Ya ampun kalian semua bener-bener ya... komen ampe nembuh 100?? Tapi isinya maki-maki semua🤣🤣🤣..
Itu si Jiyong udah nangis-nangis masih aja gak mau maafin??
Dia khilaf guisssss... namanya juga Libido tinggi😝😝
Chapter ini masih dari sudut Pandang Si Kwon Jiyong ya...
Enjoy...
**
"Kenapa tidak mau pulang bersama Oppa? Kau bilang malam ini mau menginap?"
"Aku tidak enak dengan Unnideul, mereka semua berkumpul di Dorm, sedangkan aku tinggal ditempat Oppa? Biarkan aku bersama mereka dulu, Hem?"
"Biar Oppa yang akan bicara dengan mereka."
"Andwae! Mereka pasti tidak akan berani menolak permintaan Oppa. Kumohon Oppa bisa mengerti."
"Aku merindukanmu. Kau tidak rindu dengan Oppa?"
"Jangan kekanak-kanakan. Oppa bisa mencari kesibukan yang lain, bukan? Sudahlah. Nanti di saat masa promosi sudah selesai, aku akan tinggal bersama Oppa lagi."
"Arraseo. Berjanjilah untuk selalu mengangkat telepon dariku, dan selalu luangkan waktumu barang sebentar untukku, Hem?"
"Ne, Oppa. Kau semakin manja saja."
"Aku memang manja. Dan aku akan semakin merepotkanmu jika kau sampai menghiraukan aku, ingatlah."
"Wah, Daebak! Oppa mengancamku?"
Kutarik tubuhnya agar memangkas jarak diantara kami, melingkari pinggang mungilnya dengan erat. "Ani. Oppa nomu-nomu saranghae. Tidak mungkin Oppa berani mengancammu."
"Baiklah, aku pergi dulu ya, nanti kukabari lagi." Ia mengecup lembut pipiku, hanya pipi?
"Kabari aku jika sudah sampai ya?"
"Ne, Oppa. Annyeong!"
Melepas rengkuhan kami dan melihat kepergiannya, entah kenapa semakin hari rasanya semakin berat untukku. Seharusnya setelah selesai recording di TBL, ia ikut pulang bersamaku. Namun, kembali lagi Lisa mencoba menghindariku. Entah mengapa tiba-tiba ia berasalan ingin bersama Unnideulnya.
Kuraih Ponsel yang ada di saku celanaku, menekan speed dial.
"Pastikan kau tidak kehilangan jejaknya. -Tidak, setelah Soonho selesai mengantarkannya ke Dorm sekalipun, kau pastikan 24 jam berjaga. Feelingku tidak enak malam ini. -Ya, kutunggu kabarmu."
* *
Pecahan dari botol dan gelas-gelas minuman kerasku kembali berserakan di lantai. Tidak sedikit pula darah mengalir dari luka-luka yang ada di sekitaran telapak dan jari tanganku, luka akibat menghantamkan tinju ke dinding dan kaca rias yang ada di kamarku.
Kondisi kamarku tidak jauh lebih baik dari minggu lalu disaat kutahu kebenaran bahwa Lisa mengetahui kesalahanku.
Namun kali ini rasa sakitnya jauh berkali-kali lipat.
Ia berbohong!
Lisaku mulai berbohong.
Amarah yang memenuhi dadaku terasa sangat menyakitkan dan membuatku sulit bernafas.
Mengetahui kekasihku saat ini lebih memilih menghabiskan malamnya dengan Pria lain benar-benar membuatku hancur.
Inikah yang ia rasakan saat itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberries and Cigarettes
FanfictionIngatkah ketika kau mengajariku tentang takdir? Mengatakan semua ini akan pantas untuk ditunggu? Seperti malam itu, Ketika jari-jarimu berjalan di tanganku. Dan di hari - hari berikutnya, Aku masih bisa mencium bau pakaianmu. Aku selalu berharap se...