(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA)
"Gue gak bakalan pernah putus sama, Sinta"
-Ramayana Gaveilo Rafaela-
#
Ini kisah seorang Ramayana Rafaela yang playboy, angkuh, dan sombong. Mempunyai banyak kekasih yang tersebar di seluruh pelosok negara Indonesia...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🌹H A P P Y R E A D I N G🌹
Sinta membuka matanya dan mengerjap ngerjapkannya, sinar matahari yang masuk melalui celah gorden membuat Sinta terbangun.
Sinta bangun dengan keadaan tidur yang tengkurap, ia merasakan sesuatu yang menindih punggungnya.
Sinta melihat ke arah Rama yang masih memejamkan matanya seraya memeluk punggungnya, Sinta tersenyum menatap Rama, sebelah tangannya terulur untuk mengelus rambut tebal Rama, ia mencium pelipis Rama cukup lama.
Pikirannya kembali mengingat kejadian semalam, dimana Rama melakukan hal itu kepadanya dengan cukup kasar dan tidak membiarkan dirinya beristirahat walaupun hanya semenit.
Sinta tidak tau apa yang terjadi kepada Rama, lelaki itu terus mengatakan bahwa Sinta hanyalah miliknya.
Sinta menyentuh sebelah bahu Rama dan mengecupnya, sebelah kakinya menyentuh kaki Rama yang ternyata sudah memakai celananya, sedangkan dirinya tidak memakai sehelai benang pun.
Dirinya menjadi gelisah, apa Rama akan mengingat kejadian semalam atau tidak?
Sinta turun dari ranjang dengan selimut yang melilit di tubuhnya yang telanjang, kakinya melangkah menuju walkin closet dan keluar memakai long dress warna biru soft.
Sinta keluar dari kamar setelah kembali menyelimuti tubuh Rama.
Sinta berjalan dengan pikirannya yang masih tertuju kepada Rama, ia memikirkan apakah Rama akan mengingat kejadian semalam atau sebaliknya.
Sinta meringis ketika telapak kakinya mengijak sesuatu yang tajam, sebuah pecahan beling menamcap di sebelah telapak kakinya hingga mengeluarkan banyak darah.
Pecahan itu berasal dari botol kaca vodka yang kemarin Rama lempar ke lantai.
Sinta berjalan ke arah sofa dengan sebelah kakinya yang setengah terangkat, ia duduk di atas sofa dan mencoba untuk mencabut beling yang masih menacap dengan sempurna di telapak kakinya.
Sinta meringis dan masih mencoba untuk mencabutnya walaupun terasa sangat sakit.
Sebuah tangan besar terulur untuk membantunya, Rama berjongkok dan memegang sebelah kaki Sinta yang terluka.
