dua puluh empat: tepat

687 56 1
                                    


















"Eh bantuin gue dong," kata Mina dari meja depan kelas menghadap teman-temannya. Gerombolan siswa yang sibuk main monopoli dan yang lain menonton drama seakan tak dengar dan asik sendiri.

Mina mendengus kesal. "Woojin bantu!" Katanya menyuruh membuat Woojin memutar badan menghadap tembok. Gadis itu mendengus, sebenarnya ya nggak masalah berat buku nggak seberapa gini tapi teman sejiwanya Siyeon lagi pergi, dia nggak mau keliatan kayak anak rajin banget begitu selesai ngumpulin buku balik ke kelas gitu aja.

"Eh gue ikut, ke ruang guru kan?" Tanya Jaemin masuk kelas langsung melangkah lurus ke Mina mengangkat separuh tumpukan buku dengan jemari masih memegang plastik jajan.

"Gue juga mau," kata Hwall dari belakang Jaemin ikut meraih beberapa tumpukan buku membaginya rata.

Mina reflek senyum lebar, memang di antara setan-setan penghuni hutan tetep bakal ada yang jadi perinya.

"Eh Bu Eda lagi di lab," kata Mina meraih sisa tumpukan di meja memeluk itu sambil bersiap beranjak.

"Yaudah ayo," kata Jaemin semangat melangkah duluan memimpin membuat Hwall dan Mina di belakangnya mengikuti ke luar kelas.

"BENTARRR BENTAR!!" Seru Ryujin masuk kelas menahan Jaemin membuat Jaemin berhenti melihat gadis itu berlari ke meja belakang meraih buku lalu bergegas lari kembali ke depan. "Nyaris," kata gadis itu lega menaruh buku di tumpukan Jaemin.

"Mau ke mana? ikut dong," kata Ryujin terengah kecil menyedot pop ice plastiknya. Sebenarnya sekolah udah nggak ngebolehin penggunaan plastik sekali pakai begini tapi entah darimana dapetnya gadis itu.

"Lab fisikaa, ke Bu Eda," jawab Mina melewati Ryujin melangkah lebih dulu.

"Eh tadi gue liat anak ipa satu juga numpuk tapi Bu Eda gaada di lab jadi ke ruang guru langsung," Kata Ryujin memberitahu.

"Oh oke makasih Jin," kata Mina melangkah ke luar kelas membuat Hwall membuntut.

"Nggak jadi?" tanya Jaemin melirik Ryujin membuat Ryujin nyengir lebar.

"Hehe nggak, gue cuma mau ambil barang," katanya tersenyum manis dengan mata menyipit membuat Jaemin menatapnya aneh sambil perlahan jalan pergi.








***








Jaemin berhenti melangkah, ia mengerjapkan mata lurusnya pelan membuat Hwall di belakangnya melewatinya dengan tatapan bertanya. Jaemin tersentak mendengar nada membentak dari sana, ia menunduk menggigit bibir ragu melangkah pelan ke satu meja. Ia menaruh tumpukan buku lalu menoleh lagi jadi melihat Jeno duduk berbataskan meja dengan guru pria dewasa memarahi.

Jeno mengangguk-angguk tanpa rasa menyesal dengan kemudian diam lama mendengarkan guru dengan raut bosan walau tetap menjaga pandang ke depan. Guru pria itu membentak terlihat memarahi dengan beberapa kali menghela nafas penat.

"Itu pasti gara-gara tawur tuh," kata Mina langsung memberitahu dengan nada julid.

Jaemin mengerjap menoleh pada Mina, kembali ingat cerita changbin tadi. Walau rasanya agak aneh dan mengganjal. "Yang ikut biasanya banyak?" Tanyanya menatap lurus pada Mina yang langsung mengangguk pasti. Ia mengangguk kecil paham, kembali menoleh ke Jeno. "Tapi kok cuma dia yang dimarahi?"

Mina dan Hwall tersentak.

"Biasanya kalo berantem pas ketahuan kan langsung ditatar di sini nggak gitu? Haechan yang lain santai aja ya?" Tanya Jaemin berusaha santai membuat Mina melebarkan mata baru menyadari.

"Eo...... biasanya emang gitu sih," kata gadis itu meragu baru menyadari para siswa yang jelas-jelas luka berkelana bebas tanpa hukuman. "Soalnya para guru nggak tau, ya kan?" tanya gadis itu menoleh pada Hwall.

strangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang