Chapter - 19 [Filosofi ARAS]

84 17 64
                                    


Sebatas readers berasal dari sebuah cerita, tanpa mengenal mereka siapa. Berujung pada argumentasi dalam delapan kepala berisi sama-rasa curiga. Pembahasan absurd tak termakna namun bisa membuat tawa.

Munculah sepintas kata namun berlanjut hingga ribuan dan terbitlah pada enam cerita. Pada enam kepala, berbeda pendapat, berbeda argumentasi, berbeda cara berpikir namun harus menyatu.

Di dokumentasikan dari enam bunga dengan filosofi berbeda, menerjemahkan setiap kata, mengambil makna dan menghubungkan menjadi sebuah enam cerita berbeda namun berkaitan dengan yang lainnya.


Thanks to:
DANDELION, MAWAR, KAKTUS, MARIGOLD and SUNFLOWER.

From; LILY






ARAS
Agen Remaja Santuy
-----------

Mentari pagi bersinar sangat cerah ketika jemari menyibak gorden apartemen. Satu minggu prepare untuk UTS bukan suatu masalah yang besar mengingat ia lahir dengan jiwa yang cerdas dan pintar.

Bukan UTS yang kini menjadi beban terasa berat, namun masalah Vian. Terlebih Juna mengatakan tidak ada hasil sama sekali tentang pembunuhnya. Terlalu misterius, rumit, dan kacau.

Suara Ozy dan Yora mendominasi ketika mereka beradu mulut hanya untuk sepiring nasi goreng.

Hari ini seperti apa yang dikatakan Lily hari Senin lalu. Ia akan pergi ke tempat perkara kejadian di mana Vian dibunuh. Alova menginginkan ikut, lalu keempat teman lainnya juga mengatakan ingin pergi bersama. Lily tidak bermasalah, lagipula ia hanya ingin memastikan sesuatu di tempat itu. Setidaknya ada petunjuk lebih disana.

Lily mengambil duduk berhadapan dengan piano. Alunan musik mulai terdengar ketika jemari itu menekan tombol tuts.

Suara Ozy yang mendebatkan membuat nasi goreng putih dan dibantah oleh Yora karena menginginkan warna merah-harus memakai sedikit saos tomat. Hilang, karena Lily fokus pada lagu yang dimainkan.

Intro dibuka bersama ingatan tentang seseorang yang ia rindukan saat ini. Tentang Ibunya, tentang Adiknya dan tentang kenangan mereka bertiga.

Not sure if you know this
But when we first met

I got so nervous
I couldn't speak

"Nanti kalau Vian nikah, Vian mau Suho bawakan lagu ini untuk Vian," seru gadis yang duduk di samping Ibunya.

"Kenapa harus lagu ini?" Ibunya bertanya.

"Karena Mama mengatakan, dulu Papa membawakan lagu ini saat menikah dengan Mama."

"Kamu masih terlalu kecil untuk memikirkan pernikahan Vian," Lily datang dengan secangkir teh di tangan. Mencium pipi Ibunya dan mendapatkan senyuman merekah dari sang empu.
Vian hanya mencebikan bibir lalu mendapatkan usakan di pucuk kepala dari Kakaknya, gemas.

Lagu terus berlanjut.

In the very moment
I found the one and

My life had its
Missing piece

Vian menyandarkan kepalanya di bahu kiri Ibunya, terkesan manja. Sedangkan Lily berdiri dengan secangkir teh hangat di tangan. Mereka menyanyi bersama saat petikan piano memasuki bagian reff.

Lily [Completed] TAHAP REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang