Akhirnya kita bertemu walau singkat, di halte bis yang padat.
Kau menunggu bis yang sedang aku naiki, yang tengah bersiap untuk menepi.
Aku menangkap pandangan dari sosok yang sedang memperhatikan ku erat, meski setengah wajahnya tertunduk malu.
Bola mata yang tak asing lagi bagiku,
"Tapi masa iya?" pikirku.Lalu aku turun, melangkah kearahmu yang sedang menunggu bis berikutnya.
Ketika kita saling bersilang, aku mengenal wangi parfum yang sudah aku hapal betul siapa pemiliknya, "Ya, aku sangat yakin ini dia!"Ingin aku menyapa, bertanya tentang kabar atau sekedar basa-basi "Hay, mau kemana"
"Ya! ini kesempatan bagiku!"Namun baru saja ku ambil langkah pertama, membalikkan badan ku, dengan mengumpulkan semua keberanian yang kupunya,
kau menoleh....Kau menoleh kebelakang,
mengerutkan dahi dengan pandangan mata meruncing.
Berharap 'orang ini' segera pergi, tanpa berkata apapun.Aku terdiam, berdiri mematung.
Segera aku urungkan niat dan berbalik badan, menuju pintu penjemputan bis. Akhirnya kita berlawanan arah, memunggungi satu sama lain.Biarlah suara keramaian orang lalu lalang menjadi pengganti suara ku yang hilang.
Biarlah orang yang disampingmu menjadi penggantiku, karena seharusnya aku yang berada disisimu menemani.
Biarlah suara bising deru bis menjadi pengganti atas suara hati yang tak tersampaikan.Kau akhirnya naik begitupun juga aku, pergi tanpa berkata apapun.
Hanya terisa orang-orang asing,
yang tak pernah tau bahwa baru saja ada seorang laki-laki dan perempuan yang pernah menjalin hubungan, namun terpisah jarak, terputus komunikasi, lalu dipertemukan oleh keadaan yang singkat.Setidaknya aku lega, melihat sekarang engkau telah berubah mengikuti ajaran agama.
Menutup rambut dan sebagian wajahmu, juga semua auratmu.Akhirnya kita bertemu, walau hanya sebatas pandangan mata.
Akhirnya kita bertemu, walau hanya sesaat, namun aku bahagia.
Biar aku simpan saja sendiri perasaan rindu ini, tak apa aku kuat.