🌸 bagian enam

2.7K 390 8
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

"Soonie!"

Minho langsung berlari memeluk kucing kesayangannya itu begitu masuk ke kediaman Lee.

"Anak ini datang bukannya memeluk ibunya, justru memeluk kucingnya. Tidak rindu pada ibumu ini, kucing kecil?"

"Tidak, hehe."

Minho memberikan jawaban dengan gelengan dan senyuman lebar hingga manik bulatnya menyipit.

"Astaga, kenapa anakku semenggemaskan ini?"

"Aku tidak menggemaskan, bu."

Ibu Lee berkacak pinggang, kemudian mencubit pelan pipi gembil putra semata wayangnya.

"Lihat, pipi gembilmu ini. Juga mata dan bibir yang mirip kucing ini, tidak menggemaskan darimana?"

Ibu Lee mencubit gemas pipi Minho yang menggembung.

Tanda ia merajuk pada ibunya.

Bang Chan yang melihat interaksi itu hanya tersenyum, lelah yang menderanya terasa terangkat sekarang.

Minho terlalu menggemaskan di matanya.

"Ibu, hentikan atau aku akan merajuk."

Minho masih menggembungkan pipinya dan Ibu Lee masih senantiasa mencubiti pipi itu dengan gemas. Mereka berdua berada di atas karpet bulu di ruang tengah.

Bang Chan sendiri masih mengamati dan duduk di sofa panjang ruang tengah.

Ayah Lee? Beliau masih di kantor.

"Oh ya, Minho tidak merepotkanmu, kan?"

"Tidak, Minho tidak merepotkan sama sekali, bu. Justru menyenangkan tinggal dan hidup bersama Minho."

"Minho mirip kucing lho, apalagi kalau ndusel-ndusel gitu."

"Ibu!"

Sang ibu hanya terkekeh, kemudian dengan gemas mengusak surai putranya.

"Bercanda, Minho. Kalian berdua tinggal sebentar di sini, ya? Sekalian makan malam."

Minho menggeleng. "Aku langsung saja, bu. Soalnya ke sini mau ambil mereka bertiga, habis itu pulang, Kak Chan aku lihat daritadi wajahnya udah capek."

Ibu Lee menatap Bang Chan yang tersenyum simpul. Lantas menghampiri si menantu dan memeluknya.

"Tetap semangat ya, Chan. Ibu gak heran kalau kamu capek padahal masih hari pertama kerja. Gapapa, take a rest if you feel tired."

"Tentu, ibu. Terima kasih."

Ibu Lee melepaskan pelukan dan menepuk pelan bahu lebar menantunya.

"Sama-sama. Udah, Minho itu kucing kamu cepet dimasukin ke kandang."

Minho membentuk pose hormat. "Yes, Mom!"

Begitu Minho sibuk memasukkan kucingnya ke dalam kandang. Ibu Lee berpamitan menuju dapur untuk membuatkan sesuatu, meninggalkan Bang Chan yang menyandarkan tubuh lelahnya di sofa.

Lima belas menit berlalu, Minho kembali dengan satu kandang besar berisi 3 kucingnya.

"Kak, udah. Habis ini, aku yang nyetir, ya? Kakak capek gitu aku takut kenapa-napa."

Bang Chan menggeleng. "Enggak, aku yang nyetir."

Menghela nafas lantas meletakkan kandang kucing di atas karpet, Minho duduk di samping Bang Chan.

Melingkarkan lengannya di bahu lebar sang suami. "Kak Chan tiduran dulu sini, nanti kalau udah gak capek kita pulang."

Bang Chan menurut, direbahkannya tubuhnya dengan paha Minho sebagai bantalan.

"Tidur, kak. Jangan lihatin aku!" Perintah yang lebih muda sembari mengusap pelan surai yang lebih tua.

"You're beautiful, Minho."

Minho menggeleng kecil dengan bibir yang mengulum senyum tipis.

"Tidur, Kak. Badanmu udah capek jangan dibiarin makin capek."

"Iya, sayang."

Semburat sewarna buah persik, muncul di pipi Minho. Bang Chan yang melihat itu dari bawah tersenyum lebar.

"Kan, aku bilang kamu cantik."

"Diam!"

Bang Chan terkekeh sebelum akhirnya mengubah posisi yang awalnya terlentang menjadi miring dan mendusel pada perut Minho.

"Bangunin aku setengah jam lagi."

"Siap, capt!"

.

halo, kangen?

𝐬𝐮𝐝𝐝𝐞𝐧 𝐦𝐚𝐫𝐫𝐢𝐚𝐠𝐞•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang