senyuman candu

864 92 15
                                    

Kamu tau? Senyumanmu telahku adukan pada sang pencipta. Beraninya kamu telah membuatku mabuk.

- Aditia Fahreza Angkasa

°

°

Suara mesin mobil berhenti begitu di dengar oleh indra pendengaran milik Bulan.

Tawa, yang ia dengar pertama kali. Gesekan plastik begitu nyaring sebagai irama candaan.
Bulan tahu bila keluarganya baru saja pulang dari jalan-jalan seharian, tentu saja tanpanya.

Akankah ia merasakan hangatnya keluarga? Bulan saja lupa bagaimana rasanya elusan lembut di kening hingga rambut untuk membantunya tertidur sedari dini.

"Pa makasih buat hari ini, aku seneng banget" kata Venus memeluk Alex sambil menenteng paper bag yang berisikan sepatu olahraga keluaran minggu lalu.

Venus senang, karena hari ini Alex dan Sandra telah menghabiskan momen bersamanya dengan Niko. Sangat jarang untuk mereka berkumpul.

Bulan melihatnya, melihat dimana keluarga kecilnya bahagia tanpa dirinya. Air matapun tak cukup untuk mengembalikan mereka.

Venus memeluk Alex nyaman.
Membayangkan betapa hangatnya merasakan pelukan cinta pertama seorang anak perempuan, siapa lagi kalau bukan pada seorang ayah. Bulan iri dengan posisinya saat ini hanya mampu melihat namun tak bisa merasakan menyentuhpun seakan hanya mimpi untuknya.

Dikecupnya kening Venus oleh Alex. Ingin ia merasakan bibir orang yang sudah membesarkannya walau tak diinginkan bertengger manis di pipi gembulnya, layaknya seorang anak yang di beri kiss morning, kiss night, dan kehangatan has dari ayah pada anaknya.

Kembali menyelipkan diri pada balik pintu tertutup. Menutup rapat-rapat agar tak ada yang masuk, seandainya ada yang masuk itu hanyalah Niko.

Membahas Niko, Bulan tidak tahu bagaimana caranya membalas budi kebaikan Niko terhadapnya. Hanya Niko yang masih mengharapkan nafas Bulan terus terhembus.

Di heningnya malam, Bulan berjalan menuju jendela yang menghubungkan dengan balkon samping kamarnya. Tirai besar ia geserkan demi menapakkan kaki pada balkon yang sudah sangat lama tak sempat ia kunjungi.

Menghirup udara segar malam hari adalah kebiasaannya, kesenangannya, dingin yang menjadi hangat untuknya.

Memejamkan mata sambil meregangkan otot-ototnya bulan lakukan.

"lho, anak papa ko masih diluar jam segini? Gak baik, yuk masuk"

"Iya pa bentar lagi aku masuk"

Bergetar bulan mengucapkan beberapa kata itu, ingin rasanya waktu ia ulang kembali. Mengulang masa dimana orang tuanya membuka lebar pelukan untuknya kapanpun.

Membuka mata perlahan, dingin angin malam begitu menusuk kulit coklatnya. Bayangan masa kecilnya selalu menghampiri, Bulan rindu itu. Sangat rindu.

Bulan berdecak lemah. "Hei bulan, kita sama sekarang"

Bulan mencoba mengajak bicara sebuah cahaya diam yang berada di langit, memiliki nama sebutan sama dengannya.

"Kita sama-sama sendiri" lemah Bulan berucap tapi disaat inilah ia butuh teman untuk bercerita.

"Kamu tau ga? Aku kangen banget sama jalan cerita aku yang dulu" Bulan menunduk getir.

"Aku --aku kangen kasih sayang papa, lembutnya tingkah mama, sama Venus orang yang bener-bener kayak sahabat terbaik buat aku dirumah"

The Cupu Boy (PEMBARUAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang