Hujan pun memiliki cerita tersendiri

2.6K 160 4
                                    

Hujan pun memiliki cerita tersendiri

.

.

.

.

.

.

Hujan lebat mengguyur salah satu kota di Korea Selatan, Busan. Padahal waktu menunjukkan pukul 08.23 pagi.

Hujan disertai angin yang berhembus kencang membuat siapa saja mengurungkan niatnya untuk keluar dari rumah. Memilih bergelung dalam selimut hangat yang tebal dengan secangkir teh hangat ditemani biskuit coklat.

Park Haechan, sibungsu keluarga Park sangat menyukai hujan. Katanya, hujan membawa kebahagiaan, tidak dengan orang lain.

Disaat orang lain terlihat membenci hujan, Haechan malah menyukai hujan. Jika biasanya Haechan akan bermain dibawah hujan dengan tawa, maka tidak untuk saat ini karena Ia bermain dibawah hujan dengan tangisan.

Tak ada yang tahu kenapa, atau ada? Sebenarnya ada satu orang yang tahu segala tentangnya, sahabatnya, Han Jisung. Han adalah sahabat sejati Haechan sejak masih berada ditaman kanak-kanak.

Haechan menangis dibawah guyuran hujan. Kini, Ia mulai membenci hujan. Setiap kali hujan turun, Ia pasti akan menangis. Mengingat memori terakhir yang sangat menyakitkan.

Pukul 05.25 sore, hujan masih mengguyur kota dengan derasnya. Dengan malas, Haechan turun dari ranjangnya menuju dapur, dia butuh minum.

Saat membuka pintu kulkas, Ia baru ingat bahwa Ia kehabisan persediaan makanan. Tandanya, Ia harus ke supermarket untuk membeli persediaan makanan lagi.

Setelah minum, Haechan kembali kekamar untuk mengganti pakaiannya. Selesai mengganti pakaiannya, Haechan melangkah menuju pintu utama. Tangannya terulur untuk mengambil salah satu payung dan membuka pintu rumah.

Udara dingin menyambutnya kala Ia membuka pintu. Haechan membuka payungnya lalu mengunci pintu rumah. Dan berjalan menembus hujan menuju supermarket dekat rumahnya, dan mati-matian menahan tangisnya.

Setibanya disupermarket, Haechan langsung memilih apa saja yang harus Ia beli. Setelah semua Ia dapatkan, Haechan berjalan menuju kasir untuk membayar semua belanjaannya.

Saat Haechan akan berbalik, tak sengaja Ia menabrak seseorang. "Ah, maafkan aku tuan, aku tak sengaja menabrakmu, aku sedang buru-buru." ucap Haechan membungkukkan badannya meminta maaf pada orang yang tak sengaja Ia tabrak.

"Haechan?" tanya orang itu memastikan apakah ia salah orang atau tidak. Haechan mendongak begitu namanya dipanggil oleh orang yang tak sengaja ia tabrak. Betapa terkejutnya ia begitu tau siapa yang memanggilnya sekaligus ia tabrak.

"Eu - eunwoo hyung?" Haechan mencoba memastikan bahwa dugaannya salah. "Ini aku, chan. Ya Tuhan akhirnya aku bisa bertemu denganmu." jawab pria bernama Eunwoo itu dengan antusiasnya. Haechan? Ia shock mengetahui mantannya yang selama ini berusaha ia hapus dari kehidupannya kini hadir dihadapannya.

"Maaf aku harus pergi, permisi." dengan terburu-buru Haechan berlari menembus hujan tanpa payung karena payungnya terjatuh. Hatinya sakit, mengapa ia harus dipertemukan kembali dengan sosoknya sekarang?

Memori masa lalu yang pernah terukir bersama sosok yang Ia panggil 'Eunwoo hyung' kembali terputar bak kaset rusak dalam pikirannya. Memori yang telah lama Ia lupakan hingga akhirnya Ia menempuh kehidupan baru di kota yang baru. Setiap momen terputar secara detail membuat hatinya meringis kesakitan.

Sekilas memori tentang pengkhianatan yang dilakukan Eunwoo pun terputar. Kejadian dimana Ia berencana memberikan kotak bekal yang sudah dipersiapkannya ke kelas Eunwoo, awal cerita dunia Haechan hancur berkeping-keping. Memberikan luka yang sulit untuk diobati bahkan diperbaiki. Rasanya Ia ingin menghilang saja dari dunia yang baginya sungguh sangat kejam

Flashback on..

"Kau mau mengantar kotak bekal lagi untuk Eunwoo hyung, Chan?" tanya Jaemin pada Haechan yang sedari tadi memandangi kotak bekal ditangannya dengan mata bersinar.

Haechan mengangguk dengan bersamangat, "Tentu saja, Jaem. Mau temani aku?" Jaemin mengangguk menyetujui ajakan Haechan untuk menemaninya menuju kelas kekasihnya. Entah mengapa perasaan Jamein sedikit kurang nyaman, apa ada hal buruk yang akan terjadi nanti?

Jarak kelas Haechan menuju kelas sang kekasih tidak begitu jauh, hanya berbeda 1 lantai saja yang terletak tepat diujung disamping tangga. Dengan bersemangat Haechan menaiki tangga, namun langkahnya terhenti begitu mendengar percakapan antara Eunwoo bersama teman-temannya. Jaemin yang melihat Haechan berhenti pun akhirnya menghentikan langkahnya juga.

"Woo, kau sudah berhasil memenangkan taruhan ini selanjutnya apa yang akan kau lakukan pada bocah itu?" tanya salah seorang teman Eunwo yang Haechan ketahui bernama Mingyu.

"Tentu saja aku akan memutuskannya dan kembali bermain dengan para wanita di bar, untuk apa aku bersama bocah ingusan seperti Haechan? Dia hanya sampah dan juga penghambat bagiku." jawab Eunwoo tanpa perasaan.

Deg..

Brakk..

Haechan terkejut dengan jawaban Eunwoo hingga tanpa sadar kotak bekal yang dibawanya terlepas dan terjatuh didepan pintu kelas kekasihnya. Suara debuman yang cukup terdengar hingga kedalam kelas itu mengalihkan atensi seisi ruangan. Eunwoo dan teman-temannya terkejut melihat Haechan yang berdiri mematung didepan sana dengan Jaemin yang mengepalkan kedua tangannya serta tatapannya yang mematikan.

Haechan tersadar dari lamunannya, lantas Ia mengambil kotak bekalnya yang terjatuh lalu berlari menuruni tangga dengan air mata yang bercucuran membasahi pipi gembilnya. Eunwoo yang melihat Haechan berlari pun segera berdiri hendak mengejarnya namun ucapan sarkas Jaemin membuatnya tak diam tak berkutik.

"Melangkah sedikit saja kupastikan kau mati hari ini. Dia hanya sampah dan penghambat untukmu, tak perlu mengejarnya karena kuyakin dia tak akan sudi melihat wajahmu lagi."

Flashback off..

Haechan berlari tanpa arah hingga Ia menabrak seseorang. Ketika Ia mendongak tangisannya pun semakin pecah dengan Haechan yang memeluk orang tersebut dengan sangat erat, seolah Ia akan kembali hancur jika tak berada dalam pelukannya.

"J-jaem bawa aku pergi lagi hiks~" Jaemin, seseorang yang Haechan tabrak, tersenyum tipis membalas pelukan Haechan. Tangan kanannya terangkat mengelus surai coklat Haechan dengan lembut.

"Pasti. Akan kupastikan kau bahagia, Haechan." ucap Jaemin penuh kesungguhan

Haechan tersenyum dalam tangisnya. Ditemani hujan dan seseorang yang kini menjadi pengisi hidupnya, menangis dengan keras atas karunia yang diberikan Tuhan padanya.










End.

Heyyoowww aku double update awokawok....

I hope you guys like this chapter. Kalian juga bisa sambil dengerin lagu yang ada diatas hehe. Selamat ber ovt bagi yang terbawa suasana ahahaha (padahal authornya juga kebawa suasana)

Paypayyy, jangan lupa selalu kasih aku like, komen and support guys....

Sleman, Yogyakarta, 25 Februari 2022

My Baby PuduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang