14. Buzz Kill

3.9K 481 51
                                    

Jennie tidak yakin siapa yang membawa speaker itu ke rumahnya, tapi dia yakin itu cukup keras untuk menggetarkan seluruh rumah. Kolam itu dipenuhi anak-anak muda seusianya, mengambang dan minum, bercumbu, dan segala hal kotor lainnya.

Sementara itu, Jennie, Nayeon dan Yerin duduk di kursi, dengan beberapa botol Wine dan Rokok.

"Jalang ini masih gila?" Yerin tertawa, menggelengkan kepalanya karena Nayeon.

Jennie ikut terkekeh ringan sambil menggoyangkan gelasnya. "Sejak dulu, dan mungkin akan selamanya."

"Ingat saat kita di perguruan tinggi, ketika kita dulu menjadi terkenal dan bercinta di dekat rumah salah satu dosen?”

"Ya, hampir saja pantat kita ditendang."

"Dan terima kasih pada Ayahmu, hal itu tidak terjadi." Ujar Yerin, melingkarkan tangannya pada bahu kedua wanita yang duduk disampingnya. "Kau selalu menyenangkan, Jane. Sayang sekali kau sudah menikah."

"Tolong jangan ingatkan aku." Balasnya lesu.

Yerin melepaskan lengannya. "Ayo sayang, bersenang-senanglah. Ini akan membantumu." Ujarnya memberikan sebatang rokok pada Jennie.

Jennie mengambilnya dan mengapitnya di antara bibirnya, menunggu Yerin menyalakan api untuknya. Menghisapnya dengan ringan, menutup mata dan melepaskan kabut kepulan asap dari mulutnya. Aroma itu saja sudah cukup untuk membuat Jennie merasa tenang, tetapi dia ingin merasakan lebih dari apa yang diberikannya.

Setelahnya, Jennie mendapati dirinya mengobrol dengan seorang pria yang tidak bisa menjaga matanya dari payudaranya yang sedikit terekspos. Dia tidak keberatan—Jennie menyukai perhatian terutama jika itu untuk tubuhnya.

"Bagaimana dengan berenang, Sayang?" Tanya pria itu, menggigit bibirnya sensual.

"I don’t want to swim."

Pria itu tersenyum, jari telunjuknya mendarat tepat di bawah bra yang dikenakan Jennie, membawa turun jemarinya hingga perut rata wanita itu. "Aku bisa memikirkan cara lain untuk membuatmu basah, Sayang." ucapnya, menatap mata cokelat penuh nafsu wanita itu.

Jennie menyeringai, melingkarkan lengannya di leher pria itu, mendekatinya sampai punggungnya menempel ke dinding.

"Tunjukkan padaku." Bisik Jennie, dan dalam waktu singkat bibirnya telah dijepit dengan keras oleh pria asing yang tampan itu. Mulutnya merasakan bermacam-macam minuman beralkohol, dan itu cukup menyenangkan. Priai itu dengan lapar memakan mulut Jennie, menggunakan giginya dengan lembut menggigit bibir bawahnya.

"Yo Gray!" teriak Yerin.

Dengan segera Jennie melepaskan ciumannya dan melihat Yerin yang sedang berdiri tidak jauh dari mereka dengan kamera ditangannya.

"Tutup mulutmu, Yerin." ucap Jennie, mengipaskan tangannya acuh tak acuh.

Yerin menyerahkan kameranya pada seorang wanita yang berdiri di dekatnya. "Ayo, kita akan bersenang-senang. Bagaimana kalau kita menyelam ke kolam besar itu?" ujarnya, berjalan ke arah Jennie sambil tersenyum.

"Apa kau ingin kita tenggelam? Kolam itu sangat tinggi!"

"Setidaknya kita akan mati bahagia!" teriak Yerin, keduanya saling tertawa hingga air mata membasahi mata mereka. Sambil memeluk Jennie, Yerin melirik dadanya. "Bebaskan puting indahmu itu, Sayang."

Setelah mengatakan itu, Yerin sedikit menjauh untuk memamerkan payudaranya yang menggunakan tindikan puting di keduanya. Jennie ikut menyeringai lalu melepaskan branya, dan berlari sambil melemparkan tangannya ke udara sebelum menceburkan diriya kedalam kolam, keduanya menciptakan percikan air yang besar.

Wedding Bed ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang