Lima hari setelah kejadian di bioskop yang tak terduga itu, Mika menjadi lebih sedikit dekat dengan Azka.
Pasalnya selama menonton, mereka saling beropini mengenai film yang ditampilkan. Dan, mereka banyak memiliki pemikiran yang sama.
Di hari kamis yang cerah ini, Mika menghabiskan waktu jam kosong pelajaran terakhir di perpustakaan, sendirian. Riri yang alergi dengan buku, lebih memilih berpacaran dengan Aldo daripada menemani Mika.
Dasar teman.
Saat sedang berjalan ke arah rak novel yang disukainya, Mika hampir terpeleset lantai yang licin, ditambah kaus kakinya yang semakin memperbesar peluangnya untuk terjatuh. Namun, Mika merasa ada tangan yang menarik pergelangan tangan kirinya hingga ia tidak jadi jatuh ke lantai.
Ketika menoleh ke orang yang menolongnya, detik itu juga Mika ingin terjun dari balkon perpustakaan.
"Jatuh mulu ah tiap ada gue."
Mika masih melamun dan pipinya memerah tanpa dia sadari.
"Mik? Mika? Hai?" panggil orang itu.
Mika mengerjap, "hah? I-iya? Kenapa, Ka?"
Azka tersenyum dan menggeleng, "nggak, heran aja, tiap ada gue lo jatuh terus. Untung tadi gak jadi."
"Heheeh iya, licin lantainya sih," jawab Mika canggung, "lo nyari buku apa, Ka?"
Azka langsung menoleh ke tempat penjaga perpus, "tuh, gue disuruh bawain buku Fisika ke kelas. Terus iseng aja jalan ke rak novel, eh ada lo."
"O-oh gitu.."
"Nak, ini bukunya udah selesai," panggil ibu penjaga perpus ke Azka.
Azka menoleh ke Mika dan izin pamit, "yaudah, gue ke kelas dulu ya, dulan Mik."
"I-iya Ka, hati - hati."
Azka tersenyum sekilas dan beralih meninggalkan Mika.
Tepat setelah Azka pergi meninggalkan perpustakaan, Mika benar - benar menjatuhkan badannya ke lantai.
Dia menggigit bibir bawahnya dan tersenyum seperti orang kerasukan.
'EMAKKK PERJUANGAN GUE DUA TAHUN AKHIRNYAAAA'
¤¤¤
"
MIKAILAA SABRINAAAA!!! OI! LO NGAPA SIH NYETTT DARI TADI BENGONG MULU AH!"
Sudah bisa ditebak, teriakan itu pasti dari Sarah. Sarah sangat kesal karena dari sepulang sekolah jam 3 sore tadi sampai sekarang jam 10 malam, Mika masih saja tersenyum tidak jelas.
"Kesel gue sama lo, gue bilang ibu sama abang nih lo gila dari sore tadi!"
Mika langsung panik dan menarik tangan Sarah sampai dia terjengkang ke lantai kamar yang tidak dilapisi apapun.
"TUH KAN LO NGESELIM BANGET SIHH!!! SAKIT NIH GUE, SIMPANSE LO EMANG!"
Mika hanya cengengesan tidak jelas.
"TUH KAN KETAWA LAGI! BENERAN GUE BILANG NIH!"
"JANGAN SARRR!! IYA - IYA GUE CERITA NIH!"
Dengan muka sebal, Sarah duduk kembali di kasur Mika dan Mika yang berada di meja belajar pun mulai menceritakannya.
"Jadii, gue tadi kan ke perpus pas jam terakhir. Nahh gue ketemu sama Azka, DEMI APA DIA NOLONGIN GUE TERUS PAS DIA MAU BALIK KELAS DIA PAMIT SAMA SENYUM KE GUE! AAAAAA SARAHHH GIMANA GUE GAK KAYAK ORANG GILA COBA!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Mika
Teen Fiction"Aku tau aku terlalu berkhayal bahwa kamu akan kesini dan menyayangi aku layaknya aku menyayangimu. Tapi aku sadar, aku tidak setara untuk mendapatkan rasa yang kamu punya." -Mikaila Sabrina-