chap 6

11 1 0
                                    


______________________________________

R to R
______________________________________



























Ryujin lagi asik bersantai sambil memakan camilan buatan maminya, barusan mami pergi bertugas dan itu membuat gadis tersebut sendirian. Karena sekolah belum terlalu efektif dan masih setengah hari melakukan belajar jadi Ryujin sendirian di rumah tapi gak perlu cemas karena anak perempuan itu sudah menyiapkan amunisi untuk menonton serial kesukaannya di Netflix dan juga KBS2 saluran tv korea yang baru saja dipasangnya beberapa hari lalu. Saat sedang fokus ponselnya berbunyi lalu tertera nama Lia serta Mima di sana bahkan telpon itu sudah merusak acara santainya.

"Besti!" Ryujin menyemburkan air minumnya mendengar suara alay Lia lalu menghela panjang ... Lia menyunggingkan senyumnya dengan bangga lalu senyuman satu arah itu luntur.

"Apaan!" sahut gadis yang baru saja mengangkat telpon dengan malasnya.

"Kita di depan." balas Lia yang tak kalah malas.

"Huh?"

"Cepet buka pintunya kita di depan. Jangan kaya keong bisanya cuma ngah, ngoh, ngah, ngoh aja." Ryujin mematikan telponnya lalu dengan segera membuka pintu rumah betapa terkejutnya sang gadis saat melihat teman-temannya datang tanpa mengabari dulu.

Yemima bahkan gak bilang apa-apa saat mereka bertemu di rumahnya. Ryujin terperangah sama aksi dua temannya itu bahkan gak jarang juga dirinya mempertanyakan hal tersebut. Ryujin terpaku sama sikap Lia dan Yemima ketika menaruh sekantung belanjaan besar di tangannya, bukannya gadis itu mau menolak rejeki. Akan tetapi jika seperti ini waktu santainya agak terganggu.

Pada saat berangkat: Lia berusaha menyelipkan makanan favoritenya tetapi itu digagalkan sama Yemima saat ada di rumahnya tadi dan Lia begitu terkejut saat tau temannya itu sedang asik bersantai sambil nonton televisi di saat grup kelas ramai dengan kejadian ketika disekolah. "Waktu kita masih dikelas, lo ke mana?" tanya Yemima.

"Udah sampe rumah," Ryujin menjawab sekenanya gak lama chat notifikasi masuk ke ponselnya. Belum lama ini Renjun kembali mengirimnya pesan dan itu agak membuat gadis tersebut merasa aneh. Gadis itu merespon sekadarnya gak terlalu slow dan juga gak terlalu fast respon namun pada saat hendak kembali membalas tiba-tiba saja lelaki itu malah menelpon.

R to R

Hari ini Priya baru selesai mengerjakan tugas kampusnya lalu beranjak dari sisi ranjang dan menghubungi temannya untuk pergi nongkrong bareng kala itu. Akan tetapi saat hendak masuk ke dalam kamar mandi ponselnya berdering sangat nyaring ... membuat konsentrasinya terpecah. "Nana?" gumam gadis bersurai panjang itu. Dengan secepat kilat perempuan tersebut membalasnya dan kemudian meletakkannya kembali seperti semula: Priya mengerutkan kening mendapati balasan dari laki-laki tersebut.

Beberapa menit telah berlalu membuat Priya menatap kesal lelaki yang sedang duduk di dalam kursi kemudinya dan menjalankan mobil tanpa seizinnya. Narendra alias Nana mengerutkan keningnya heran dan memberikan isyarat pada gadis yang menatapnya jengah ... serta membalas perkataan itu dengan sangat singkat. "Gak naik?" ujar lelaki itu menaikan satu alisnya.

"Elo ngapain sih?!"

"Berangkat sekolah. Ya menurut lo?" sahut Nana sekenanya saja. Lelaki itu tampak memandangi wajah ayu perempuan yang juga memandangnya intens ... bahkan gak sampai sepersekon detik Nana mendengus lelah akan sikap bodoh Priya.

"Gue 'kan mau nungg-" ucapan Priya langsung dipotong begitu saja oleh Nana setelah tau arah pembicaraan mereka ke mana. Jangankan bicara dengar namanya saja sudah buat pemuda itu malas setengah mati, apalagi melihatnya.

"Apa lo mau bilang kalo saat ini; diri elo tuh sedang menunggu pangeran tercinta menjemput? Gak ada alasan ya!"

"Nah itu lo tau!" teriak Priya keras. Namun seakan Nana gak mau mendengar alasan apapun yang ada dimulut gadis berambut lurus itu.

"Gak ada penolakan! Lo tu seharusnya beruntung tuhan ngirim gue sebagai penyelamat lo. Kalo pun Renjun datang yang pasti bukan jemput elo! Mana ada mantan jemput mantan!"

"Berisik!" Nana menghela panjang sudah biasa melihat tingkah Priya yang seperti itu karena terlalu sering mendapatkan penolakan dari Renjun setiap hari. Perempuan tersebut mau gak mau harus ikut bersama lelaki yang sudah menancapkan gasnya pergi meninggalkan tempat itu. Selepas perjalanan panjang ke arah kampus Priya mendapati Renjun sudah berada di dalam kelas memerhatikan kedatangannya.

Dalam diamnya Priya mengepalkan tangannya kuat lalu mengulas senyum tipis terhadap lelaki di depan sana.
"Jadi sekarang kalian resmi?" goda Jeremi yang melihatnya datang bersama Nana.

"Apaan sih," ucap Priya gak suka namun tidak membuat banyak perubahan dalam raut wajah Renjun. Priya melambaikan tangannya pada Renjun tetapi tetap diabaikan meski begitu gadis itu terus berusaha, Nana memerhatikan dari tempatnya berada.

Nana jelas lebih mengkhawatirkannya daripada Renjun atau yang lainnya, namun disaat bersamaan Priya malah semakin gencar menebar pesonanya.
Gadis itu bahkan gak peduli lagi dengan rasa malu yang ada di dalam dirinya ia tetap melakukan berbagai cara agar laki-laki yang berstatus kan sebagai mantannya itu menoleh ke arahnya lagi. "Elo ngapain sih?"

Priya enggan menjawab saat itu akan tetapi letak pandangannya jelas tertuju sama sesuatu. "Nana diam deh!" Priya gak peduli orang-orang mau bersikap apa dan bagai mana terhadapnya.

"Lo mau sampe kapan kaya gini?" jengah Nana terhadap tingkahnya itu bahkan saat itu Priya sedang menjadi bahan tertawaan oleh mahasiswa di dalam kelasnya sendiri tetapi gadis itu gak ada niatan untuk berhenti sama sekali. Pemuda itu hanya peduli dengan rasa malu yang ada di dalam diri sang teman tetapi rupanya itu nggak membuat perempuan tersebut berpikir secara cerdas atau memikirkan hal yang lebih masuk akal daripada mempermalukan diri sendiri.

Gadis itu mengabaikan temannya yang tengah menceramahinya sepanjang jalan tanpa mau mendemgarkan lebih panjang lagi. Priya menghela letih kemudian meneruskan perjalanannya menuju sesaat sebelum masuk kelas gadis tersebut mendapati Renjun sedang berjalan berlawanan darinya ... perempuan dengan rambut cepol itu berbalik mengikuti arah langlkah kaki sang pemuda. Renjun menghela pendek lalu menghentikan langkah kemudian berkata, "bisa berhenti ngikutin gue gak?" ucap Renjun yang kembali berjalan namun Priya tetap memgikutinya.

"Gak bisa."

"Stop buat jadi bodoh."

"Sorry? Maksudnya apa?" Priya mulai terganggu dengan sikap Renjun yang menunjukan ketidaksukaannya terhadap hadirnya gadis di hadapannya. Namun, pemuda tersebut masih berusaha untuk menjaga batasan terhadap perempuan. Jelas saja. Bagaimana jika posisi itu terjadi pada Ryujin nantinya.

"Kalo otak lo berfungsi dengan benar pasti otak kecil lo itu paham maksdunya apa. Jangan rubah otak lo jadi malfungsi." Priya menatap heran kepergian dari Renjun lalu memikirkan kata-kata mantannya itu.










































Masih alon-alon kelakon itu mah, tenang jangan bar-bar ya.
Komen dan votenya lalu jangan lupa share tulisan ini bila kalian suka.

_____________________________________

Continue....
_____________________________________

_____________________________________

Click ⭐ vote
commendnya 💬
_____________________________________

R To RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang