Ch.12-Penguntit yang Dimata-Matai

949 96 13
                                    

Oka dan Alma lagi-lagi menarik perhatian banyak orang dengan visual mereka. Kali ini berbeda. Bukan lagi asal-asalan bermain di pinggir jalan, kali ini mereka tampil di salah satu kafe yang mereka singgahi.

Berbekal pelatihan beberapa bulan yang lalu---festival sekolah, mereka terlihat percaya diri dengan posisi masing-masing. Oka membawa gitar di samping Keyra sebagai vokalis, Cris masih membawa gitar bass, dan Alma yang serbabisa kini beralih menjadi drummer.

Di sisi lain, Yana hanya bisa duduk sambil mandangi mereka berempat. Kalaupun bisa ia ingin bergabung di antara mereka. Setidaknya memainkan alat yang berbunyi kricik itu.

"Hah, irinya...." keluhnya menadahkan dagu di atas meja.

Ketika pandangannya memutar ke sekeliling, tiba-tiba kedua matanya tertuju pada dua orang di meja yang letaknya lumayan jauh. Sepertinya ia tidak asing dengan mereka ... walau penampilannya terkesan ditutup-tutupi, ia tahu persis dengan apa yang dilihat oleh pasang matanya.

"Om, Tante?" sapanya sambil menunduk untuk memastikannya lagi.

Dua orang itu mendadak kikuk setelah beberapa saat terkejut. Tante Mika melepas kaca mata hitamnya sambil cengengesan ke arah suaminya.

"Baru tahu kalau kaca matanya hitam," ucap Tante Mika tersenyum aneh ke arah Yana.

"Kok bisa kebetulan bertemu di sini ya?" tanya Yana bingung, "Romantis juga ya Om dan Tante?"

"Ha... ha... ha.... Kebetulan ya?"

Tante Mika semakin cengengesan tak karuan, sedangkan Om Kira lebih sering membuang muka dengan sesekali tersenyum kaku mendengar jawaban aneh istrinya.

Tante Mika tiba-tiba diam. Memasang wajah datar. Ia menatap tajam Yana yang masih berdiri di sampingnya. Gadis itu terperanjat kaget, lalu hanya diam menunggu apa yang akan terjadi.

"Yana."

Tante Mika berubah dingin. Ia beranjak pergi tanpa berpamitan. Yana yang mengetahui kode tak tersampaikan itu segera menyusul Tante Mika keluar.

Om Kira yang paham dengan apa yang akan dilakukan istrinya segera menghela napas berat. Haruskah ia mengikutinya?

Yana sekali lagi dibuat ketakutan oleh Tante Mika yang tiba-tiba berubah dingin itu. Ia tidak tahu jika wanita paruh baya di sampingnya memiliki kepribadian seperti itu. Apa yang harus ia lakukan? Haruskah ia membuka percakapan lebih dulu?

"Yana," ucap Tante Mika membuat gadis yang tertunduk di sampingnya itu mendongak ke arahnya.

"I-iya Tante?" kikuk Yana.

Tante Mika menatap tajam ke arah Yana. Kemudian mendekat beberapa langkah sampai-sampai membuat pikiran Yana berkabung entah kemana.

"Plis ... tolong jangan beri tahu Keyra kalau Tante ada di sini?!" rengek Tante Mika meremas lengan Yana.

Yana begitu terkejut mendengar hal itu. Bukankah ia sedang diintimidasi?

"Ta-Tante?" kikuk Yana kembali, "Bukankah Tante ke sini untuk liburan? Kenapa Keyra tidak boleh tahu?"

"Ah," Tante Mika melepas genggamannya sambil menghela napas berat--Yana tiba-tiba merasa tidak enak hati ... atau takut? "Keyra pasti menganggap Tante sebagai penguntit."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm a Main Antagonis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang