18 - 🎲 (1)

3.6K 482 28
                                    


*.   "    -     '  •    ° '   °    ^     — *

🍁

Bima terus-menerus mengecek telepon genggamnya. Berharap adiknya membalas pesannya. Ia benar-benar tak tahu dimana keberadaan Nana saat ini. Dirinya diliputi rasa khawatir dan kecewa. Kecewa pada dirinya sendiri yang malah seakan membuang adiknya begitu saja tanpa mau mendengarkan sepatah kata pun dari adiknya. Ia tak benar-benar marah, hanya saja ia terkejut dengan hal yang dikatakan oleh salah seorang guru yang menghubunginya kala itu. Mengatakan bahwa adiknya melakukan hal tak pantas dan fotonya tersebar di sekolahnya. 

Beberapa minggu setelah Nana pergi dari rumah, ia tak pernah berhenti memikirkan adik kesayangannya itu. Dan waktu itu, ia kembali melihat potret dari sehelai kertas dengan gambar tak jelas dan tak senonoh itu. Ia mengamati salah seorang yang diduga bahwa itu adalah Nana. Namun ia tahu betul seperti apa adiknya. Ia tahu dengan betul perawakan adiknya. Orang yang ada di dalam gambar itu bukan Nana, melainkan orang lain yang mirip dengan Nana.

Bima kali ini mendesah pasrah. Tak tahu dimana keberadaan adiknya. Ia beberapa kali menghubungi Haechan, tapi anak itu sepertinya masih marah besar pada Nana. Entah apa salah Nana.

Andra membanting ponselnya kasar ke arah kasur. Lagi-lagi Nana mengabaikan panggilan telepon dan rentetan pesan dari Andra. Anak itu benar-benar tak diketahui keberadaannya. Bahkan sepertinya anak itu kini jarang sekali atau bahkan tidak pernah membuka ponselnya. Andra merasa bahwa Nana menjauh darinya dan ingin mengakhiri hubungan mereka.

Ia benci Nana, sungguh.

Tapi entah mengapa rasanya begitu sulit untuk melepaskan anak manis itu. Entah dari aspek mananya seorang Jaemin Putra Narendra dapat membuat Andra berporos padanya untuk waktu yang lama. Hampir dua tahun lamanya. Rekor baru sekaligus rekor tertinggi bagi seorang Andra untuk  memiliki kekasih. Hubungan asmara Andra tak pernah bisa menyentuh lebih dari dua bulan sebelum Nana. Itu pun dia masih mempunyai banyak simpanan atau bahkan selingkuhan di sekitarnya.

Kenyataan bahwa sesering apapun Andra menyakiti Nana dan sesering apapun Andra berkencan dengan orang lain di belakang Nana tak membuat Nana kehilangan kesabaran. Kalau saja Andra bukanlah orang yang menomorsatukan egonya, sudah pasti ia akan mengakui bahwa Nana adalah orang paling baik dan paling sabar yang pernah ditemuinya selain orang tuanya yang sekarang menjadi orang yang gila kerja.

Jeno menghubungi seseorang.

Telepon tersambung.

[Halo? Ada apa Ndra?]

























"Apartemen, kayak biasa. Gue tunggu. Jangan lama-lama, Jin."







Yah, kalian bisa menebak sendiri.



🍁

Aku ingin menanyakan suatu hal pada kalian.

Apa yang akan kalian rasakan atau kalian lakukan ketika melihat kekasih kalian berada di atas ranjang dengan seseorang? Tertutupi selimut hingga dada dan dapat dipastikan bahwa kedua orang itu tak mengenakan pakaian sama sekali. Apalagi dengan banyak bekas keunguan di leher mereka.

Memang, Nana masuk ke dalam apartemen Andra. Berniat mengunjungi serta memberi kejutan padanya secara tiba-tiba. Namun tak ada satupun jawaban ketika ia menekan tombol di sebelah pintu yang lumayan besar itu dari luar. Hingga ia memutuskan untuk masuk begitu saja karena ia sudah hafal dengan sandi apartemen Andra. Nana mengernyit saat mendapati sepasang sepatu yang tentu saja bukan milik Andra. Karena ukuran sepatu itu lebih kecil dari ukuran milik Andra.

Menaruh kue dan beberapa masakan yang ia masak dan ia bawa dari tempat tinggalnya saat ini. Mengelilingi unit apartemen itu dan tak mendapati Andra dimanapun, hingga ia mencoba untuk membuka pintu kamar Andra yang syukurlah tidak di kunci.

Ku beri tahu kalian satu hal, semesta tak semudah itu berbaik hati pada salah satu manusia bernama Nana.

Sesaat setelah Nana menempelkan sebuah sticky note di pintu kulkas Andra, ia menyambar dan menggendong kembali tas selempangnya yang berada di atas meja makan. Lalu berlari secepat mungkin. Tak menghiraukan tubuhnya yang sangat mudah lelah dan tak bisa berlari terlalu cepat. Ia memaksa dirinya untuk berlari, dengan tetesan air mata yang membanjiri wajahnya. Membuat pandangannya kabur dan membuatnya menabrak orang lain. Ia tak peduli, ia hanya ingin pergi.












🍁


[UDAH LO CEPETAN KESINI ANJING!]


"GUE TANYA NANA MANA, BANGSAT?! GUE MAU NGOMONG SAMA DIA! DENGER YA MARK, GUA GA MAU KESANA KALO BELOM–"






















"ANDRA! PLEASE. MUNDURIN BENTAR EGO LO. JANGAN EGOIS. NANA LAGI SEKARAT!"


T B C
_________________________________
_________________________________

✅ Cliché, Na • [NoMin] | Book 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang