#3. Anggota OKSS

137 10 8
                                    

Setelah proses belajar mengajar selesai, secepat mungkin fajar berlari menuju meja belajarku. Karena kesel diapun langsung menggeplak kepala saya tanpa prasaan sedikitpun.

Geplaaaaaak.. Bunyi kepala yg kopong ini.

" woy kenapa kau menggeplakku! "
" kenapa kau mengadu tadi, kampret! " bentaknya sangat kesal.
" jadi maksudmu, aku tak boleh membalas perbuatanmu sebelumnya!kau juga mengadukanku pada bu sarakan! "
" tapi waktu itu kita berdua kenak hukum bersama-sama! "
" aaah! Jadi maksudmu aku harus kenak hukum juga... "

Ketika mereka sedang meributkan hal sepele itu, masuklah seorang wanita yg berparas cantik, dan perawakannya terlihat sempurna. Para murid lainnya terlihat sangat menghormati wanita itu, tapi tidak dengan zen dan fajar. Sedikitpun kedua pria ini, tidak menoleh kepada wanita tersebut.

Didepan kelas wanita itu berdiri bersama dengan para fensnya menatap kearah kedua orang yg ada dibelakang sana. Karena merasa tidak dihargai, wanita tersebut menembakkan bola sihir api dengan ukuran luasnya sekitar 1 meter.

" eh? " kaget semua orang melihatnya.

Ketika bola api itu hampir mendekati mereka, tiba-tiba sihir pelindung milik zen, yg berbentuk portal sihir muncul dan melahap bola api itu, dan menghilang dalam sekejap mata.

" apa itu tadi? " tanya fajar sangat bingung.
" entahlah, sepertinya wanita yg berdiri disana yg menyerang kita. " sebutku dengan polosnya.

Wanita berambut hitam, bermata merah itu sangat terkejut melihatnya. Kau kenapa tiba-tiba menyerang kami, ahh?! Ungkap fajar sangat kesal.

" apa kau melihat yg barusan itu? "
" hmm, itukan portal sihir. "
" sihir kelas atas, tidak sembarang orang bisa menggunakan sihir tersebut. " ucap siswa lain sangat terkejut melihatnya.

Dari depan kelas, wanita cantik itu bertanya dengan sikap setenang mungkin. Siapa yg menggunakan portal sihir barusan. Namun tidak ada diantara kami semua yg mengakuinya, diam adalah jalan terbaik untuk saat ini, ucapku didalam hati.

Lalu sejenak aku menghadapkan wajahku pada wanita itu, bertanya mengapa dia tiba-tiba menyerang bola sihir api itu? Dengan sikap tegas wanita tersebut menjawab.

" karena aku adalah anggota organisasi keamanan sekolah sihir, aku harus mendisiplinkan siswa seperti kalian ini. "
" sebelum itu, aku juga mau bertanya kepadamu. Apakah anggota keamanan sepertimu, bebas menyerang kami seperti barusan? " tegasku menatapnya sinis.
" aku tidak menyerang, aku hanya mendisiplinkan kaum rakyat biasa sepertimu ini. "

Kata-kata wanita ini benar-benar sedikit membuatku kesal, sekali lagi aku bertanya kepadanya dengan tegasnya. Apa kau pikir, kau sang kebenaran? Barusan kau berkata mengenai mendisplinkanku, yakan?

" aku tidak berkata jika aku ini sang kebenaran, aku berkata mendisiplinkan itu. Supaya kau, kaum rakyat biasa tidak melakukan hal seenaknya disekolah ini. "
" hmm, begitu yah.. "

Lalu dengan sihir menghilang aku menampakkan diriku, dan tiba-tiba muncul dihadapan wanita itu. Wajah kami hanya berjarak sekitar 10cm, ia tampak sangat gugup sekali, karena aku yg tiba-tiba muncul dihadapannya seperti ini.

" ah? Sihir itukan! "
" sama seperti sihir bu sara! "
" tidak mungkin? "

Semua orang kaget melihat kebenaran yg terjadi barusan, dan tidak hanya siswa lainnya. Didalam hati fajar, ia bertanya sebenarnya siapa kau ini zen?

" apa kau ingin melihat ketidak disiplinan dunia ini, hmm? " tanyaku menatapnya sangat serius.
" ah! Untuk apa aku melihat hal seperti itu?! " ucapnya sambil menahan grogi ini.
" tapi, tadi kau berkata untuk mendisiplinkan kaum rakyat sepertiku ini. Bagaimana jika aku menunjukkan ketidak disiplinan dari kaum bangsawan, apa kau tertarik? "

Wajahnya semakin memerah, jantungnya terus memompa sangat cepat. Mungkin dikarenakan, baru kali ini ada pria yg berbicara dengannyan, pada jarak sedekat ini. Lalu para fens wanita tersebut membentak zen sangat keras.

" woy kaum rakyat biasa, apa yg kau lakukan pada nona Nova! "
" dasar kaum tidak sopan! "
" kau pikir kau ini siapa?! "

Bukannya zen yg membalas ucapan mereka itu, melainkan Nova sendiri yg membalas perkataan mereka. Kalian diamlah, ini bukan urusan kalian! Bentaknya sangat keras.

Mendengar ucapan wanita tersebut, akupun kembali ketempat dudukku, perlahan berjalan meninggalkannya sambil berkata setenang mungkin, kepada wanita yg bernama Nova itu.

" jika kau setuju dengan kata-kataku barusan, datanglah lagi besok. Oiya namaku adalah Zen. Salam kenal yah, tuan putri. " senyumku berbalik menatap kearahnya sekali lagi.
" hmm.. " langkahnya pergi meninggalkan ruang kelas 3-A.

Dengan prasaan kalang kabut, Nova bergumam sangat kesalnya. Ia juga membentak para fensnya itu, dan berteriak supaya jangan mendekatinya sekarang.

" apa-apaan cowok itu, berani sekali dia berbicara padaku dengan jarak sedekat itu. Dasar menyebalkan! "

Keadaan didalam kelas 3-A saat ini.

" zen, kau hebat sekali berani berkata seperti itu kepada salah satu anggota keamanan sekolah ini. " ungkapnya telihat senang.
" tidak jar, itu bukanlah hal yg patut untuk dibanggakan. " Sebutku dengan kepala yg menunduk kekolong meja.

Sambil berfikir didalam hati, Aku sedikit penasaran pada wanita itu. Ekspresi apa yg akan dia tunjukkan setelah ini?

" zen, zen.. Apa yg kau pikirkan? "
" eh, tidak ada kok. Hhehe.. "
" hmm, apa jangan-jangan kau- "

Belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya itu, dengan cepat ku tonjok wajahnya tanpa prasaan sedikitpun.

Puuuuukk... Satu pukulan mendarat di pipi kanan Fajar seketika itu.

" woy kampret! Kenapa kau menonjokku! " teriaknya sangat kesal.
" sorry bro, ada nyamuk diwajahmu barusan. " balasku dengan wajah yg tidak bersalah sedikitpun.

Mendengar kata-kataku barusan, dengan cepat Fajar membalas. Buset serangannya ada demagenya juga. Sampai-sampai membuat memar dipipi kiri ini.

" nice bro! " mengacungkan jari jempolkan padanya.
" sesama teman harus merasakan hal sama, jika aku kesakitan kau juga harus merasakannya. Paham! " ungkapnya sangat kesal.

Dua sosok yg sedang memikirkan hal yg sama, yg satu melihat kebenaran dengan satu arah atau melihat dari sisinya sendiri, dan yg satunya lagi melihat kebenaran dengan cara yg berbeda, cara yg memandang kebenaran hanya satu kesalahan yg dianggap baik oleh para penyihir didunia ini.

Waktu terus berganti, mengantar siang menuju malam. Nova menatap kelangit yg luas itu, dari jendela kamarnya saat ini, dalam benaknya sekarang tentang laki-laki yg bernama zen itu. Wajahnya memerah membayangkan jarak sewaktu mereka berbicara cukup dekat, didalam kelas 3-A tadi pagi. Nova tak bisa membantah prasaan apa yg sedang ia rasakan, karena sebelumnya ia tak pernah merasakan hal seperti ini.

Dibawah rembulan seorang gadis penyihir yg bernama Nova, sedang menggerutu pada pikirannya sendiri. Lalu diambilnya bantal putih, yg ada dikasur lebutnya itu, ia berteriak sekeras mungkin dengan bantal yg menutup mulutnya supaya teriakkannya, tidak kedengaran oleh orang lain.

" kenapa aku memikirkan dia terus sih! Teriaknya sangat kesal.

SPP (Sekolah Para Penyihir)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang