- Part 24 -

4 2 0
                                    

Sebuah mobil mewah dengan nomor plat 'CM 12 Q' sedang melintas di jalanan Hamman st, Los Angeles. Jalan Hamman st tampak padat, sehingga beberapa mobil tak dapat bergerak dengan bebas. Tiba-tiba mobil itu berhenti setelah melihat lampu lalu lintas berubah menjadi merah.

Mobil itu mendapat banyak perhatian karena platnya yang unik. Plat mobil 'CM' memiliki singkatan code minister. Sebuah plat yang hanya dimiliki para menteri atau pejabat dengan kekuasaan tinggi. Plat khusus yang tak hanya memandang harga, tapi juga kekuasaan sang pemilik.

"Plat tak berguna!" Umpat seorang laki-laki dari dalam mobil berwarna hitam itu. Sang sopir yang mendengar itu menunduk. Ia segera mengangkat handphonenya dan menelepon seseorang. Tak selang berapa menit, beberapa polisi mendatangi mobil hitam itu, dan menunduk hormat. Kemudian mereka menggunakan tangan untuk membiarkan mobil itu maju, dan mengatur mobil-mobil di sampingnya.

"Semoga perjalanan anda menyenangkan!" Ucap beberapa polisi tadi seraya menunduk hormat ketika mobil itu pergi.

Bahkan saat mobil itu melewati pemberhentian lalu lintas, semua rambu berubah menjadi hijau. Hal ini terjadi secara terus-menerus hingga mobil itu sampai ke tempat tujuan mereka, RS Leonch Amigos.

Laki-laki yang berada dalam mobil tadi segera membanting pintu rumah sakit. Ia menuju ke resepsionis.

"Pasien ibu Miranda Lambert," Ucap laki-laki itu setelah melepas kacamata hitamnya. Resepsionis perempuan langsung mengecek ke daftar pasien di komputernya.

"Kamar 820 lantai 24," Jawab resepsionis cepat. Laki-laki itu mengangguk kemudian berlari ke arah lift.

Ting!

Pintu lift terbuka di lantai 24. Laki-laki itu keluar dan mencari ruang Kamar 820. Langkahnya berhenti pada sebuah pintu bertuliskan '820'. Ia mulai membuka pintu itu, dan masuk. Matanya menyusuri ruangan yang sudah dipenuhi oleh banyak orang. Ia menghela nafas lega.

"Richard?" Sebuah suara menyadarkannya. Suara seorang perempuan paruh baya yang sedang terbaring di ranjang rumah sakit.

Langkah Richard berjalan maju menuju perempuan paruh baya itu. Senyumnya terukir, namun matanya tak dapat menyembunyikan kesedihan yang mendalam.

"Tantee...." Tangan Richard menggenggam pergelangan tangan perempuan itu. Matanya menatap sedih ketika mendapati alat bantu pernafasan berada di hidung perempuan itu.

"Iya, sayang? Wahh, tante tak tahu Richard mengkhawatirkan tante," Ucap perempuan itu. Senyumnya terukir lebar. Wajahnya mulus terawat. Meski sudah mencapai umur 45, tetapi wajahnya sama sekali tak nampak tua.

"Richard sayang tante. Jadi, tante harus bertahan, yaa?" Pinta Richard. Wajahnya mendongak menatap mata perempuan itu. Orang-orang yang ada di ruangan itu mendatanginya dan memeluknya.

"Tentu saja," Balas perempuan itu.

"Bu, kami akan membeli makanan," Ucap Andrew tiba-tiba. Tangannya meraih sebuah dompet di sofa besar. Richard mengangguk.

"Loh, sisakan beberapa untukku. Aku akan mati kesepian, Dre," Gumam perempuan itu yang merupakan ibu Andrew.

Andrew menatap ibunya datar. "Jeff, Aldric, kalian tinggalah disini." Setelah memberi perintah, Andrew, Richard, dan Vellan meninggalkan ruangan.

•••••

"Ini uangnya," Ucap Andrew memberikan beberapa dollar kepada penjual makanan rumah sakit.

Richard menahan tangan Andrew ketika beranjak menuju lift. Vellan yang melihat itu ikut berhenti, dan menatap Richard.

"Ada apa?" Andrew melepas cekalan tangan Richard.

"Ibumu. Kenapa tiba-tiba penyakit jantungnya kembali?" Tanya Richard. Pandangan Andrew beralih menuju lantai rumah sakit. Ia menatap lantai putih itu penuh kebencian.

"Mata-mata ibu tidak sengaja mengucapkan bahwa suaminya pergi ke rumah selingkuhannya," Jelas Andrew dalam satu tarikan. Kelopak mata Richard dan Vellan melebar.

"Lalu kenapa tante tak pernah menceraikan ayahmu!?" Teriak Richard ikut kesal. Tangan Vellan menyentuh pundak Richard menenangkannya.

Kepala Andrew mendongak. "Kedua pihak tidak ingin bercerai."

Perkataan Andrew mengejutkan Vellan dan Richard. Mereka tahu mereka kali ini tak boleh melangkah lebih jauh. Ini urusan keluarga Andrew. Rahasia terdalam Andrew. Sesuatu yang jarang Andrew bagi dengan orang lain.

Richard menepuk punggung Andrew, sedangkan Vellan memeluk Andrew dari samping. Senyum Andrew terukir perlahan. Tak lama ia berbicara, "tak apa. Aku tak bersedih."

"Ayoo, tante pasti sudah menunggu," Ucap Richard. Andrew mengangguk. Kemudian mereka kembali berjalan menuju ruangan 820.

"Bu, kami kembali...." Pintu ruangan terbuka menampakkan wajah gembira Andrew, Vellan, dan Richard.

"Sini, Jeff tadi sedang bercerita," Ucap ibunya Andrew.

•••••

Yoo! Hehe maaff bangeettt dah lama ga update. Yang penting ga lebih dari seminggu. Ini sihh alasan aku ga nulis hari. Soalnya di RL aku dah sibuk banget. Entah gara2 tugas gaada akhlak, tanggung jawab aku, tugas ekskul lahh ughh... Bejibun. Karena itu aku baru bisa update. Moga2 yang part 25 bisa di up sekarang sebelum malem ughh. Malem harus nugas fisika soalnyaa (ಥ ͜ʖಥ)

Nikmatin ceritanya yaa ges, jan lupa voted kalau bagus dan menarik...






24 Juli 2020, 15:55

MINE  [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang