SL 02

5 2 0
                                    

Suasana lapangan menjadi sangat  riuh saat Aldo memberi aba-aba pada murid agar segera memulai tugas mereka.

Semua murid berlari kesana kemari menghampiri para panitia. Begitupun dengan panitia mereka sibuk memberikan tanda tangan mereka. Termasuk Arka, ia menjadi orang yang sangat sibuk, ia jadi incaran pertama para murid perempuan. Sebenarnya ia sangat tidak suka dengan situasi ini. Tapi mau bagaimana lagi?
Sebenarnya pas sedang rapat menentukan kegiatan Mos, ada beberapa orang yang tidak setuju dengan kegiatan ini, Arka adalah salah satunya. Tapi dari hasil voting, banyak yang setuju, mau tidak mau ia harus menerimanya.

Mata Arka tertuju pada satu gadis cantik dengan rambut yang dibiarkan diurai, disisi kanan dan kiri terdapat jepitan, gadis itu ialah Adel. Ia sedang duduk menyendiri sembari membaca sebuah buku ditangannya. Arka menatap Adel dengan penuh keheranan, karena semua murid sedang berbondong-bondong meminta tanda tangan semua panitia, sementara ia malah menyendiri.

Adel meresa suasana lapangan mulai tak riuh lagi. Ia mengangkat kepala dan menatap sekitarnya. "Sudah mulai sepi" ucapnya.
Adel berdiri dari duduknya,  tak lupa membawa buku yang sedang ia baca tadi dan buku yang akan di pakai untuk tanda tangan.

Adel menghampiri satu persatu para panitia. Tak butuh waktu lama adel mendapatkan tanda tangan itu. Tapi masih ada satu orang lagi yang belum. Arka,  yah cowok itu.

Sudah 5 menit adel mencari arka. Namun belum juga ketemu, entah sedang ada dimana lelaki itu.
Adel belum cukup tau tentang tiap sudut tempat di sekolah itu.

"Harus nyari kemana lagi ini? Aduuh... nyusahin banget sih tuh cowok!" Adel terus memaki. Tanpa ia sadari seseorang sedang memerhatikannya dari jauh. Orang itu tak lain dan tak bukan ialah Aldo.

Aldo menghampiri Adel dan  menyentuh pundaknya dari belakang. Hal itu Tentu saja membuat Adel terkejut. Ia pun menoleh, tangannya masih memegang dadanya yang berdegub kencang.

"Astaga kakak, mengagetkanku saja!" Adel mengerucutkan bibirnya. Aldo malah tertawa melihat wajah adel yang sangat menggemaskan.

"Hhe maaf ya." Seru Aldo.
Aldo pun kembali pada niat awalnya menemui adel..
"Kamu ngapain disini? Sendirian lagi!" 

"Eh iya ka, aku lagi nyari ka Arka, dari tadi belum ketemu-ketemu."

"Ohh Arka, tadi dia bilang mau ke perpustakaan, coba cek kesana aja! Siapa tau masih ada" ucap Aldo.

"yaudah makasih ka, aku kesana dulu ya." Pamit Adel, ia berlalu  dari hadapan Aldo, dan segera menuju perpustakaan. Aldo hanya menganggukan kepalanya.

Kini Adel sudah berada diperpustakaan, dan benar saja Arka ada disina. Kehilatannya ia sedang memilih beberapa buku. Tak menunggu lama, Adel langsung menghampirinya.

"Ka.. aku mau minta tanda tanganmu." Pinta Adel, ia menyunggingkan senyumnya sembari menyodorkan buku dan bolpoin. Arka menatap Adel dengan tajam. Mereka sejenak beradu pandang.

"Siapa namamu?" Tanya Arka pada Adel.

"Namaku Adel" Ucap Adel. Arka tak bergeming akan pandangannya.

"Ada syaratnya!" Ucap Arka.
Adel terlihat malas ketika mendengarnya. Ia mulai punya firasat tak enak.

"Apa?"

"Berikan bukumu padaku!" Pinta Arka dengan menadakan tangannya.

"Untuk apa kakak meminta bukuku?" Tanya Adel dengan mengernyitkan dahinya.

"Jangan banyak tanya. Jika kau mau meminta tanda tanganku! Cepat berikan bukumu!" Seru Arka.

"Tidak mau! Aku tidak akan memberikan bukuku pada siapapun! termasuk dirimu!.. Lagi pula memangnya kakak tidak punya uang untuk membeli bukumu sendiri? Sampai harus minta punya orang lain!" Seru Adel sambil membuang wajahnya.

Senior LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang