🌸 bagian lima

2.8K 396 29
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

Manik bulat bak kucing itu berkedip cepat, juga ranum bak buah persik itu tak henti-hentinya berdecak kagum.

Di hadapannya kini adalah gedung perusahaan milik suaminya.

Tidak ada yang spesial dari gedung 30 lantai tersebut, hanya Minho saja yang merasa takjub.

Tungkainya melangkah masuk menuju resepsionis. Dalam hati sedikit menyesal mengapa ia lupa meminta nomor ponsel Bang Chan untuk menghubungi suaminya perihal makan siang.

"Permisi, ruangan Tuan Bang Chan berada dimana ya?" Tanya Minho ketika sampai di hadapan resepsionis.

"Ada di lantai teratas, lantai 30. Apakah tuan sudah membuat janji bertemu?"

Resepsionis yang bernama Ryujin itu tersenyum manis.

Di sisi lain, Minho bingung harus menjawab apa karena ya ... haruskah ia menjawab jika mereka sudah membuat janji di rumah?

Cukup lama hening di antara mereka, hingga gelengan si pemuda menjadi jawaban.

"Baik, kalau begitu tuan bisa duduk di kursi tunggu terlebih dahulu. Saya akan menghubungi Tuan Bang Chan. Eum ... nama tuan?"

"Minho."

"Baik, Tuan Minho. Silahkan menunggu."

Minho mengangguk singkat sebelum mengambil tempat di salah satu kursi tunggu, memperhatikan Ryujin yang berbicara formal.

Menghubungi Bang Chan yang sibuk berkencan dengan berkas.

Setelahnya hanya hening, Minho sibuk memainkan tas kotak bekal dengan jemari mungilnya. Cukup lama hingga dentingan lift mengusik kegiatannya.

Di sana, ada Bang Chan yang tersenyum. Dengan tungkai yang terus melangkah mendekat ke arah suami manisnya.

Minho yang melihat itu dengan sigap berdiri.

"Maaf lama, ada berkas yang harus ku kencani."

Yang lebih tua mengusap surai yang lebih muda, lalu jemarinya turun mengusap pipi gembil itu.

"No problem, kak. Oh, aku bawa bekal. Mau makan dimana?"

Minho menunjukkan tas kotak bekal berwarna biru langit kepada Bang Chan.

"Di ruanganku saja. Ayo!"

Jemari mereka bertautan, tentu yang memulai adalah Bang Chan. Mengabaikan tatapan dan bisikan pegawai, mereka berlalu menuju lantai teratas.

"Lho, bukannya keterangan nama di undangan kemarin itu Hyunjin?"

Suara seseorang membuat Bang Chan maupun Minho berhenti, beruntung sekarang mereka berada di lorong ruangan yang lebih tua.

Jadi, hanya ada dua atau tiga pegawai saja.

Dan Minho yakin pegawai di lorong ini sangat dekat dengan Bang Chan.

"Orangnya pergi, gak tau kemana. Sebagai gantinya, Minho yang jadi mempelai."

Changbin, sosok yang bertanya tadi hanya mengangguk. "Sorry kalau gak datang waktu itu, Chan. Tiba-tiba Felix demam."

"Gak masalah, bin."

"Yasudah, pamit ke ruangan dulu. Kalian berdua, nikmati makan siang kalian."

Bang Chan mengangguk, sedangkan Changbin sudah berlalu masuk ke ruangannya.

Setelah memastikan Changbin tidak berkeliaran lagi, Bang Chan dan Minho memasuki ruangan. Masih dengan tangan bertautan, mereka duduk di sofa panjang di tengah ruangan.

"Aku gak yakin Kak Chan suka, tapi semaksimal mungkin aku masakin bekal," ujar pemuda Lee itu sembari melepas tautan tangan mereka dan berganti membuka tas kotak bekal.

Berlanjut membuka tutup kotak bekal dan menampakkan bola nasi, sosis, ayam suwir, dan sayuran pelengkap.

"Aku suka apapun masakan kamu, kenapa gak yakin aku bakal gak suka? Semalam yang habisin satu mangkuk sup ayam kamu siapa? Papa?"

Minho tersenyum simpul, walaupun sedikit bingung mengapa Bang Chan begitu cerewet saat ini.

"Aku baru masak dua kali dan Kak Chan secerewet ini. Iya, semalam yang habisin sup ayam aku itu papa. Bukan Kak Chan."

Bang Chan bersiap menimpali lagi, namun kalah cepat dengan Minho yang menyumpal mulut itu dengan bola-bola nasi.

Untung saja Bang Chan sigap mengunyah.

"Enak gak, kak?"

Dua jempol untuk suami manisnya dari Bang Chan.

"Serius? Kak Chan gak bohong?"

Gelengan Minho dapatkan, saat yang sama pula Bang Chan menyuapkan satu bola nasi ditambah sosis ke dalam mulutnya.

"Besok bekal ini lagi mau? Tapi aku kasih isian, biar Kak Chan gak bosan."

Lihat, kalau begini bagaimana Bang Chan tidak bahagia? Bisa-bisa, ia mampu melupakan Hyunjin dengan cepat.

"Boleh, aku gak akan bosan apalagi kalau yang masak itu kamu," ujar Bang Chan begitu makanan dalam mulutnya telah tertelan habis.

"Ewh, cheesy."

"Cheesy begini kamu suka. Sini, aku suapin. Say aaaaa ...."

Mari kita tinggalkan mereka yang sibuk memakan bekal makan siang sambil bermesraan. Jangan mengintip atau mereka akan malu.

.

Aku gak bisa katakan book ini slowburn karena aku sendiri ngerasa book ini lambat-lambat cepat.

Dan, aku gak tega masukin konflik :(

Aku suka mereka uwu-uwu soft menggemaskan gini.

𝐬𝐮𝐝𝐝𝐞𝐧 𝐦𝐚𝐫𝐫𝐢𝐚𝐠𝐞•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang