Awal Kisah

1.5K 134 167
                                    

Pernah ada perantara semesta yang bercerita kepada sepasang telinga milik salah satu di antara kita. Perkara sekat yang tidak pernah bisa patah, antara bumi dan cakrawala, ruang hampa itu adalah penjara paling agung yang memikat rasa kabur dari pelariannya. Padahal, ia tidak pernah terlihat.

Manusia itu tidak tahu. Di mana ujung semesta berada, untuk sekadar diam dan bersandar pada rumah yang selalu lapang menerima kepulangan, ia sudah tidak bisa lagi berjalan. Ia ingin pulang. Ia ingin tersenyum dalam pelukan. Namun, peta-peta itu sudah kehilangan arah. Setiap persimpangan kebingungan. Mereka terlalu buta. Cuma katanya, barang kali manusia paling bodoh itu adalah ia yang tidak tahu kapan harus menyerah dan beristirahat.

Sejauh apa pun ia menutup mata, yang ia ketahui hanyalah hamparan padang biru tak berkesudahan merundungnya dari atas. Kadang abu-abu, kadang juga menangis. Akan tetapi, rindu yang tidak tahu itu bisa sampai pada nuraninya entah bagaimana. Padahal, harapan paling agung miliknya saja masih belum sempat didengar. Hujan di penghujung perjalanan memang benar-benar menyebalkan.

Tidak, ia hanya tidak bisa mengerti. Kenapa ketetapan yang baik-baik saja selalu memihak pada mereka yang duduk tenang di langit sambil tertawa dengan segelas anggur. Sedang manusia kecil dari bumi adalah sampah yang tak pantas. Kepada semesta, yang sudah runyam akan kesenjangan, berdoalah. Karena harga dari setiap nyawa adalah perjuangan demi kepantasan.

***

Setelah 'Sudah, Istrirahatlah'
Lagi-lagi aku menulis bukan pada keinginanku. Tadinya, aku ingin mencoba kembali fiksi remaja, sayangnya, kepalaku sedang nakal.

Akan tetapi, tidak apa-apa. Selama aku santai dan menuangkan perasaan aku terhadap tulisan kali ini, semoga tersampaikan. Sepertinya memang di sini zona nyamanku sekarang.

Aku harap, kalian juga merasa santai dan senang dengan cerita kali ini. Terima kasiiiiii❤

Mari kita selangkah lebih dekat dengan:

Damara

dan Naya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


dan Naya

See yaa!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

See yaa!

andai, jikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang