Blackpool sweet 23

329 20 21
                                    

Suara desau angin terdengar cukup bising dari luar, gorden jendela nampak berkibar sehingga hampir menerbangkan sebuah vas bunga yang di taruh di atas meja kecil di dekatnya, Peter menghampiri balkon lalu menatap lingkungan sekitar, nampaknya hujan cukup besar mengguyur Toronto malam itu dengan sedikit kilat cahaya yang saling bersambutan.

Sudah hampir selama 2 minggu ia meninggalkan London untuk kembali beraktifitas di kota kelahirannya, kota penuh cinta dimana ia dibesarkan dan mulai meniti karir.
Sebelumnya ia sendiri sempat menghadiri acara ulang tahun sahabatnya Brian di Los Angeles yang ke 22 dengan perayaan pesta meriah, kini ia kembali ke condo nya seorang diri.

Selalu ada yang hilang ketika ia tidur sendirian kala dirinya sedang tak bersama sang kekasih, kehadirannya seolah menjadi bagian dalam tubuhnya dimana ketika mereka berjauhan, ia selalu merasa sebagian tubuhnya yang lain menghilang dalam sekejap tanpa bekas, sebesar itulah arti seorang Karla baginya.

Suara ketukan langkah kaki terdengar dari ruang tengah, ia menoleh dan mendapati sang ibu sedang menghampiri dirinya.
"oh my god mum" ujarnya sambil setengah berlari memeluk ibunya.
"it is raining outside, isn't it?" katanya.

"I know right, mommy khawatir padamu sayang, kau pasti susah makan dan merasa sendirian" Karen menggodanya.

Suara tawa kecil terdengar, "haha mum, kau selalu mengerti kebutuhan putramu" Peter bergerak memeluk Karen dengan erat.

"mommy bawakan masakan rumah untukmu, ayo makan!" seru Karen seraya menaruh sebuah bingkisan yang ia bawa dari rumahnya. "kau juga pasti merindukan kekasihmu kan?" lanjutnya.

"yah, rencananya aku akan terbang ke London besok sore, karena besok lusa dia ulang tahun" Peter berujar kemudian meraih tangan ibunya, "aku ingin kau ikut denganku kesana mum" pintanya.

Karen mengusap kepala putranya, "oh my god that's so cute, I'll go there with you tomorrow" katanya.

Wanita paruh baya itu kemudian bersandar di sofa sambil memegang sebuah buku yang lebih mirip seperti buku cerita atau sejenis poetry, Peter menghampirinya kemudian meletakkan kepalanya di pangkuan sang mama, "mum, please tell me something about story or a folklore before I go to sleep" pintanya.

"okay, I'll give you something" Karen berujar sambil mengusap kepala putranya. "once upon a time in a village, there are two kids lives there, an orphan siblings. They both are such a bold kids who can fight some evil witches, people called them Hansel and Gretel" celoteh Karen menemani anak lelakinya itu menceritakan sebuah kisah hingga ia tertidur pulas layaknya bocah kecil yang sedang dimomong oleh ibunya.

Ketika pagi menyambut, cahaya dari luar nampak menyala kuat, Peter melangkah keluar balkon kemudian menatap sekeliling yang dipenuhi embun pagi dan sisa hujan semalam menghadap menara Toronto, sementara itu aroma masakan nikmat tercium sangat menggoda, suara teriakan perut Peter seolah menyambutnya untuk segera diisi.

Ia berjalan menuju kafe kecil di dapur dan mendapati beberapa masakan terlihat sudah tersaji panas, Karen terlihat tersenyum bahagia, "morning darling, breakfast time" katanya sambil membawa dua buah sajian di piring.

Mereka melakukan sarapan pagi bersama, kemudian ia sempat pergi ke sebuah gym langganannya sebelum menelepon Cez untuk ikut menemaninya ke London.
Ia terlihat sibuk dengan ponselnya selama di Toronto, sementara itu Karen terlihat menyiapkan beberapa pakaian yang akan mereka bawa.

Tepat sore hari waktu setempat, Cez tampak sudah siap berdiri di depan condo, sementara Peter dan Karen baru saja keluar membawa koper, mereka pergi menuju bandara sore itu juga.

Peter nampak tersenyum sumeringah sambil menatap ponselnya ketika mereka di bandara, Karen terkekeh sejenak.
"hehe yes darling, I know you're happy" celetuknya.

My Best Friend is My PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang