Gimana, sih, rasanya memulai sesuatu yang baru? Pilih jalan yang bersebrangan, beda suasana, atau menghadapi situasi yang sama sekali berbeda dengan keseharianmu sebelumnya?
Misal, nih, misal. Hidup kamu terlalu mengejutkan bak di dalam sebuah rumah hantu, sampai-sampai kamu bukan orang yang mudah terkejut akan suatu hal kecil yang lewat dalam hidup kamu.
Seru, hidup seperti itu?
Oh, atau, belajar mati-matian supaya bisa meraih nilai akhir tertinggi satu angkatan di jurusan waktu SMA? Padahal, sebelumnya gak bisa fokus belajar sama sekali?
Keren, orang yang seperti itu?
Oh, satu lagi. Misalnya, seperti yang sedang dilakukan gadis 17 tahun di dalam gerbong kereta yang penuh sesak di Senin pagi. Sembari berdiri, dia fokus bukan main melihat buku latihan soal seleksi perguruan tinggi negeri, meski pun di kanan-kirinya berdesakan penumpang lainnya yang malah saling mengobrol keras.
Padahal, itu kali pertamanya naik kereta. Kok bisa, dia se-fokus itu?
Yap, pagi itu, adalah pagi menuju perang otak para calon mahasiswa. SBMPTN 2018.
Pantas, gadis mungil bernama Lila Menina Clara itu nekat sekali memegang buku yang malah berujung lecek karena bersinggungan dengan lengan penumpang lain.
"x + 2y + 3z = 10... Hah, apa ya? Loh, kok ngeblank, sih? Tinggal hitung..."
BRUK.
Loh, kok jatuh?
Perasaan tadi pegangan?
"Aduh... Maaf, mbak! Saya lupa pegangan tadi..." Seorang ibu membantu Lila untuk berdiri, sambil memasang raut menyesal.
Seorang ibu yang memegang ponsel mahal menabraknya hingga terjatuh. Rupanya, ibu itu kehilangan keseimbangan karena tak berpegangan saat berdiri di kereta.
"Uh... Gak apa-apa, Bu." Lila meringis merasakan nyeri pada sikunya. "Ibu sendiri, nggak apa-apa, kan?" Tanyanya.
"Yah, mbak. Ibu-nya mah nggak apa-apa. Orang dia sendiri yang sibuk chatting-an di dalam kereta. Siapa suruh gak pegangan!" Sahut salah satu penumpang, yang setelah itu langsung berjalan menjauh dan menghilang begitu saja di tengah desakan penumpang kereta pagi itu.
Yah, sang ibu terdiam, malu.
Tak lama, kereta berhenti di sebuah stasiun. Lalu ibu itu turun dengan wajah menunduk.
"Wait.. Buku, loh? Buku gue mana?" Sang gadis membungkuk-bungkuk mencari buku 'wajib' yang terlepas dari tangannya saat jatuh tadi. Barangkali, buku itu terinjak dan tertendang penumpang lain.
Gak apa-apa deh, lecek juga. Yang penting jangan hilang, dong, please! Ah, buku pusaka gue!
Suasana kereta yang entah mengapa begitu berisik itu membuatnya makin pusing. Ya Tuhan... Padahal ia akan turun di stasiun berikutnya!
Frustasi rasanya, Lila hampir saja menangis karena kesal. Wah, harusnya ia minta si ibu untuk tanggung jawab mencari bukunya tadi.
Tapi kalau itu sih, jahat namanya.
Sudah lelah ia mondar-mandir dari ujung gerbong ke ujung gerbong lainnya. Bukunya masih tak terlihat juga.
Kasihan Lila, dia sudah mulai menangis sungguhan.
"Astaga, mbak! Nih orang gak denger atau gimana, sih?!" Di tengah desakan penumpang, seorang pemuda berteriak memanggil sambil melambaikan buku berwarna hijau tosca berjudul "Latihan Soal SBMPTN 2018". Itu buku Lila.
Sayangnya, si empunya buku tak sadar bahwa ia sedang dipanggil. Lila terlalu sibuk membungkuk sambil melongok ke kanan-kiri, mencari bukunya yang saat ini sedang melambai-lambai di tangan pemuda berisik yang terus memanggil, sampai-sampai dirutuki oleh penumpang lansia yang terbangun dari tidurnya.
"MBAK-MBAK PENDEK YANG LAGI CARI BUKU LATIHAN! ASTAGHFIRULLAHALADZIM!"
ㅡㅡㅡㅡㅡ
Setelah menerima bukunya dari pemuda baik hati yang teriak-teriak memanggilnya di kereta, di sinilah Lila. Duduk di kursi tunggu stasiun dekat Universitas incarannya.
Bersama si pemuda yang ia belikan susu coklat dingin yang belum diminum sejak 15 menit yang lalu.
"Mbak, maaf... Saya gak suka susu cokelat." Sesal si pemuda yang tatapannya secerah bintang di langit malamㅡ
ㅡEnggak juga, sih.
"Yaudah, gak apa-apa, mas. Bawa aja. Kasih petugas kereta di depan stasiun nanti juga gak apa-apa..." Cicit Lila, masih malu karena sebegitu kerasnya sang pemuda memanggil dirinya tadi.
Yah, masa, orang berbuat baik tidak diberikan balasan? Pikirnya. Apalagi, pemuda ini ternyata juga akan melaksanakan tes SBMPTN di lokasi yang sama dengan Lila.
Ya kali, mau canggung terus sampai berpisah di dalam kampus nanti.
Makanya, mengapa hidup Lila sebegini repot dan mengejutkan, bahkan di tengah hari penting menuju masa depannya seperti hari ini?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast; Lie
Teen FictionSemua orang sakit. Semua orang pura-pura. Semua orang bohong. Kenapa semua orang tega melakukan ini? Padahal, hidup Lila sudah mulai baik-baik saja. Lila benci orang munafik, egois, dan mereka yang pura-pura paham tentang Lila. Mereka yang datang...