PART 1

40 1 0
                                    

Cerita ini dimulai bulan Mei tahun 2000, saat peradaban dunia memasuki era millenium baru. 

Nun jauh di Kota Jakarta, seorang anak lahir dari rahim ibu dan ayahnya.  Semua  indah, anak tersebut menghirup nafas kehidupan pertama, kedua orangtua  diselimuti oleh kegembiraan atas kelahiran sang buah hati.

Anak  tersebut tidak menyadari kalau kehidupannya sebenarnya akan berubah untuk selamanya di momen lahirnya dia di dunia.

Anak tersebut adalah aku.

Aku diberi nama Andreas, yang inspirasi namanya berasal dari  salah seorang  murid Yesus. Luar biasa memang inspirasi namaku, sungguh memperlihatkan religiusitas.    

Seperti anak bayi pada biasanya, aku tidak mengerti apa apa. Kata ibunda, aku hanya tertawa, menangis, belajar merangkak, berjalan, sekolah TK, kencing, bab, dan yang seru, selalu menyalakan AC di 16 derajat celcius

" Panas nian boi udara ini , sayang remote air conditioner hanya sampai 16 derajat celcius " 

Kira kira begitu dalam pikiran seorang anak yang masih berusia 3 tahun itu. 

Ketika aku beranjak besar dan belajar geografi, barulah aku menyadari Indonesia adalah negara tropis. 

Aku kecewa karena aku membayangkan bisa bermain salju di benua biru, melihat bunga sakura berguguran di tanah nipon, berdiri di tengah stepa Mongolia, dan berlarian di sabana Afrika melihat panthera leo memamerkan surainya seakan berkata akulah penguasa semua ini. 

 Semuanya  tidak ada disini, kalau menurut para ahli itu disebut -perbedaan biosfer-  tidak usahlah aku ceritakan lebih lanjut, karena sejujurnya aku juga tidak terlalu mengerti , hanya mengetahui kulit luarnya saja. 

Kelahiranku dimaknai secara besar besaran, seperti macam anak Ratu Elizabeth II saja.  Ayahku sampai membelikan mobil untuk memperingati hari lahirnya aku ke dunia. 

Momen kelahiran adalah momen yang sakral dalam peradaban manusia. 

Orang orang rela melakukan hal yang tidak bisa dibayangkan demi sang buah hati,  uang yang tidak biasanya ditabung kini ditabung, yang tadinya susah mendadak senang, yang mau berpikir selingkuh pun tidak jadi . 

Tidak terbayang bagaimana kebahagiaan ayah dan ibu yang mengandung selama 9 bulan  , atau 7 bulan kalau prematur. 

"Akhirnya ya dapet juga anak laki-laki ", kata ayahku dengan gembira.

 Dia mengangkat dan menggendongku  seperti kepunyaannya yang tidak akan dilepasnya seumur hidunya. 

"Iya sayang, anak ini adalah anugerah dari Tuhan buat kita "

"Akhirnya, kita mendapatkan anak, laki laki lagi", ibuku senang sekali 

Suasana kemudian hening sampai ayahku memecahkan suasana dengan kabar bahagia nan gembira untuk memperingati hari lahirku. 

"Aku mau membelikanmu mobil demi anak ini", kata ayahku dengan mata yang berkaca-kaca

"Uang kita aja ga gimana banyak , yakin ?"

"Uang bisa dicari, kebahagiaan atas lahirnya anak hanya sekali seumur hidup"

Kakak perempuanku lahir 3 tahun sebelum aku lahir, masa dimana terjadinya krisis moneter dan kerusuhan.

Tetapi kakak perempuanku bukan anak yang terlahir normal, dia mengidap autisme.

Usianya baru 1 tahun ketika rumahku dilempari botol hingga memecahkan kaca saat terjadinya kerusuhan.

"Woi cina , cina sini keluar "

Teriakan tersebut sudah kenyang dialami keluargaku selama seminggu yang mencekam itu.

Struggle In LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang