"Hi princess."
CUP.
Jaemin mengecup pucuk kepala Jiae sebelum menarik kursi untuk menikmati sarapan. Anak perempuan itu mengangguk manis.
"Eoh? Sehun hyeong? Kalian tidak berangkat bersama?" Jaemin menuang susu nabati ke mangkuk berisi serealnya.
Suzy mengangguk. "Dia baru saja bangun, seperti tak tahu saja." Suzy menjawab tanpa mengalihkan tatapannya dari layar ponsel.
Yoona hanya terkekeh. "Kenapa kalian tidak berpacaran saja sih?" Sungguh, Yoona itu sangat gemas dengan hubungan Sehun dan Suzy.
Suzh memutar kedua bola matanya. "Aku dan Sehun hanya bersahabat eonni. Sungguh, Sehun saja terus bergonta-ganti pasangan." Decak Suzy.
Siwon mendesis. "Itu karena kau saja yang tak peka." Cibir kakaknya itu.
Jaemin dan Jiae hanya menjadi pendengar. Pembicaraan ini sudah kerap ia dengar saat Sehun menginap di rumah mereka.
"Mwoya...aku tidak peka? Wahhh...na jincaro."
Sehun baru saja menuruni tangga. "Aku tebak, hyeong dan nuna pasti membicarakan soal aku dan gadis ini kan?"
Siwon mendesis. "Tidak. Kami membicarakan soal kebodohanmu yang tidak segera mengikat Suzy setelah tahu dia sendirian."
Sehun mengerucutkan bibirnya. "Kasar sekalii...., Aigoo~ lihat, mereka terus saja mau menjodohkan kita, bagaimana kalau kita menikah saja?" Sehun menarik kursi di samping Suzy.
"Ya. Setelah aku mengganti otakmu dengan otak lumba-lumba."
Lalu tawa Jiae pecah. "Otak lumba-lumba? Eonni, tidak ada yang lebih kecil?" Kikiknya.
"Otak udang saja." Tambah Jaemin.
Siwon dan Yoona hanya saling pandang. Tahu apa yang akan terjadi setelahnya.
"YA! Kalian mau aku masukkan kembali ke perut ibu kalian?!"
"Masukkan saja, biar aku bisa membuatnya lagi." Siwon mengerling ke arah istrinya.
"Aish...mulut ini. Ayo anak-anak, berangkat sebelum terlambat." Yoona memcubit mulut Siwon, membuat pria itu meringis kesakitan, sekaligus mendapat gelak tawa dari Suzy dan Sehun.
--"Tolong selamatkan putraku."
Perawat Min mengangguk paham, lalu membawa pria paruh baya itu untuk duduk di kursi tunggu. Berusaha menenangkannya.
"Kami harus melakukan tes lebih dulu, hasilnya minimal atau harus melebihi 28, jadi transplantasi bisa segera dilakukan."
"HANYA LAKUKAN OPERASINYA SAJA! KENAPA SULIT SEKALI! AKU BISA MEMBAYARNYA! MEMBELI RUMAH SAKIT INI PUN AKU BISA!" Pria itu kini terlihat begitu emosi.
"Tuan...ini sudah prosedurnya. Tes itu bertujuan untuk melihat pada tingkatan mana kondisi pasien."
"Jadi kau pikir putraku tidak dalam kondisi buruk?! BEGITU?! YA! BAWA AKU PADA DIREKTUR RUMAH SAKIT INI!"
Seulgi yang sejak tadi memperhatikan keduanya, segera menghampiri sembari membawa segelas kopi yang baru saja ia beli.
"Dokter Kang." Perawat Min membungkuk sopan.
Seulgi membalas sembari tersenyum lalu ganti membungkuk, menyapa pria di hadapannya.
"Anyeonghaseyo. Maaf karena membuat anda tidak nyaman." Seulgi memberikan segelas kopi yang terlihat masih beruap pada pria di depannya sembari memintanya untuk duduk. "Akan lebih baik kalau anda meminumnya dulu."
Perawat Min tersenyum kecil.
"Bukankah lebih baik?" Seulgi kembali tersenyum.
Pria itu hanya berdehem pelan.
"Operasi ginjal tidak bisa langsung dilakukan. Walaupun hasil tesnya bisa saja langsung menunjukkan angka 28, tapi kami tetap harus mencari pendonor yang sesuai dengan kondisi pasien."
"Aku ayahnya! Tentu saja cocok." Pria itu bersikeras.
Seulgi menatap sekilas perawat Min. "Sesuai aturannya, donor ginjal lebih baik dilakukan oleh usia yang sama dan tidak memiliki kadar lemak tinggi." Seulgi berusaha menjelaskan secara sopan.
Pria itu terkekeh. "Lalu kalian akan membiarkan putraku pergi begitu saja?"
Seulgi menggeleng. "Bukan begitu, hanya saja, kami bekerja sesuai prosedur, masih ada beberapa pasien yang sebelumnya telah mengantri donor ginjal. Donor ginjal sebenarnya tak memiliki batasan umur, hanya saja, di usia lanjut, mungkin kandungan lemak yang dimiliki lebih besar, sehingga kinerja ginjalnya juga lebih berat."
Pria itu terdiam sejenak. "Jadi menurutmu aku memiliki banyak lemak?"
"Tuan-"
"Aku akan mendonorkan ginjalku untuk putraku. Jadi kapan operasinya bisa dilakukan?" Pria itu kini berdiri, membuat Seulgi terkejut dan ikut berdiri.
"Aku akan mengecek jadwal operasiku dulu, mungkin minggu depan aku bisa melaksanakan operasi. Tapi..melakukan transplantasi ginjal dengan kondisi seperti ini akan sangat beresiko. Lemak dalam tubuh anda mungkin saja bisa tinggi."
"Aku akan mendonorkan ginjalku."
"Anda harus menurunkan berat badan dan mengurangi persentase lemak."
"Baiklah. Minggu depan." Pria itu berbalik lalu memberikan gelas kopi pada perawat Min.
Seulgi hanya tersenyum kecil.
"Astaga...." perawat Min menggerutu pelan, membuat Seulgi terkekeh lalu berjalan ke arah lorong menuju lift.
--"Hah...kau belum pesan makanan?" Seulgi melepas jas dokternya dan melemparnya di sofa ruangan Suzy.
"Hmm? Ajik. Waeyo?" Gadis itu melirik sekilas, lalu kembali fokus ke layar monitornya.
"Kau membaca jurnal?!"
Suzy mengalihkan tatapannya dari layar monitor, mengangguk.
"Wahh....yeoksi, kau lebih memilih membaca itu dibandingkan memeriksa pasien tampan itu".
Suzy terdiam sejenak, lalu melirik jam tangannya yang berwarna rosegold. "Ya! Aishh....kenapa aku bisa lupa! Ya, pesankan aku seollongtang, heum? Na kanda." Suzy segera menyambar jas dokternya lalu keluar ruangan dengan tergesa. Baekhyun yang baru saja akan masuk ruangan gadis itu terlihat terkejut, untung saja ponsel di tangannya tidak terjatuh.
"Eoh?! Oppa...hehe." kekeh Suzy begitu melihat Baekhyun melotot.
"Ya! Anmeoggo?!" Baekhyun setengah berteriak.
"Seollongtang!" Suzy melambaikan tangannya.
Baekhyun mencibir. "Kebiasaan sekali." Namja itu lalu masuk ke ruangan Suzy dan duduk di samping Seulgi.
"Suzy pesan seollongtang." Ucap Baekhyun.
"Eoh. Dia sudah bilang. Dia lupa kalau harus memeriksa pasien tampan itu."
Baekhyun terdiam. "Jung Jaehyun maksudmu?"
"Geurom...memangnya ada yang lain?" Cibir Seulgi.
"Hya neo jinca?!"
Seulgi memutar kedua bola matanya. "Aishh...wae~, lagipula hanya memeriksa, kenapa oppa berlebihan sekali..." kesal gadis itu.
"Kau juga akan kesal kalau tau Jaehyun adalah pacar dari wanita rubah itu."
"MWORAGU?!"
Baekhyun mencibir. "Lihat, siapa sekarang yang berlebihan..."
BRAK!
Sehun tiba- tiba membuka pintu ruangan secara kasar. "Dengar. Sepertinya akan ada perang dunia ketiga." Sehun mengambil posisi diantara Seulgi dan Baekhyun.
"Wae?" Ucap Seulgi dan Baekhyun bersamaan.
"Aku melihat wanita rubah itu memasuki ruangan Jaehyun bersama Suzy."
"Buruk sekali." Baekhyun menggeleng.
"Lebih baik kita cepat memesan makanan, jadi kita bisa melihat bagian intinya nanti. Ya, kita mau pesan apa?" Seulgi sibuk memilih makanan.
"Hya, tapi kenapa wanita itu ke ruangan Jaehyun?" Sehun menatap bergantian Seulgi dan Baekhyun.
"Aishh...anak ini. Itu artinya mereka ada hubungan, begitu saja tidak tahu."
Sehun mendengus. "Maksudku hubungan seperti apa hyeong....kau tidak membantu sama sekali."
Seulgi tak mempedulikan keduanya, sibuk memilih makanan.
"Kau sering mendekati wanita, tapi begitu saja tidak tahu. Menurutmu kalau ada wanita yang menjengukmu ke rumah sakit dan masuk ke kamarmu tanpa sungkan, hubungan macam apa itu? Hum?"
Sehun terdiam. "Yeochin?"
"Geurom~."
"Hah! Oh My God!" Sehun memekik tertahan, membuat Baekhyun menatapnya geli.
"Hentikan membuat ekspresi seperti itu, kau terlihat seperti banci."
"Aku pesan jjajjangmyeon saja."
"Tambahkan jjokbal." Sehun.
"Aku naengmyeon." Baekhyun tersenyum lebar.
"Arasseo. Eoh? Suho oppa?"
Sehun mengedikkan bahu, "Mungkin dia pulang. Irene nuna pasti membuatkan makan siang."
"Aniya. Mereka mau bercerai, jadi siapa yang akan- eoh..yaishh..."
"Mwo? Bercerai?" Seulgi menatap Baekhyun terkejut.
"Bercerai? Solma....yang waktu itu aku lihat benar Irene nuna?"
"Aish...mulut ini.." Baekhyun memukul mulutnya pelan.TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Emergency
FanfikceChoi Suzy, dokter bedah muda yang gagal bertunangan, namun justru dipertemukan dengan seorang pengusaha muda yang tidak sadar jika dijadikan selingkuhan wanita yang merebut calon tunangannya. "Dokter, bukankah wanita itu yang kemarin datang dengan...