Jungkook terus berjalan bolak-balik dengan wajah khawatirnya. Dia memikirkan banyak hal hingga membuat dirinya bingung harus melakukan apa sekarang. Army, Tzuyu, Syifa, dan orang-orang yang turut campur dalam masalahnya benar-benar terus berputar dalam otaknya.
Menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang memanglah hal yang bagus untuk saat ini. Terlebih lagi dia butuh pendinginan untuk otaknya.
Jungkook menjadikan tangan kanannya sebagai bantal. Dia kemudian menatap langit-langit kamarnya, lalu sedikit tertawa untuk sedikit memaafkan dirinya sendiri. Dia tahu, semua hal yang dia lakukan benar-benar bodoh.
"Bukankah seharusnya aku mengantarnya ke rumah itu saja?"
"Aku rasa iya."
Jungkook langsung terduduk saat mendengar Jimin menyela gumamannya. Dia pikir Jimin tak mendengarnya.
"Kau tahu? jika kau melakukannya dari awal, semua masalah ini tak akan pernah terjadi."
Jungkook tahu, egonya memang tak pantas untuk dimaafkan saat ini. Tapi mau bagaimana lagi? dia juga tak bisa menyalahkan keadaan yang memaksanya harus menerima konsekuensi dari semua keputusannya.
Situasi mulai rumit ketika Jungkook membayangkan jika Tzuyu benar-benar meninggalkan dirinya setelah skandal ini.
Aku bodoh karena memilih untuk mengikuti egoku.
"Kau tidak bisa menggenggam 2 orang sekaligus. Terkadang melepaskan memanglah hal yang terbaik, Kookie." Jimin menepuk pundak Jungkook dan membuat pria Jeon itu tersenyum. Tapi untuk saat ini dia tak akan melakukan apapun. Dia hanya takut jika dia mengambil langkah yang salah lagi.
"Eh? jadi kau benar-benar—" Taehyung menutup mulutnya tak percaya. "Yak! kau sungguh berkencan dengan gadis yang ada di artikel itu? Woah, Kookie, woah." Taehyung menepuk tangannya seraya menghampiri Jungkook. Sorot matanya menggambarkan jika dia saat ini benar-benar marah, membuat Jungkook tak berani melihat langsung ke matanya.
"Kau pria, 'kan?"
Jimin mengusap kasar wajahnya karena saat ini Taehyung mulai mendorong bahu Jungkook dan membuat sang maknae terus melangkah mundur.
Taehyung tertawa meremehkan kemudian menarik dagu Jungkook. "Yak! apa begini caramu memperlakukan seorang wanita?"
"Tae!" Jimin menahan kepalan tangan Taehyung yang hampir saja mendarat di wajah Jungkook. Bahkan pria Jeon itu kini memalingkan wajahnya dan memejamkan matanya, bersiap menerima hantaman keras dari Taehyung.
"Apa seperti ini caranya menyelesaikan sebuah masalah? jika kau seperti ini, artinya kau sama saja," jelas Jimin yang kini berdiri diantara Jungkook dan Taehyung untuk melerai mereka berdua.
"Kookie, tadinya aku membelamu karena aku yakin artikel itu hanyalah editan. Tapi setelah mendengarnya tadi, aku rasa kau memang salah."
"Taehyung-ah, kenapa kau jadi seperti ini?" tanya Jimin yang membuat Taehyung memutar malas kedua bola matanya.
"Jadi kau membelanya? pria itu? heol, aku benar-benar muak."
Taehyung memilih berlalu, membanting pintu hingga membuat Jimin dan juga Jungkook yang berada di dalam sana memejamkan mata mereka. Ini memang bukan yang pertama kali terjadi. Tapi ini sudah cukup membuat mereka merasa gelisah.
Jimin mendesah pelan kemudian berbalik. "Gwaenchana, Kookie-ya, Tae pasti hanya terbawa emosi saja tadi."
*
*
*Jungkook hanya menundukan kepalanya, menanggapi tatapan intimidasi dari 5 pria yang duduk tak jauh darinya. Sesekali dia juga mendengar seseorang mengusap wajahnya kasar. Skandal memang sering terjadi. Tapi baru kali ini semua hyungnya menanggapi sebuah skandal dengan sangat serius.
"Agensi sudah membantahnya, bukan?" tanya Jungkook yang mulai berani bersuara. "Masalahnya sudah selesai sekarang."
"Kookie-ya, masalah soal artikel itu memang sudah selesai, tapi soal pertengkaran Army Korea dan Army Indonesia sedang terjadi sekarang," jelas Namjoon yang kemudian memperlihatkan banyaknya komentar pada artikel pemberitaan Jungkook yang dipenuhi dengan bahasa Inggris. Bahkan tak sedikit yang menggunakan bahasa mereka masing-masing.
"Dan Army yang yakin soal kau berkencan dengan Tzuyu semuanya merasa kesal padamu," sambung Hoseok yang kemudian memilih duduk di samping Jungkook. "Satu hal yang pasti, bisa kau jelaskan semuanya?"
"Apa dia memang orang Indonesia?" tanya Yoongi yang membuat member lainnya menatap tajam ke arahnya. Sebab sejak tadi topik utama pembicaraan mereka adalah soal gadis yang ada di artikel itu.
Hoseok terdiam, memikirkan beberapa perubahan aneh dari Jungkook kemudian mengaitkannya pada skandal yang menjerat Jungkook kali ini.
Dia menjentikan jarinya dan tersenyum. "Apa ini alasanmu mempelajari bahasa itu?"
"Dan itu juga alasan utama Kookie selalu pergi dengan penyamaran penuh," timpal Taehyung yang sedari tadi sudah gemas pada Jungkook.
"Aku punya alasan melakukannya dan aku tak bisa mengatakannya sekarang."
Jungkook ingin sekali mengatakan alasan utamanya menyembunyikan Syifa. Tapi dia juga tak ingin member lain tahu soal kecelakaan itu kecuali Jimin yang melihat kejadian itu secara langsung. Dia tak peduli meskipun Taehyung akan terus merasa kesal padanya karena pada kenyataannya, dia sudah melakukan hal yang mungkin saja benar.
Syifa terus berjalan bolak-balik sambil menggenggam ponselnya. Sejak pagi dia sungguh khawatir pada Jungkook. Terlebih karena pria Jeon itu tak kunjung menampakan batang hidungnya. Dia bisa pastikan jika Jungkook memang sedang dalam masalah sekarang.
Syifa duduk di tepian ranjang, menghembuskan napasnya berat sambil menatap pemandangan indah kota dari jendela kamarnya.
"Apa Kookie gini karena Aera?" gumam Syifa yang saat ini masih saja ragu untuk menghubungi nomor Jungkook. Dia khawatir tapi juga takut jika masalah Jungkook bertambah sekarang.
Atensi Syifa beralih saat seseorang menekan bel kamarnya beberapa kali. Dengan senang dia berjalan menuju pintu untuk membukanya. Namun langkahnya terhenti saat dia ingat soal pesan singkat yang sempat dia terima dari Jungkook siang tadi agar dia tak sembarangan membuka pintu kamarnya.
Suara teriakan seseorang membuat Syifa merasa ketakutan. Apalagi mereka memakai bahasa Korea dan dia yakin mereka sedang mencaci dirinya. Dia bukan berpikiran negatif, dia hanya menebaknya dari nada bicara mereka.
"Kookie, Aera takut."
Berbeda dengan Tzuyu. Meskipun dia mengatakan jika dia baik-baik saja, nyatanya sama sekali tidak. Dia kini duduk memandangi langit yang seakan memahami suasana hatinya. Bahkan dia tak melihat bintang satu pun.
"Tzuyu-ya, kau masih memikirkannya?"
Guncangan dalam hubungannya memang seringkali terjadi. Tapi baru kali ini Tzuyu merasa sangat terbebani oleh artikel yang memuat soal berita kencan Jungkook dengan wanita lain.
Gadis yang berada dalam satu grup dengannya itu merebut gelas yang Tzuyu pegang. "Sudah berapa gelas kau minum?"
"Entahlah, mungkin hanya sedikit," jelas Tzuyu yang kembali melihat indahnya langit Osaka malam ini meskipun langitnya terlihat sangat mendung.
"Tzuyu-ya, kau masih ingin menyembunyikannya? aku tahu kau lelah seperti ini tapi kau juga tak punya pilihan lain selain diam. Tapi terkadang mengambil sedikit risiko bisa menyelamatkanmu," jelas Sana yang kemudian membuat Tzuyu menoleh. Dia lalu menggeleng dan beranjak dari sisi jendela menuju ranjangnya.
"Aku tidak merasa takut soal mengungkapnya, eonni. Aku hanya tidak ingin oppa terkena lebih banyak masalah. Sekarang saja dia sudah dapat masalah. Dengan merilis berita kencanku dengannya, aku yakin semuanya akan semakin memanas," jelas Tzuyu yang kemudian menarik selimutnya. "Aku harus tidur."
"Tzuyu-ya, kau sama sekali tidak curiga padanya?"
"Sering. Tapi aku tak terlalu memperlihatkannya. Aku akan cari tahu soal gadis itu nanti dan jika aku punya kesempatan, aku pasti akan bicara padanya."
"Heol, kau selalu seperti ini."
* * * * * *
TBC🖤
25 Jul 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Hearts✔️
Fanfiction"Aku sadar, perasaanku hanya sebatas goresan pena di atas kertas yang telah usang."