Sudahlah, kuoutuskan double up hari ini. Jadwal aku rubah jadi update sesiapnya naskah yah. Aku pengen cerita ini cepet tamat kalo bisa.
So, EnjoyYang belum vote, vote dulu ❤️
ㅎㅎㅎ
🥦 Happy Reading 🥦
.
.
.
.Oliv segera melepaskan tangannya dari cekalan Langit. Dia menatap tajam Langit yang saat ini sedang dipeluk Abel. Entahlah mungkin cewek itu syok karena telah menampar seseorang.
Oliv mah santuy, kalau tidak ditampar ya menampar. Namun hanya dua orang yang sudah berhasil menampar Oliv.
Oliv tidak peduli, tanpa kata dia menggeret tangan Deva agar mengikutinya menuju gudang sekolah. Ada sesuatu yang harus dibicarakan dengan Deva, karena urusannya dengan Deva belum selesai.
Dia harus bermain-main dulu dengan si cupu satu ini. Sepertinya akan ada satu lagi murid Pancasila yang leuar tahun ini. Padahal saat ini masih semester awal.
Langit terlihat sedang mengelus pelan rambut Abel yang berada dalam dekapannya, menenangkan gadis itu. Julian dan Agam berdecak, “ah gak seru,” ucap Agam.
“Heeh, si Langit kenapa ikut-ikutan sih. Padahal jantung gue juga ikut deg-degan lho pas Oliv mau nampar Abel tadi,” ujar Julian. “Apa gue lagi jatuh cinta?” lanjutnya menerawang.
“Mana ada,” bantah Lean mengekerutkan kening menatap Julian.
“Bangsat sekali anda, bilangnya cinta yang ono, tapi sekarang malah jatuh cinta. Kagak nyambung cinta lo bro, dasar fuckboy emang,” decak Agam.
“Yakali Panjul, Panjul. Bukan gitu juga kali. Deg-degan kayak gitu bukan pertanda jatuh cinta Njul.” Lean terkekeh.
“Apasih, orang gue cuma bercanda,” ujar Julian kembali duduk dan memakan baksonya yang masih hangat, sehangat tai ayam.
*******
Yang belum vote, vote dulu dong❤️Oliv menutup asal pintu gudang sehingga terdengar suara yang keras. Oliv memojokkan Deva di dinding. Dia menyedekapkan tangannya di dada menatap Deva yang sedang menatapnya takut-takut. Berjalan perlahan-lahan mendekati Deva dengan senyum andalannya.
“Disini yang paling tahu apa kelakuan lo itu diri lo sendiri,” ucap Oliv.
“Lo udah tahu kan gue gimana? Dan dengan beraninya lo nunjukkin muka lo ke gue. Bahkan lo cari gara-gara sama gue,” lanjutnya.
“Ma-maksud ka-kamu a-a-apa?” tanya Deva terbata saking takutnya.
Oliv meletakkan tangannya di samping kepala Deva, bibirnya menyeringai. Siap membuka kartu As.
“Lo gak tahu apa pura-pura gak tahu,” tangannya membelai pipi kanan Deva. “Lo yang lebih tahu Dev,” lanjutnya sembari melihat nametag cewek itu. Ternyata namanya Deva maharani, terlalu bagus untuk seorang, uups, bitch. Sorry untuk menyebutnya seperti itu.
“A-a-aku gak tahu Liv,” jawabnya dengan suara pelan.
Tubuh Deva semakin menempel saja dengan tembok. Seakan dia bisa terserap masuk ke tembok jika terus memepetnya dan hilang dari hadapan Oliv sekarang juga. Wajahnya ketakutan, entah apa yang Oliv lakukan padanya.
“Oh jadi pura-pura gak tahu yah. Muka lo emang tebel banget emang. Bokap temen sendiri dipacarin,” ucap Oliv santai yang membuat Deva semakin membelalakkan mata. Bagaimana Oliv bisa tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen B
Novela JuvenilOlivine Merula.... Badgirl SMA Pancasila. Baju ketat tanpa dasi, rok 15 cm diatas lutut. Rambut ombre warna dark blue. Siapa yang tak kenal Oliv di Pancasila. Dari yang cupu sampai kebanggaan guru tahu siapa dia, gadis misterius yang suka membully k...