Chapter 25: Hard

715 15 0
                                    

Niall’s POV

            Siang yang menyenangkan. Kami bertiga tertawa bersama di dalam ruangan ini dengan topik yang selalu berbubah dengan tidak jelasnya. Akar topik berbeda seratus delapan puluh derajat dari ujung topik.

“Niall, hei, Niall,” panggil Jasmin membangunkan lamunanku.

“Oh ah, maaf aku melamun,” jawabku kaget ketika Jasmin menggerak-gerakkan tangannya di depan matamu.

“Kau terlihat lucu ketika melamun, hihihi,” tawa David membuatku tiba-tiba merasa aneh.

“Ma-maksudmu…”

“Kau lucu, Ni, ketika kau melamun. Aku rasa aku mulai menyukaimu,” bulu kudukku mulai berdiri ketika David mengucapkan kalimat tersebut dengan senyum polosnya. Aku memicingkan sebelah mataku dan bertingkah sedikit aneh.

“Jangan kau anggap aku ini pecinta sesama jenis, oke? Menyukai dalam hal lain, bodoh,” lanjutnya melempar sebuah botol air mineral kosong lalu tepat mengenai keningku.

“Ma-maaf….” Balasku mengelus-elus keningku yang terasa sakit akibat lemparannya yang luar biasa kencang itu.

“Oh ya, bisa ceritakan bagaimana kalian berdua bisa bertemu?” pinta David. Aku melihat ke arah Jasmin dan pada saat itu juga Jasmin melihat ke arahku. Secara spontan kami berdua tertawa.

“Itu awal yang sangat aneh, Vid,” ucap Jasmin masih tertawa lebar di sela-sela kalimatnya.

“Benarkah? Ceritakan!” seru David terdengar penasaran.

“Niall menabrakku ketika aku sedang berjalan-jalan di sekitar rumah baruku. Dia merusak kamera kesayanganku, lalu menggantinya dengan yang baru dan ya semua berlanjut sampai saat ini,” jelas Jasmin dengan tawa yang masih menyertainya.

“Have you ever kissed?” tanya David semakin penasaran.

“WHAT?!” seruku dan Jasmin lalu kami berdua kembali bertatapan.

“N-no! Kami tidak pernah,” lanjut Jasmin. Ya. Tidak pernah. I know it. Kulanjutkan dengan anggukan pada David. Kulihat wajahnya mulai sedikit berubah.

“Hahaha, kukira pernah. Habis kalian terlihat cocok berdua sih,” ucapnya.

“David!” aku berteriak sedikit tersipu dengan perkataannya. “Berhenti bicara begitu!”

“Biarin, weee,” dia menjulurkan lidahnya ke arahku. Dasar laki-laki tukang frontal.

“Dasar kalian berdua. David, kau harus makan dulu,” potong Jasmin beranjak dari kursinya dan mulai mengambil mangkuk berisi makanan. Lalu dia menyuapinya sesendok demi sesedok. Terkadang hanya ada kekosongan di kedua mataku melihat hal itu. Aku cembur? Ok, I know it. Aku tidak bisa lagi membohongi diriku sendiri. Aku benar-benar menyukainya dan menginginkannya.

.

.

“Kenapa kau bisa se-frontal itu, sih, hah?” tanyaku duduk menjulurkan kakiku ke atas kursi di sebelahku.

“Habisnya aku bosan melihatmu terus menyembunyikan perasaanmu padanya,” balasnya mengambil ponsel di atas mejanya.

“Dasar. Kau meras baikan?”

“Tentu saja. Aku senang kau begitu mengkhawatirkanku, Ni,”

“Ku-kubilang hentikan perkataan menjijikkan seperti itu…” kali ini ada aku dan David di dalam kamar. Jasmin sedang pulang ke rumahnya untuk sekedar beristirahat sejenak. Entah mengapa aku mulai merasa betah tinggal di sini.

When Asphodel Start to BloomWhere stories live. Discover now