Ada yang menunggu cerita ini?
Udah siap buat baca Sweet Dimas? 😆 Aku yakin sih kalian enggak siap 🦁 jadi jangan lupa untuk vote, komen, dan kasih tau temen-teman yang lain untuk ikut baca🌼
Happy reading 😆😆
Dengan keyakinan penuh, dan semangat dari Tita dan yang lainya. Nabila akhirnya memberanikan diri untuk melihat Dimas, dengan alasan mengantarkan makan.
Nabila masih berdiri dibalik pintu putih yang tertutup rapat didepannya. Ia masih memikirkan jawaban jika nanti Dimas mempertanyakan keberadaannya disini, apa lagi mengingat ini masih jam sekolah. Tidak mungkin kan Nabila berkata ia bolos hanya untuk menjenguk dirinya, ya walaupun itu alasan sebenarnya.
"Masih enggak berani?"
Suara cowok dari arah belakang membuat Nabila terkejut. Gadis itu kemudian berbalik untuk melihat sang pemilik suara.
Adit berdiri tak jauh dari posisi Nabila sekarang. Cowok itu sudah berganti pakaian santai.
Nabila menggeleng memberi jawaban.
"Ayo, gue temenin." Ujar Adit.
Akhirnya Nabila bisa sedikit bernafas lega. Setidaknya ia tidak sendiri dan berdua didalam sana nanti.
Adit membuka pintu kamar tamu, dan hal pertama yang dilihatnya adalah sosok seseorang tengah tergeletak tak berada diatas kasur.
Nabila tertengun ia bisa mencium bau kas obat saat kamar itu dibuka. Ia menatap nanar kearah seseorang yang terbaring tak berdaya diatas kasur putih itu.
"Gue tunggu disini." Ujar Adit. Cowok itu sengaja memberi ruang.
"Tapi-
"Pintunya dibuka bil, kalau dia ngamuk elo bisa langsung lari keluar." Ujar Adit di selingi kekehan.
Dengan langkah hati hati Nabila mendekat kearah ranjang putih itu. Semakin dekat dengan ranjang semakin berdetak cepat jantungnya.
Nabila meletakan nampan berisi bubur dan air putih itu diatas nakas, hal itu menimbulkan sedikit bunyi antara nampan dengan meja yang bersentuhan.
Seseorang yang tengah tertidur di atas ranjang itu mulai sedikit terganggu. Ia jelas memiliki Indra pendengaran tajam sehingga dalam kondisi tidur pun ia bisa mendengar suara yang bahkan nyaris tidak bisa didengar.
Perlahan mata itu muai bergerak hingga beberapa menit terbuka. Buram, itu yang saat ini Dimas rasakan. Mungkin mual dan sakit di dadanya sudah mereda, tapi pusing dan lemas masih ia rasakan.
Hal yang pertama ia tangkap adalah aroma parfum. Bunga melati bercampur jeruk. Padahal beberapa jam yang lalu ruangan ini masih berbau obat obatan.
"Maaf."
Begitu suara lembut itu terdengar, mata Dimas langsung bisa menangkap sosok gadis cantik yang kini berdiri dengan gelisah disampingnya.
Kenapa bisa disini? Itu pertanyaan pertama yang terlintas dipikiran Dimas. Untuk apa gadis itu datang?
Dimas mencoba untuk mendudukkan diri, ia sedikit kesulitan menopang tubuhnya yang masih begitu lemah. Sedangkan Nabila dengan cekatan meraih tangan dan punggung Dimas untuk ia bantu.
Nabila menyandarkan Dimas di kepala ranjang. Rasanya masih sangat canggung tapi sebisa mungkin Nabila menutupinya.
"Kenapa lo kesini?" Ujar Dimas dingin, matanya menatap lurus kerah pintu.
Harusnya Dimas bertanya, dari mana gadis itu tau ia berada disini? Tapi ia lebih dulu melihat sosok laki laki yang kini memandangnya jauh di ujung pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Dimas
Genç Kurgu" Untuk apa tuhan menciptakan mata kalau manusia menilai seseorang dengan telinga" ~Dimas "Semakin aku lari, semakin aku merasa ada sesuatu yang selalu menarikku untuk berbaik kebelakang, dan kembali melihat mu"~Nabila 🍁�...