55.

20K 1.1K 4
                                    

+ Content and/or trigger warning: this part contains scenes of sexual activity which may be triggering for some readers.
_______________________________

          Arlington baru meninggalkan perusahaan selama satu minggu tetapi masalah baru sudah masuk. Keadaan perusahaan mendadak kacau ditambah Luigene yang menghilang—hanya menitipkan surat pada Erdem.

Pria itu meminta izin untuk mengambil cuti berlibur? Berlibur disaat situasi sedang kacau. Arlington tidak tau apa yang ada di pikiran Luigene, ia juga tidak bisa menghubungi pria itu.

"Hubby?" tampak Abbey yang baru memasuki ruang kerja Arlington. "Apa kamu masih sibuk?"

Senyum Arlington merekah begitu melihat Abbey. "Masuklah... sini..."

Arlington menepuk pahanya, "Sit on my lap." Abbey langsung menurut dan masuk dengan langkah kecil. Sangking senangnya ia bahkan hampir melemparkan tubuhnya sendiri ke Arlington.

"Kamu masih bekerja sampai selarut ini?"

"Ada sedikit masalah di perusahaan. Kenapa kamu belum tidur?"

"Aku menunggu kamu." Seperti biasa Abbey akan mengalungkan tangannya pada leher Arlington sebagai pegangan. Arlington hanya menatap Abbey dengan hangat sambil mengusap paha perempuan itu. Seketika keinginannya untuk bekerja lenyap.

Tangan Abbey tidak bisa diam, jari-jemarinya perlahan bergeliya menarik ujung kaos Arlington ke atas. "Apa yang akan kamu lakukan? Kenapa memainkan bajuku?" tanya Arlington menggoda, ia tau apa yang sedang Abbey lakukan.

Abbey hanya tersenyum malu dan melanjutkan apa yang sempat tertunda. Tetapi Arlington menahan pergelangan tangannya, "Katakan, apa yang kamu inginkan, pumpkin."

"I'll be a good girl for you."

Arlington menaikkan alisnya, tak memutus tatapan dengan Abbey. Sedikit heran karena akhir-akhir ini Abbey selalu memintanya terlebih dahulu. Dunia seolah terbalik, entah sudah berapa kali mereka melakukannya hari ini tetapi Abbey selalu mengingkannya. "I know you want me, but I want you to tell me."

"Aku..."

"Aku apa pumpkin?" Semburat merah menghiasi kedua sisi wajah Abbey. Istrinya seperti habis meneguk alkohol.

"Aku sedang menginginkannya..."

"Menginginkan apa?" Usapan tangan Arlington pada wajahnya membuat Abbey semakin menggelap. "Kamu tidak lelah?"

"You in me, right now!"

"Calm down, pumpkin. How bad do you want it?" Arlington tertawa ringan sebelum meniup telinga Abbey. Tubuhnya bergerak gelisah karena apa yang Arlington lakukan.

Telinga adalah bagian yang sensitif pada tubuh Abbey. Tetapi akhir-akhir ini, telinganya menjadi lebih sensitif, terutama ketika Arlington meniupnya, dan mengulumnya, dan, dan, dan masih banyak—dan lain yang bisa pria itu lakukan pada telinganya.

"Very bad." Seolah sudah cukup untuk membuat Abbey menunggu, Arlington menegakkan tubuhnya bersiap berdiri dari duduknya untuk membawa Abbey ke kamar dan memenuhi keinginan perempuan itu. Tetapi pergerakannya tertahan oleh Abbey.

"Di sini. Sekarang."

"On my desk?"

Oh God.

Abbey menggeleng penuh sambil menepuk kursi yang sedang Arlington duduki. "Biar aku yang memegang kendali, aku akan bergerak dan kamu hanya diam—"

"Aku tidak suka teori yang terlalu panjang, sebaiknya kita langsung mempraktekannya, pumpkin."

Senyumnya merekah ketika Abbey langsung memberi jarak untuk menurunkan jogger pants milik Arlington. "Jangan terlalu terburu-buru," nafas Arlington semakin berat.

Arlington menyingkap kimono lingerie dress milik Abbey. Sebelah tangannya berusaha untuk menuntun kaki perempuan itu—melingkari tubuh Arlington sebagai pegangan.

 Sebelah tangannya berusaha untuk menuntun kaki perempuan itu—melingkari tubuh Arlington sebagai pegangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Again!" pinta Abbey penuh semangat meski tubuhnya mengatakan hal sebaliknya. Ia jatuh dalam pelukan Arlington sambil mengatur nafasnya yang terengah akibat permainan mereka barusan.

Entah bagaimana Arlington melakukannya hanya dengan duduk menatap dirinya, tetapi Abbey bisa mendapatkan pelepasan yang terasa berbeda.

"Tidak ada kata 'lagi' untuk hari ini, Abbey," tandas Arlington meski jauh di lubuk hati ia juga menginginkannya lagi. Abbey membuatnya lebih bergairah ketika perempuan itu bergerak di hadapannya.

Abbey tidak menjawab, tubuhnya terasa sangat lelah dan menyenangkan di saat yang bersamaan. Ditambah ketika Arlington memberikan kecupan-kecupan kecil pada leher hingga bahunya.

"Abbey you're my world," bisik Arlington kemudian membenarkan pakaian istrinya. Ia menepuk-nepuk punggung Abbey seperti sedang meniduri anak kecil.

"You have my heart, I love you." Abbey mempererat pelukannya dan membenamkan wajahnya pada bahu pria itu.

Ketika Abbey mengatakan bahwa ia mencintai Arlington. Abbey mengatakannya dengan sungguh-sungguh, bukan sekedar kata-kata yang terlontar karena Arlington memberinya kepuasan semata.

Dan Abbey berharap besar suatu saat Arlington akan menjawabnya sama. Meski pria itu sudah mengungkapkan semuanya, termasuk ketertarikannya terhadap Abbey sejak remaja tetapi pria tersebut tidak pernah mengungkapkan rasa cintanya. Tepatnya Abbey tidak tau apa Arlington juga mencintainya.

Walau pelukan hangat yang Arlington berikan sekarang terasa sangat hangat dan penuh cinta, Abbey tidak tau apa Arlington mencintainya atau tidak karena pria itu selalu menjawabnya dengan,

"I know."


ARLINGTON

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ARLINGTON

💌 : Be sure to leave dozens of stars on the vote column

**

To be continued

ReasonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang