dois

1.8K 180 59
                                    

••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••

Semuanya dimulai saat Son Eunseo memutuskan untuk menikah dengan seorang pria yang ia bilang sudah lama dikenalnya. Lee Juyeon saat itu masih memakai nama marga ayahnya, tidak seperti ibunya yang memutuskan untuk memakai marga aslinya ketimbang mempertahankan marga dari mantan suaminya-karena dari yang Juyeon tau, ibu dan ayahnya berpisah memang tidak dalam alasan yang baik.

Eunseo mengabaikan Juyeon yang saat itu masih belum bisa menerima pernikahan mereka. Anaknya itu mengunci dirinya sendiri di dalam kamarnya sendiri saat hari pernikahan mereka.

Younghoon yang menyandang status sebagai anak dari Lee Sangyeon, memutuskan untuk menghampiri kamar adik tirinya itu. Awalnya berniat untuk mengetuk dan menunggu pemilik kamar membukakannya pintu, namun mendengar bagaimana isakan lirih dari dalam membuat niatnya itu urung dilakukan.

"Nggak mau keluarga baru!"

Sampai disini Younghoon bisa menyimpulkan jika Juyeon membenci kehadirannya dan ayahnya di keluarganya. Lelaki yang berumur setahun lebih tua dari Juyeon itu kembali melaksanakan niatnya. Mengetuk pintu berulang kali sembari memanggil nama adik tirinya itu dengan nada yang tak kalah lembut.

"Lee Juyeon, boleh gue masuk ke kamar lo?" Pinta Younghoon. Beberapa detik seusai ia bicara, di dalam sana nampak sangat tenang. Tidak ada lagi sedikitpun suara yang masuk di telinganya. Sepertinya Juyeon berpura-pura tidur atau mungkin mencoba agar Younghoon berpikir jika ia tidak ada di dalam kamar tersebut.

"Juyeon?" Panggilnya sekali lagi. Lelaki itu kemudian mendengus. "Gue mau jelasin sesuatu biar nggak ada kesalahpahaman. Apa lo sebegitu teganya ngancurin kebahagiaan mereka cuman karena keinginan egois lo yang masih belum bisa nerima kehadiran orang baru di kehidupan lo?"

"Tau apa kamu! Pergi sana! Aku pengen sendiri!" Sahut Juyeon dari dalam.

Younghoon tersenyum tipis. Lelaki itu merasa aneh sendiri mendengar seseorang selain ayahnya berbicara dengan bahasa seformal itu kepadanya. "Lo benci sama gue, ayah atau kami berdua?"

"Aku nggak benci kalian," Gumam Juyeon pelan. Lelaki itu memilin bagian bawah dari tuxedo hitam miliknya dengan bibir yang ia gigit demi menghilangkan rasa gugupnya. "Aku cuman belum bisa nerima kalian, itu aja." Lanjutnya.

"Keluar dulu, jangan ngumpet gitu. Lo harus ketemu gue sama ayah biar lo nggak ngerasa canggung dan terbiasa sama kehadiran kami disini." Tawar Younghoon lagi.

Juyeon awalnya berpikir keras untuk menerima ajakan dari Younghoon. Sebelum akhirnya lelaki itu memutuskan untuk beranjak dari kursi belajarnya dan membukakan Younghoon pintu.

Obsidiannya saat ini menemukan seorang lelaki yang memiliki postur lebih tinggi darinya. Memakai tuxedo putih dengan rambut yang disimpul ke atas, sedang tersenyum kepadanya.

"Jangan lupa senyum biar mereka nggak khawatir lagi liat lo," Ucapnya sembari menarik kedua sudut bibir Juyeon ke atas menggunakan kedua ibu jarinya. "Udah cantik lo-nya, kita ke bawah sekarang."

"Ke bawah?" Dengan cepat Juyeon menggelengkan kepalanya. Kemudian, menepis tangan Younghoon yang tadi sempat lancang di genggam oleh lelaki itu. Namun, sayangnya Younghoon mungkin terlalu kuat menggenggamnya hingga Juyeon harus menyerah begitu saja.

"Kenapa? Tujuan gue kesini kan pengen jemput lo," Deru Younghoon dengan sebelah alis yang terangkat. "Kita disuruh foto bareng gitu, itung-itung bikin kenangan di album."

Kepala yang lebih muda tertunduk ke bawah. Membuat Younghoon lagi-lagi dibuat heran oleng tingkah dari adik tirinya ini. Beberapa menit berpikir, akhirnya Younghoon bisa menebak isi pikiran Juyeon.

"Mata lo lumayan bengkak sih, berapa lama lo nangisnya emang? Tapi, kayaknya nggak terlalu keliatan kalau dari jauh. Lagian, lo masih keliatan cantik, kok. Nggak jelek kayak yang lagi dipikirin lo,"

"A-aku nggak mikir kesana!" Juyeon membuang arah pandangnya ke samping. Menghindari kontak mata dengan Younghoon yang masih setia menatapnya dengan mata yang hampir tidak berkedip sama sekali.

Younghoon menghela nafas panjang. Hingga tiba-tiba ia langsung menarik tangan Juyeon kembali untuk turun ke bawah tangga. "Kelamaan lo, bisa-bisa udah kelar acara resepsinya gara-gara gue dengerin lo ngelak mulu."

Harusnya Juyeon kembali menolak ajakan Younghoon ini. Berhubung ia sendiri sedang malas untuk menemui ibunya. Akan tetapi, melihat bagaimana ambisiusnya Younghoon untuk mengajaknya menghadiri pesta pernikahan kedua orang tua mereka membuat Juyeon memilih untuk bungkam.

Kalau dipikir-pikir memang Younghoon ini punya sisi menarik di mata Juyeon meskipun mereka baru bertemu dan bertatap muka hari ini.

.
[Tbc]
.

Juyeon sarkas atau Juyeon pasrah?

Juyeon pake nonbaku atau Juyeon pake semi-baku?

Pengen konsep kali ini beda aja, walaupun ide ceritanya mungkin agak mirip sama book yang pertama. Jadi kali ini biarin kalian yang nentuin sendiri mau kek gimana perannya (・ᴗ・;)ゞ

Limerence +Sangju Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang