GC 9

438 61 10
                                    

"tuan Park, maaf sebelumnya. Hmm Siapa anak yang bersamamu saat ditaman belakang tadi?"

Daniel mengikuti langkah sang pendeta di dalam gereja menuju salib besar dengan patung yang terpaku di depan sana.

"ah,dia cucuku. Dan aku tahu kau selama seminggu ini diam-diam melihatku dengan cucuku."

"maafkan aku, aku tidak bermaksud-"

"tidak masalah." pria tua berumur sekitar 60 tahun itu mengusap bahu lebar Daniel pelan lalu tertawa kecil saat Daniel tertunduk.

"Park Jihoon."

"apa?"

"namanya. Park Jihoon. Kau selama ini menahan untuk tidak bertanya padaku, jadi aku memberitahumu namanya." Daniel kembali membungkuk meminta maaf dan lagi-lagi pria tua itu tertawa.

"aku ingin menceritakan sesuatu padamu..."

.
.
.

"Jihoon!" teriakan dari ujung lorong sukses menghentikan langkahnya menuju gerbang sekolanya, jam sekolah sudah habis dan murid sibuk keluar dari perkarangan sekolah menuju rumah.

Begitupun Jihoon, tapi mendengar teriakan itu ia membalikkan badannya.

"apa kau langsung pulang?"

"tadinya, sebelum kau memanggilku." Jihoon terkekeh melihat Jisung menggaruk kepala karena merasa bersalah.

"sebenarnya aku ingin mengajakmu kewarung yang baru saja buka di belakang sekolah. Apa kau ingin ikut?"

Jihoon menggigit bibir bawahnya, "aku ada perubahan jadwal fisioterapi hari ini, maaf tidak bisa ikut."

"tidak apa. Kalau begitu lain kali saja, Jisung kita batalkan tujuanmu, cuaca hari ini agak mendung. Sampai jumpa besok Jihoon~" Jaemin tiba-tiba datang menghampiri keduanya lalu merangkul Jisung erat. Keduanya melambai kearah Jihoon yang masih terdiam ditempatnya.

Matanya bergerak panik menatap kearah langit yang mulai dipenuhi awan hitam. Ia mengeratkan pegangannya pada tongkat, berdoa agar Daniel yang katanya telat menjemput membatalkan apapun itu untuk cepat menjemputnya.

"kau baik-baik saja?" Jihoon tersentak mendengar suara Younghoon tepat di sampingnya menatapnya dengan wajah datar.

"hm"

"kurasa tidak."

"..."

"apa kau sudah dijemput oleh orang tuamu?"

Jihoon mengernyitkan dahinya dengan rasa gelisah yang mendominasi, ia menggeleng pelan menjawab pertanyaan Younghoon.

"ayo,"

Jihoon melirik sebentar Younghoon yang sudah berjalan didepannya sambil menggulung earphone pada ponsel pemuda itu.

"aku akan menemanimu di halte sampai kau di jemput."

Younghoon tidak merasakan ada pergerakan dibelakangnya, menoleh melihat Jihoon terdiam di sana dengan wajah pucat, Younghoon belum menyadarinya.

"apa? Ingin ku gendong?"

"tidak!" Younghoon mendecih mendengar penolakan mentah-mentah itu, ia hanya asal bicara tapi sepertinya Jihoon mengganggapnya serius.

.
.
.
.
.

Kedua tangannya mengepal erat diatas paha, dan keringat memenuhi dahinya yang sudah lembab bahkan deru nafasnya sudah tidak teratur melihat rintik air mulai berjatuhan dijalan tepat dipandangannya.

Get Closer (NIELWINK) I√Where stories live. Discover now