04, Albrecht

632 104 9
                                    

'Hyung, kau bisa masuk dari belakang. Huening dan Beomgyu hyung sudah menjaga dari luar,'

Yeonjun dengan perlahan berjalan menuju pintu bagian belakang gedung besar itu. Tangan kanannya dengan lihai menembak setiap kamera pengintai yang akan ia lewati, agar musuhnya tidak dapat melihat pergerakan dirinya.

"Ck, Sialan! Sejak kapan markas ini memiliki banyak sekali ruangan?!" pekik Yeonjun saat memasuki gedung tersebut.

Baru saja Yeonjun berancang-ancang untuk mendobrak salah satu pintu dari sekian banyak ruangan disana, Yeonjun mendengar isakan seorang gadis yang sangat ia kenal.

"Tenang. Aku akan membalas semua perbuatan yang telah mereka lakukan padamu."

———

"Hebat sekali. Siapa dirimu sebenarnya, gadis manis? bisa-bisanya hanya dengan menculik mu dapat membuat Vengeance repot-repot datang kemari?"

Narin menatap pria dihadapannya dengan penuh emosi. Ia tidak bisa berkata dan melakukan apapun. Mulutnya disumpal kain dan juga tubuhnya diikat dikursi yang ia duduki. Benar-benar tidak bisa bergerak.

'Brakk!'

Narin menoleh kearah sumber suara. Pandangan gadis itu sedikit buram akibat air matanya. Namun ia sangat yakin, bahwa itu adalah Choi Yeonjun. Harapan terakhirnya.

"Wow! Long time no see, Choi Yeonjun!"

Yeonjun tersenyum licik, "Long time no see, Hwang Hyunjin kaparat." ucapnya.

Narin tersenyum kecil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Narin tersenyum kecil. Bisa-bisanya ia terkesima dengan ketampanan Choi Yeonjun disaat seperti ini. Mereka saling menatap selama beberapa detik, sebelum akhirnya Narin tidak sanggup lagi menahan pusing dikepalanya, dan akhirnya menutup matanya.

———

"Hyung! Dia sadar!"

Narin yang baru saja membuka matanya menoleh kearah sumber suara. Matanya mendapati seorang pemuda yang ia yakini lebih muda darinya. Aura pemuda tersebut berbeda, tidak seperti Yeonjun yang gelap, pemuda tersebut terlihat lebih bersinar, dan berwarna.

"Keluar lah Huening, biar aku yang mengurusnya."

Pemuda yang disebut Huening barusan memutar kedua bola matanya kesal, "Benar-benar. Padahal aku yang sedari tadi menunggunya sadar," ucapnya yang dibalas dengan tatapan tajam oleh Yeonjun. Dengan malas, pemuda itu berjalan keluar dari ruangan tersebut.

"Kau tak apa?" tanya Narin saat Yeonjun duduk dipinggir ranjang yang ia tiduri.

"Harusnya aku yang bertanya, kau tak apa?"

Narin mengangguk sembari tersenyum kecil, "Seperti yang kau lihat. Hanya masih pusing sedikit," ucapnya.

"Sudah ku bilang jika terjadi sesuatu cepat hubungiku! Untung saja tadi Taehyun sedang melihat gps mu, kalau tidak? Kau mungkin sudah membusuk disana! Menyusahkan," pekik Yeonjun secara tiba-tiba.

Senyuman Narin luntur seketika. Jari mungilnya meremas ujung selimut, mengapa pria dihadapannya itu tiba-tiba membentaknya? Tadi ia baik-baik saja bukan?

"M-maaf, maafkan aku. Mereka langsung menarik ku saat aku keluar dari cafe. Maaf jika sudah menyusahkan, aku tidak tahu jika ini akan terjadi." cicit Narin pelan sembari menundukkan kepalanya. Menghindari tatapan tajam pria dihadapannya.

Narin mengangkat kepalanya saat tiba-tiba Yeonjun menarik tangan kanannya, lalu memasangkan sebuah gelang yang terdapat tombol diatasnya.

"Jaga ini dengan baik," ucap Yeonjun.

Narin mengerutkan keningnya bingung, "Apa ini?" tanyanya.

"Saat kau menekan tombol ini, akan langsung tersambung pada gelangku. Aku tau pasti sulit untuk menghubungiku jika terjadi sesuatu, jadi kau hanya perlu menjaga ini. Jangan sampai lupa untuk memakainya, dan jangan sampai ini rusak agar aku dapat mengetahui keberadaaanmu. Mengerti?" jelas Yeonjun panjang lebar sembari menunjuk gelang dengan bentuk yang sama seperti yang digunakan Narin ditangan kanannya.

Narin tersenyum kagum sembari menganggukan kepalanya. Matanya berbinar seperti anak kecil yang mendapat mainan baru. Sangat menggemaskan, bagi Yeonjun.

"Maaf membentakmu tadi, aku tidak bermaksud." ucap Yeonjun sembari menatap lekat gadis dihadapannya. Tatapan tajamnya berubah menjadi hangat, membuat Narin ingin terus-terusan menatap mata pemuda dihadapannya itu.

"Maaf telah membuatmu harus ikut campur dalam urusanku. Aku berjanji kejadian tadi tidak akan terulang lagi," ucap Yeonjun sembari mengelus lembut surai hitam Narin.

"Aku akan menangkap berandal itu dengan cepat, lalu membebaskanmu dan kau bisa hidup dengan bebas, seperti dulu." Ucap Yeonjun lagi, dengan berat hati. Ada apa dengannya? Anggap Yeonjun sudah gila, karena ia merasa tidak ingin melepaskan gadis dihadapannya itu.

Dan satu yang perlu kalian ketahui,

Narin merasakan hal yang sama. Entah mengapa ia merasa masih ingin bersama pemuda dihadapannya tersebut, walau harus mempertaruhkan nyawanya seperti kejadian tadi siang. Benar-benar gila.

———

Criminal | yeonjun.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang