Elea
Setelah acara makan malam team, kami memutuskan untuk pulang ke villa dan beristirahat. Selesai membersihkan badan dan berganti pakaian, aku menuju dapur untuk mengambil air minum. Namun ternyata, Ale masih duduk di sofa sambil memainkan gitar dan memandangi kolam renang.
"Ale?" Panggilku yang berhasil membuatnya menoleh.
"Hei, belum tidur?" Tanyanya yang ku balas dengan gelengan kepala.
Aku duduk di sampingnya dan memberinya teh hangat.
"Thank you." Ucapnya.
"Tidur gih, istirahat." Tambahnya sambil menyenderkan kepalanya di sofa dan menatapku.
"Kamu kenapa nggak tidur?" Tanyaku.
"Belum ngantuk dan lagi pengen gitaran aja. Mumpung Ojan bawa gitar jadi aku pinjem aja." Katanya sambil memetik gitar.
"Aku boleh disini nggak?" Tanyaku kembali.
Ale mengangguk, "mau senderan juga boleh" katanya sambil menepuk pundaknya.
Entah apa yang ku pikirkan, dengan santai aku menyandarkan kepalaku pada bahu Ale dan membahas kekhawatiranku esok malam saat menemui Dhana. Jujur aku tak tau harus memulainya dengan apa, terlebih aku sudah membayangkan sikap Dhana yang tidak akan baik-baik saja setelah aku mengucapkan keinginanku.
***
Alreyshad
Sejujurnya aku tidak serius menawarkan pundakku pada El. Namun, responnya di luar kendaliku. Kepala El tiba-tiba bersandar di pundakku. Semoga detak jantungku tidak sampai terdengar oleh El, karena jujur kali ini aku rasa jantungku bekerja jauh lebih keras.
"Al?" Panggilnya.
"Hmm?" Jawabku.
"Aku harus bilang apa ke Dhana?" Tanyanya pelan.
"Bilang aja apa yang kamu mau sampein." Jawabku sambil menatapnya.
Aku bersumpah kali ini, darimana saja aku menatapnya, El tidak pernah terlihat jelek. Terserah jika kalian bilang aku lebay, karena memang tak ada kata-kata lain selain Cantik, yang akan terus aku gunakan ketika melihat El.
"Aku takut Dhana marah kalo aku langsung minta break up, Al." Ucapnya
"Mau aku temenin?" Jawabku dengan nada bercanda.
El langsung mendongakan kepalanya dan menatapku. Dia menggeleng.
"Bisa-bisa tambah marah nanti." Jawabnya sambil menyandarkan kembali kepalanya.
"Trus maunya gimana?" Tanyaku.
"Aku nemuin dia sendiri aja nanti Al." Katanya seraya menegakkan tubuhnya. "Aku tidur ya." Lanjutnya sambil melangkah melewatiku.
Entah setan apa yang ada di tubuhku sampai aku berani untuk menahan tangannya.
"Al?" Tanyanya bingung.
Aku menggeleng, "sleep well." Jawabku.
"You too, jangan tidur terlalu malem ya" ucapnya sambil tersenyum dan meninggalkanku.
***
Sore ini kami sudah menyelesaikan seluruh kegiatan gathering kami, sehingga sekarang waktunya untuk pulang dan kembali ke rutinitas harian kami.
Sesampainya di Jakarta, kami semua berpisah menuju tempat tinggal kami masing-masing. Aku menawarkan tumpangan pada El. Namun ternyata, Dhana sudah menjemputnya, dan El tidak mau mengulur waktu untuk menyelesaikan masalahnya dengan Dhana. Jadi, dia memutuskan untuk pulang bersama Dhana dan menyelesaikan segalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPOCH [COMPLETED]
Narrativa generaleHari itu, kali kedua kami bertemu setelah beberapa purnama berlalu, Melalui tatapan pilu, aku tahu. Aku tak benar-benar berlari jauh, Yang ku lakukan hanya meniti sebuah garis yang membawaku menemuimu. EPOCH 'epək (n) : a period of time in history o...