11||_Andai saja itu dia_

28 7 3
                                    

Siang selalu sama diujung dunia. Sepanjang tahun. Sepanjang jaman. Ketika tidak ada bahagia saat aku tertunduk dan aku tahu dia memandang ke arahku. Bukannya geer, tapi tidak ada yang bisa membuatku senang dan semangat dihari-hari yang kini aku jalani selain senyuman itu meski aku tidak melihatnya.

Aku tidak mengerti rasa suka atau cinta, masih terlalu jauh untuk ku memikirkan itu. Tapi semua yang telah ku lalui membuatku terjebak dalam situasi imajinasi yang tak logis.

Sebenarnya aku ingin bebas berbicara dengan Gibran selayaknya teman sekelas. Entah apa yang harus ku bahas walaupun sosoknya tepat berada di depan ku saat itu. Iya, saat dikantin dan pertemuan diparkiran itu. Namun, waktu ku seakan tak mendukung selalu saja sekolebat angin berhembus menerpa wajah, yang hanya sesaat dan tidak lama.

"Gays belajar daring bakalan jadi, gue denger dari kelas sebelah" ujar Rendi yang baru masuk ke kelas

"Yah..., harus siapin kuota dong! Ini juga modal hotspot," sahut Tazkia sedikit mengerucutkan mulutnya

"Yaelah lo pengen gratisan mulu taz, sama gue juga" ucap Ainun dengan muka sok sedih

"Alhamdulilah do'a gue terwujud juga, bisa main kalo gitu mayan, bener kan bro" syukur Sulthan dengan kedua tangan diangkat keatas

"Manjur juga ya, do'a lo bos," ucap Dimas

"Ho'oh kalo gitu tolong do'a in si lisa blekping jadi jodoh gue dong tan" ujar resa satu tangan merangkul Sulthan

"Jodoh mah udah diatur sama Allah sa, sorry gue gak bisa. Gue do'a in lo jodohnya sama..., siapa ya? Yang cocok buat lo yang rata-rata ganteng ini. Tapi gantengan gue sih," balas Sulthan

"Se ganteng-ganteng nya lo! Masih gantengan oppa-oppa korea gue, jehyon sama Suho!," sindir Ainun dengan nada ketuanya

"Jahe sama suhu? Nggak kenal gue. Gue lebih cinta negara sendiri ketimbang negara orang!" geram Sulthan

"Seganteng-ganteng nya artis korea, tetep gantengan Nabi Yusup. Mata lo ketutup apa sih! cewe-cewe yang disukai pasti artis korea heran gue?" timpal Radit dengan muka kesalnya. ini nih orang yang paling dewasa.

"Ya kar...,"

"Naz gue yakin lo ngedengerin kita, gabung ke jangan jadi orang pinter mulu nggak cape apa?" tanya Sulthan yang memotong ucapan Ainun

"Elah pura-pura nggak denger dia" timpal Dimas

"Naz, nazwa nggak bosen liat buku terus," ganggu Sulthan

Aku memang mendengarkan mereka, tapi aku pura-pura saja. Tidak merespon, malah terus diganggu. Hingga suaranya mengalahkan lagu yang ku putar.

Sebagian yang berada dikelas memperhatikan mereka, terkecuali aku. Aku hanya sibuk menulis salinan pelajaran bahasa indonesia yang tertinggal. Ditambah ditemani lagu favorit ku. Nyaman bukan?, kalo dikelas lagi nulis dengerin musik. Itu zona ternyaman ku. Tapi, saat lagu itu berputar menuju puncak ternikmatnya, orang-orang bergemuruh riuh otomatis lagu itu tak terdengar.

"Sulthan lo banyak omong banget sih!"

"Iya tau, gue yang paling ganteng gak usah dipuji terus lah"

"Berisik, Gue nggak suka!."

"Tapi gue suka" balas Sulthan

"Hah, diem lo!"

"Hah, rindu lo"

"Apa sih lo, jijik tau gak!"

"Iya tau, gue sayang lo"

"gue bacok lo!"

"Gue juga cinta lo"

Aku melotot menatapnya kesal. Udah nggak berfungsi kali ya gendang telinganya Sulthan?.

"Ahahaha..., lo lucu tau nggak" tawa Sulthan menggelegar dikelas ini

"Pergi lo!" usirku geram

"Bos ke warung atas yu, jangan ganggu singa lagi tidur" ajak Resa

"Gue bukan singa ya!"

"Terserah Nazwa aja dah, hayo ah perut gue udah ngemis nih" imbuh Dimas merangkul Sulthan dan Radit

"Kuy lah, dadah nazwa jangan baper ya" pamit Sulthan melambai kan tangannya

Idih apaan ya. Aku langsung berkutik lagi dengan kertas ini. Pikir ku andaikan saja yang mengatakan itu Gibran, tapi mana mungkin. Khayal aja terus sampe Gajah berubah wujud jadi semut.

Untung nya aku bukan tipe orang yang baperan. Jadi, nggak menpan tuh gombalan Sulthan. Saat aku menyalakan hand phone, ada sepuluh notifikasi chat dari, SULTHAN. Ngapain dia ngechat, nggak tahu kalo aku masih kesel apa ya!. Nyepam, nyampah, nggak penting lagi. Aku membuka dan membaca isi chat itu.

Shit, beneran nih? Aku melototkan mataku selebar mungkin. Aku kecolongan, Sulthan lo cenayang atau apa sih! Prank pasti nih. Ntar pas aku mau percaya dia malah bilang "tapi boong". Gimana ntar, kalau semua orang tahu. Bingung, ini gara-gara Sulthan coba aja waktu itu aku nggak nubruk Gibran.

Aku belum membalas pesan dari Sulthan. Tangan ku terlalu kaku untuk mengetik nya. Pikiranku terlalu dipenuhi hal-hal negatif. by the way, maksudnya apa coba lo nggak bisa bohongin hati? Hmm..., kalimat yang patut aku curigai dan perlu aku selidiki lebih jauh.
____________________________________

bonus nih buat kalean
Bahas apaan sih dipart ini nggak nyambung banget? Maaf ya chingu😅, di cerita ini aku nggak terpaku pada alur yang nyambung gitu, gimana ya? Aku juga nggak tau😊. Intinya kalian pikir aja sendiri ya.

Isi chat nya apaan ya?

a. Sulthan beneran suka nazwa
b. Sulthan tau orang yang di suka nazwa
c. Nazwa sama sulthan emang saling suka
d. (Isi sama kalian)

Kamsahamnida
Syukron jazakillah reader's🌸

wishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang