"Setelah ini, kamu mandi dan kita pergi makan dan belanja. Kamu pasti lapar kan?" ajak Andri yang langsung pergi ke ruang tamu.
Makan.. belanja. Belanja apaan? batinnya.
Dengan hati penasaran Dinda akhirnya mengikuti ucapan Andri untuk mandi. 30 menit kemudian dia selesai dan keluar dari kamarnya. Dia memakai baju terusan warna biru muda namun masih di atas lututnya dan memakai topi warna putih dengan rambut di gerai. Dia berjalan santai ke arah Andri yang berada di ruang tamu. Seketika Andri dibuat terpana dengan penampilan Dinda yang sangat cantik menurutnya.
"Mas.. aku sudah siap," ucap Dinda namun tak ada jawaban dari Andri yang masih terpana dengan penampilan Dinda. Sehingga Dinda memperhatikan dirinya karena merasa ada yang salah pada dirinya dengan tatapan Andri.
"Mas..!!" panggil Dinda sambil menepuk bahu Andri.
"Eh.. iya, ada apa Dinda?" jawab Andri yang terkejut dengan tepukan pada bahunya.
"Ya ampun Mas. Memangnya ada apa sama Dinda kok sampai melamun begitu lihat Dinda. Apa ada yang aneh dengan penampilan Dinda?" kata Dinda yang tersipu malu.
"Gak ada kok yang aneh. Bagus pun kalau Mas lihat, kamu cantik banget. Eh...," Andri seketika menutup mulutnya karena tak sengaja keceplosan mengatakan hal itu.
"Ayo kita berangkat makan dan belanja, keburu lapar nih," ajak Andri mengalihkan pembicaraan.
"Baik, Mas. Tapi kita mau belanja apa sih?" tanya Dinda.
"Ya banyak keperluan dapur dan rumah. Memangnya kamu mau masak apa besok kalau di kulkas gak ada apa-apa?" kata Andri menjelaskan yang di balas Dinda dengan anggukkan tanda dia paham apa yang dikatakan Andri.
Sebelum berangkat Andri tidak lupa menelpon pak RT untuk memberitahukan bahwa di rumahnya ada warga baru sebagai pembantunya agar tidak menjadi pertanyaan oleh warga lain sekaligus ingin menunjukkan dia warga yang baik.
Di dalam mobil pun mereka berdua diam dan masih merasa canggung dengan apa yang dikatakan Andri.
Sesampainya di restoran langganannya, Andri langsung memesan makanan untu mereka berdua karena ternyata mereka berdua tak bermasalah dengan makanan apa yang ada. Setelah makan mereka menuju supermarket untuk berbelanja keperluan rumahnya.
💠💠💠
Sesampainya di rumah Andri membantu Dinda membawa barang belanjaan yang mereka beli.
"Dinda, a..apa kamu bisa mengerjakan sendiri meletakkan barang ini semua?" tanya Andri masih canggung
"Bisa, Mas," jawab Dinda singkat.
"Maaf saya pamit mau mandi dulu," kata Andri langsung meninggalkan Dinda.
"Apa Mas Andri mau saya buatkan kopi?" tanya Dinda sambil menunduk.
"Ya boleh," teriak Andri karena sudah masuk ke kamarnya.
Setelah mandi Andri duduk di ruang tamu menonton televisi dan melihat ponselnya. Namun dia tidak melihat Dinda ada di dapur. Dan tak lama Dinda keluar dari kamarnya, ternyata selesai mandi juga. Tak sadar Andri pun terpana kembali melihat penampilan Dinda yang memakai kaos oblong putih panjang dengan celana pendek selutut. Nampak pas di tubuh Dinda yang berkulit kuning langsat khas indonesia.
Mas Andri kok melihat aku seperti itu, jadi malu aku. Atau nanti di pikirnya aku menggoda lagi. batin Dinda gugup karena tatapan Andri yang tak berkedip.
"Mas, nanti matanya copot loh, masa melihat Dinda sampai gak berkedip," kata Dinda menyadarkan Andri.
"Mm.. Maaf aku gak sengaja. Eh.. anu.. aku hanya kagum dengan penampilanmu. Kamu cantik sekali, serasa pas pakaianmu dengan tubuhmu," ucap Andri gugup dan salah tingkah karena kelakuannya yang diketahui oleh Dinda.
"Ada-ada saja Mas. Saya kan orang kampung, mana ada bisa cantik seperti yang Mas bilang. Pakai make up aja gak pernah," jawab Dinda yang tidak peduli dengan sanjungan Andri tentang dirinya.
"Justru karena tak memakai make up itu, kamu jadi cantik alami," ucap Andri dengan senyum manisnya.
"Nih, Mas kopi dan rotinya, mumpung masih hangat," ucap Dinda membalas senyuman Andri.
"Makasih ya," balas Andri yang tak berpaling dari wajah ayu Dinda.
"Mas,,, jangan tatap aku seperti itu. Aku kan jadi gugup dan malu," kata Dinda dengan manja.
Ya Allah, ada apa dengan diriku. Kenapa aku terobsesi dengan dirinya? Mengapa prilakunya sama dengan istriku yang selalu manja denganku?Apakah aku jatuh cinta dengan dia sepupu istriku. Ya Allah, mengapa seperti ini? batin Andri mengacak rambutnya sendiri. Bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya.
"Dinda, kamu mau kemana? Kemari duduk di sini, ada yang mau aku tanya sama kamu," tanya Andri sambil menepuk sofa yang dia duduki.
"Baik, Mas sebentar aku mau buat minumanku," jawab Dinda.
Sementara Dinda membuat minumannya, Andri menelpon mama mertuanya.
"Assalamu'alaikum, Nak Andri." salam sang mertua.
"Wa 'alaikum salam, Ma," jawab Andri.
"Apa Dinda sudah sampai ke rumahmu?" tanya Retno.
"Sudah, Ma bahkan baru saja kami pulang makan dan berbelanja keperluan dapur." jawab Andri.
"Wah.. jadi kamu sudah akrab dengan Dinda. Padahal Mama sangka kamu akan canggung karena melihat sepupu Risa," kata Retno.
"Jadi, ini semua rencana Mama, supaya aku dekat dengan Dinda," tanya Andri menyelidik.
"Maaf, Nak Andri. Mama dengan mama kamu memang sengaja ingin menjodohkan kamu dengan Dinda," jelas Retno.
"Ya ampun, Mama. Bukan Andri menolak apa yang Mama inginkan tapi ya gak secepat ini. Aku kan baru kehilangan istriku," kata Andri.
"Maafkan, Mama ya Nak. Bukan seperti yang nak Andri pikirkan. Mama hanya ingin kamu dekat dulu dengan Dinda." ucap Retno.
"Ya sudah, Ma. Mama gak perlu minta maaf. Gak ada orang tua yang ingin anaknya sedih. Tapi aku jadi bingung, sepertinya aku jatuh cinta sama dia, Ma." ungkap Andri yang berterus terang.
"Hah.. ya Allah mama seneng banget. Ya sudah kamu istirahat, besok kamu masuk kerja. Assalamu'alaikum," kata Retno langsung menutup telponnya.
"Iya.. iya Ma, ya ditutup. Wa 'alaikum salam." kata Andri sebel.
Andri melihat Dinda menuju ke ruang tamu kemudian duduk di sebelah Andri. Hal itu yang membuat jantung Andri berdegup lebih cepat dari biasanya.
"Mas Andri lagi telpon siapa?" tanya Dinda canggung dan menundukkan kepalanya.
Bersambung ...
Di tunggu vote dan sarannya
♥️♥️♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑳𝒐𝒗𝒆 𝑰𝒔 𝑴𝒊𝒏𝒆
Lãng mạn𝑨𝒏𝒅𝒓𝒊 𝑳𝒖𝒌𝒊𝒕𝒐, 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒖𝒅𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒂𝒓𝒖 𝒔𝒂𝒋𝒂 𝒅𝒊𝒕𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍𝒌𝒂𝒏 𝒊𝒔𝒕𝒓𝒊𝒏𝒚𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍 𝒌𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒌𝒆𝒄𝒆𝒍𝒂𝒌𝒂𝒂𝒏. 𝑫𝒊𝒂 𝒎𝒆𝒎𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂𝒊 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒖𝒕𝒓𝒊. 𝑵𝒂𝒎𝒖𝒏 𝒌𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂...