"Sebentar!" ujar Serena menahan pergerakan Tristan membuka pintu mobil.Tristan menoleh, "Ada apa?"
Serena melepas tangannya dari lengan Tristan, "Kamu jangan bicara apa-apa dulu sama mama dan papa aku,"
"Kenapa?"
"Ya, pokonya jangan dulu... Nanti kita bicarakan lagi untuk urusan itu,"
"No way! Aku mau mereka tau siapa aku."
"Sebatas kamu adalah anak Tante Rebecca, no more than that."
"Tapi--"
"Atau kamu tidur di hotel," sela Serena seraya menarik turunkan alisnya.
Tristan menghela nafas, dia tidak punya pilihan selain mengikuti suruhan Serena. Lalu dia mengangguk dan segera turun. Begitu juga dengan Serena. Setidaknya Serena merasa lega karena ancamannya berhasil.
"Em... Vin, kamu langsung ke butik aja, ya. Sini koper Tristan." katanya mengambil alih koper di tangan Alvina. Lalu memajukan dirinya mendekat ke telinga Alvina. "Makasih banyak udah jemput aku, aku harus urus masalah ini dulu. Maaf,"
Alvina mengangguk paham, "Semoga berhasil ya say. Gue balik dulu, itu bule memang kudu gue jinakin nanti. Bye!" katanya langsung masuk ke dalam mobil dan pergi.
Serena menghela nafas sebentar lalu mulai membuka pagar rumahnya, suasana masih sama, hanya berbeda di halaman saja, bunga-bunga mamanya semakin banyak dan tumbuh dengan sehat. Dia tersenyum lalu menekan bel rumah dan menunggu pintu di depannya terbuka.
"Siapa--" Kirana tercengang melihat putrinya berdiri di depan rumah, "Sera? Kok..."
"Hai, ma... Sera pulang," selanya langsung menghambur memeluk sang mama.
"Kamu kenapa tidak kabari kami dulu sih kalo pulang?" ujar Kirana.
"Mendadak dan kejutan aja buat kalian."
"Pantas nomor kamu tidak bisa dihubungi, em..." Kirana menghentikan ucapannya ketika melihat laki-laki di sebelah Serena. "Siapa ini?" tanyanya.
Serena melirik Tristan lalu tersenyum pada mamanya, "Kenalin, ma. Ini Tristan. Kita ngobrolnya di dalam aja."
Kirana mengangguk, "Mama lupa, ayo masuk."
Tristan mengikuti Serena masuk ke rumah. Menurut pandangan Tristan, rumah Serena memang tidak sebesar rumahnya. Tapi rumah Serena sangat nyaman, rapi, bersih dan wangi. Bahkan saat dirinya masuk ke dalam.
"Ayo duduk, nak Tristan..." kata Kirana menyuruh Tristan ikut duduk bersama mereka.
"Papa mana, ma?"
"Papa ke luar kota tadi pagi, paling malam udah pulang."
Serena mengangguk, dia mengerti kesibukan papanya itu. Mengurus tiga cabang restoran yang berbeda kota tentu bukanlah hal yang mudah, dia pulang hanya untuk istirahat lalu ketika ada panggilan mendadak yang mengharuskannya pergi maka saat itu juga papanya akan pergi.
Berbisnis memang sangat melelahkan. Kirana bahkan rela harus ditinggal terus lantaran kesibukkan papanya.
"Jadi, begini ma... Tristan ini anaknya Mrs. Rebecca."
"Ooh... Jadi ini putra Rebecca, wah! Seharusnya kamu kabari mama biar mama siapkan makanan banyak. Sayang ini tamu besar kita loh!" kata Kirana.
Serena menghela nafas, tamu besar apanya? Jelas-jelas Tristan sendiri yang memaksa dirinya pulang ke Indonesia.
"Kami ada urusan, tapi nanti..."
"Disuruh nginap aja, Ser... Kamar kosong kita masih banyak juga. Sayang kalo tidak ditempati."
KAMU SEDANG MEMBACA
Had No Choice (Completed)
RomancePercaya tidak? Jika cinta datang karena terbiasa bertemu? ***Tokoh, tempat, nama, latar belakang. Semuanya hanya fiksi. Tidak nyata. Jika mendapati ada kesamaan. Itu hanya ketidak sengajaan yang dibuat oleh penulis***