Bagian I

26 1 0
                                    

Di kota Yapa muncul makhluk aneh berbentuk seperti kambing. Wujudnya sama dengan manusia normal, hanya pada bagian kepalanya terdapat dua tanduk, yang menurut kebanyakan orang mirip dengan tanduk kambing. Tidak ada yang tau persis dari mana mereka berasal. sampai kini tiga bulan setelah kemunculan mereka, pemerintah masih belum menunjukkan sikap yang jelas.

Beredar kabar mereka datang dengan tujuan untuk menguasai kota dan menjadikan manusia sebagai budak, ada juga yang mengatakan setiap malam mereka menculik anak kecil untuk dijadikan sup. Tapi semua itu belum bisa dibuktikan, yang jelas mereka memang mempunyai keistimewaan, mereka tidak membutuhkan tidur.

Kurang lebih begitulah informasi yang aku dapatkan dari artikel yang ditulis oleh seorang bernama Bandi. Seminggu yang lalu aku membuat janji untuk bertemu dengannya dan sekarang aku sedang menuju ke ke kota itu dengan seseorang yang mungkin umurnya sudah lebih dari empat puluh tahun dan sepasang kekasih yang juga sama-sama tidak aku tahu siapa namanya. Pemberhentian demi pemberhentian telah lewat, suasana gerbong berubah menjadi sepi, sesekali terdengar sayup-sayup suara orang tertawa. Kini kereta tua berwarna hijau penuh karat ini pun semakin terasa seperti ular pohon yang lapar.

Kereta berhenti dipemberhentian terakhir. Para penumpang mulai keluar dari kereta. Seorang penumpang tanpa sengaja kulihat sedang memasukan koper kedalam toilet. Ketika akan turun ia melihat kearahku, aku merasa hal buruk akan terjadi. Aku memberi tau petugas stasiun tentang koper itu, tak lama kemudian polisi datang. Dan hal buruk itu benar-benar terjadi, didalam koper orang yang berpakaian serba hitam tadi, ditemukan mayat seorang perempuan.

Ketika menuju hotel Bandi memberitahuku "Ini akan menjadi berita besar!. Semalam, terjadi penculikan terhadap istri Gubernur dan mayat yang kau lihat tadi, mungkin saja istri Gubernur korup itu" Katanya. Aku hanya diam, tak tau harus bicara apa.

"Kau belum membaca berita pagi ini? Ah! Ya! Ngomong- ngomong bagaimana perjalananmu?" katanya. Baik kataku sebelum ada kejadian tadi dan Bandi pun tertawa.

"Nanti malam, aku akan membawamu bertemu dengan manusia setengah kambing itu, dia temanku" "Langsung malam ini Ban? Baiklah, Terima Kasih atas bantuanmu" Kataku. "Aku yang seharusnya bilang begitu, karena kau mau datang kemari, di kota yang brengsek ini" Kata pria bergaya rambut bintang film jadul itu.

Bandi pun menyalakan rokoknya lalu melanjutkan bicaranya "Semenjak kedatangan manusia setengah kambing di kota ini, banyak orang mengungsi keluar kota. Aku paham dengan kekhawatiran mereka tapi yang tak habis pikir di beberapa wilayah terjadi aksi pembersihan yang dilakukan segerombolan orang tak dikenal "

***

Kawasan pecinan itu begitu merah, kepulan asap bakpao menyambut kami, terdengar suara si penjual obat berteriak-teriak menawarkan dagangnya, aroma masakan babi yang menyengat dari sebuah kedai membawa kami masuk kedalamnya. Di sana kami bertemu dia, Sarah namanya. Sarah memesan jiaozi, makanan sejenis siomay, terbuat dari udang, aku dan Bandi memesan menu yang sama, juga memesan dua porsi babi goreng sebagai tambahannya.

Kami berkenalan dan tak kusangka ia yang justru memulai lebih dulu "Kata Bandi kau ingin tau banyak hal tentang kami, boleh aku tau kenapa?" katanya. "Karena aku ingin menulisnya dalam sebuah cerita, ya.. kata orang aku penulis". "Sungguh mengesankan" Kata Sarah dan kami semua pun tertawa. Aku bertanya apa alasan dia sampai memutuskan datang dan tinggal di kota ini. Sarah menjelaskan bahwa suatu malam segerombolan orang berjubah mengacaukan tempat tinggalnya, Ia kemudian datang ke kota ini bersama keluarganya.

Kemudian Sarah memberitahuku "Kakakku sebentar lagi datang, kau bisa bertanya lebih jauh padanya". Beberapa saat kemudian dari kejauhan kakak Sarah menghampiri kami, Sarah melambaikan tangan. Semakin dekat ia, semakin aku merasa mengenali wajahnya, tidak salah lagi. "Halo Ban, apa kabar?" mereka pun bersalaman. Kemudian ia menyalami aku "Kita pernah bertemu? di stasiun?" Katanya. Badanku menjadi kaku, sulit rasanya untuk menjawab pertanyaannya. Bandi dan Sarah pun terlihat bingung melihat kami berdua.

"Kakak sudah pernah bertemu Tama?"
"Oh! Namanya Tama, iya tadi bertemu di Stasiun, aku tidak salah kan? Tama?"

Bandi menawarinya untuk memesan makanan, ia masih saja terus melihat kearahku, aku akan dibunuhnya pikirku. "Duduklah!" Kata Bandi. Tanpa berkata apa-apa kakak Sarah itu langsung pergi begitu saja, Sarah menyuruh kami pulang lalu ia menyusul kakaknya dan kami pun menuruti apa kata Sarah.

Di jendela kamar hotel Robi merokok "Jadi dia pelakunya?" "Iya, kalau penglihatanku tidak salah, memang dia orangnya " Kataku.

Seseorang mengetuk pintu kamar, "Biar aku saja" Kata Bandi sambil pergi ke arah pintu.

"Malik! Sedang apa kau disini? Kau mengikuti kami?" Kata Bandi. Malik tidak menjawabnya, ia terus berjalan perlahan kearahku, Bandi yang ada dibelakangnya tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menendangnya hingga membuat Malik jatuh tersungkur. Bandi kemudian memintaku untuk lari. "Dasar penghianat!!" kata Malik. Dengan pikiran kacau aku pun turun ke lobi hotel untuk meminta bantuan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Manusia Setengah KambingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang