Chapter 2

15 7 2
                                    

Setelah melewati lautan dan sampai dipulau terpencil, Reza langsung masuk kedalam Vila yang ukurannya lumayan dan bernuansa klasik. Reza melihat seorang perempuan tengah memandang kearah laut dengan memeluk lututnya sendiri. Reza berjalan pelan kearahnya dan langsung memeluknya.

Sepertinya dia terkejut dengan kedatangan Reza disini, Reza langsung duduk disampingnya dan merangkulnya.

"Gimana kabar mu, Tasya?"

"Aku baik aja kok kak. Kakak sendiri gimana? Kok bisa sampai sini?"

"Kakak maksa Boy buat kesini. Kakak sebenarnya tidak mau kamu dikurung seperti ini, apalagi dipulau yang sepi."

"Nggak masalah kak, ini juga demi kebaikan aku dan anakku." Tasya mengusap perutnya yang sudah mulai membesar.

Ya, Tasya hamil. Laki-laki brengsek itu yang melakukannya, Reza akan mencarinya sampai ketemu. Walaupun ketemu, Reza tidak akan mempertemukan nya dengan Tasya, melainkan untuk menghabisinya. Reza sebelumnya tidak pernah semarah itu, tapi dia tidak suka melihat orang yang dia sayang itu menderita dan menanggung bebannya sendirian.

"Kakak janji, akan mencari Bima kemanapun. Kalau perlu, kakak habisin dia ditempat itu juga jika kakak menemuinya."

"Jangan!"

"Kenapa?"

"Kasian dedek bayinya, ntar nggak punya Ayah."

Polos, Tasya sangat polos. Mengapa sempat-sempatnya memikirkan sampai kesana, Reza sendiri tidak pernah sampai kepikiran jika Bima ia habisin otomatis dedek bayi yang ada dikandungan Tasya akan kehilangan Ayahnya.

"Beberapa minggu ini, kakak mencatat semua mata pelajaran yang ada disekolah kamu. Kamu pelajari ya, semuanya ada dimeja depan. Kakak nggak bisa lama-lama, harus segera pergi sebelum Papa mengetahuinya,"

"Makasi ya kak," Tasya memeluk erat kakaknya itu.

----

"Kamu mau nggak jadi pacar aku?" Reza menyodorkan setangkai mawar merah dipertengahan taman sekolah.

Raisa, yang dihadapannya langsung tersipu malu karena Reza menembak nya barusan. Reza itu kakak kelas Raisa saat itu, dia most wanted di sekolah masa itu.

"Aku mau kok kak," senang Raisa menerima bunga tersebut.

Reza respect langsung memeluk Raisa tanpa melihat keadaan sekitar. Reza langsung melepaskan pelukan nya dan menatap wajah kesenangan Raisa.

"Maaf, kebawa suasana."

"Gak masalah kok kak,"

Sial, Reza teringat masa dimana ia menembak Raisa disekolah dulu. Reza teringat itu karena melihat poto pertamanya bersama Raisa. Reza langsung menyimpannya kesebuah kotak kecil, setelah selesai--dia langsung menyimpannya kelaci yang ada dibawah ranjang.

"Andai Sa, andai kamu tetap kaya Raisa yang aku temui pertama kali, pasti perpisahan ini nggak terjadi." Reza tersenyum dan langsung menutup laci tersebut.

Reza berdiri dan berjalan keluar kamar, dia masuk kedalam lift dan turun kelantai 1. Dia ingin pergi malam ini, untuk menenangkan pikirannya yang sangat kacau itu.

Dia menemui temannya, Zeyo. Zeyo kerja sebagai DJ di bar yang terletak dekat dengan lokasi kampusnya. Reza datang kebar hanya untuk menemui Zeyo, bukan untuk ikut-ikutan minum kaya yang lainnya.

Reza melihat Zeyo sedang sibuk memainkan musik yang Reza dengar sangat berisik itu. Reza pikir ini bukan waktu yang tepat untuk curhat dengan Zeyo, mungkin lain kali saja.

REZA ADITAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang