan senyuman manis. Melihat sosok itu Narel akhirnya bisa bernafas dengan lega.
"Sini, jangan jauh jauh." Narel hanya bisa mengangguk patuh. Dia lebih takut kalau ditinggalin dan tidak bisa pulang, pasalnya Narel hanya membawa uang pas untuk makan saja.
Tapi bukan Narel namanya kalau betah disuruh diam saja. Dia berjalan ke arah samping tetapi tidak jauh dari posisi Hiba. Narel menemukan novel yang sangat ia sukai namun ia tak berniat membelinya. Untung saja novel itu ada yang sudah terbuka jadi dia manfaatkan untuk membaca isi novel. Novel karya Raden Chedid berjudul Alaia.
"Aku bingung mau beli buku apa," ucap Hiba tiba tiba sudah ada di dekat Narel. Narel hanya merespon dengan gumaman. Hiba tidak heran hanya mendapat jawaban gumaman. Pecinta buku seperti mereka jika sudah memegang buku akan terasa acuh kepada sekitar. Jadi dia berusaha maklum.
"Narel," panggil Hiba berniat iseng.
"Narel aku manggil lho ini," panggilnya sekali lagi saat tak mendapatkan respon dari Narel.
Dengan sangat iseng dia mencubit pipi Narel dan mengambil buku dari tangan Narel.
"Abang apaan sih?! Narel lagi baca itu," ucap Narel pelan menahan kesal.
"Aku dari tadi manggilin kamu lho, kamunya diem aja bagus kaya gitu?" omel Hiba
"Maaf tapi kan Narel lagi baca itu, ceritanya lagi asik tau. Masa itu dia bisa berubah jadi mermaid terus dia bisa ngeluarin berlian saat nangis," cerita Narel melupakan kekesalannya kepada Hiba.
Hiba senang senang saja mendengarkan Narel bercerita. Dia bersikap anteng supaya bisa mendengarkan seksama. Beberapa kali dia juga merubah ekspresinya mengikuti ekspresi Narel saat bercerita. Orang orang yang melewati mereka juga memandang dengan gemas.
"Abang beli apa?" tanya Narel selesai bercerita.
"Ngga tau, belum nemu yang cocok ini mau cari lagi," jawab Hiba.
"Oke deh tapi Narel ngga ikut keliling ya," balas Narel.
"Iya tapi jangan kemana mana biar nanti aku samperin lagi kesini." Melihat Narel mengangguk Hiba langsung pergi menuju rak lain berisi komik. Narel melanjutkan membaca novel berjudul Alaia yang tadi sempet tertunda karna diajak ngobrol Hiba.
Tak butuh waktu lama Hiba sudah mendatanginya. Membawa satu komik yang Narel tak tau judulnya apa.
"Narel mau pulang kapan? aku udah dapet nih bukunya." Mendengar ada yang mengajaknya bicara Narel menengok ke arah sumber suara. Dia tersenyum saat melihat Hiba datang.
"Sekarang juga boleh," ucap Narel kemudian jalan mendahului Hiba.
"Kok novelnya ngga dibawa?" tanya Hiba bingung.
"Narel ngga berniat beli toh Narel juga udah baca versi wattpadnya," jawab Narel tanpa menengok ke arah Hiba. Tanpa disadari Narel, Hiba memgambil novel Alaia serta buku lainnya.
Mereka berdua jalan menuju kasir. Sembari menunggu Hiba antri di kasir Narel melihat buku yang tersusun di dekat meja kasir. Tiba tiba ada pemuda lain yang mendekati Narel. Berperawakan sama tingginya seperti Hiba namun ia tidak mempunyai rambut. Hiba memperhatikan mereka dari antrian kasir. Tatapan kesal ia tunjukan ketika melihat Narel senyum ke pemuda botak itu. Ingin rasanya ia menerobos antrian dan cepat cepat menghampiri mereka. Namun tak mungkin ia melakukannya.
"Samalah kita, kamu nanti jadi Alaianya aku jadi Langitnya cocok ngga tuh." Narel terkekeh mendengar tuturan pemuda tersebut.
"Terus kita berjuang bareng dapetin restu dari alam," gurau Narel. Mereka berdua kembali terkekeh.
"Aku sebagai alamnya tidak akan pernah merestui kalian," ucap Hiba santai disertai senyuman. Bukan senyuman ramah melainkan senyuman seringai. Mereka hanya terkekeh mendengar ucapan Hiba.
"Udah?" tanya Narel memastikan.
"Menurutmu gimana?" sewot Hiba. Narel hanya tersenyum manis. Lalu berpamitan kepada pemuda tadi.
"Padahal udah aku beliin novel tapi malah asik ma yang lain, aku kasihin Yuro atau yang lain aja kali ya," celutuk Hiba meninggalkan Narel di belakang. Narel langsung mengejar Hiba dari belakang sambil mengembangkan senyumnya sangat lebar.
Terima kasih see you next part!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapal Bersuara
Teen FictionOh jadi gini rasanya jadi taruni. Banyak orang berlomba lomba ingin mendapatkan gelar taruna dan taruni. Dan aku menjadi salah satu orang yang berkesempatan mendapatkan gelar tersebut. Bersyukur karna terpaksa. Mungkin itu menggambarkan kami semua...