{ Chapter 4 }

4K 479 37
                                    

Kedua calon pasangan tersebut duduk dimeja makan dengan hidangan barat yang memenuhi meja panjang tersebut. Mew dan Gulf duduk berhadapan satu sama lain, terpisah dengan meja sepanjang lima meter diantara mereka dan tumpukan makanan.

Sejak tadi Gulf sudah berusaha untuk mengentikan gerakan tubuhnya yang mengigil. Dia berusaha untuk lebih berfokus pada tangannya yang mengambil beberapa bagian makanan dihadapannya. Gulf mengigit bibirnya saat dia merasakan nyeri pada kepalanya, dilanjutkan dengan denyutan menyakitkan yang hampir membuarnya menggerang.

"Makan." Satu kata itu sudah cukup untuk membuat Gulf buru buru menyuapkan beberapa sendok ayam panggang dihadapannya, masih berusaha sebisa mungkin untuk menghiraukan denyutan pada kepalanya.

Sarapan berlangsung selama satu jam hingga Mew menggerang kesal akibat Gulf yang memakan makanannya terlalu lama dan memilih untuk meninggalkan ruangan. Gulf menghela nafas, tidak mengerti dengan sikap Mew yang labil. Dia tampak tidak peduli padanya, lalu apa yang membuatnya menginginkan Gulf sebagai istrinya.

Padahal aku tidak pantas untuk dicintai.

Makanan dihadapannya akhirnya habus setelah Gulf berusaha untuk mengunyah secepat mungkin. Menjadi budak di kerajaan Xanaca membuatnya tidak lagi terbiasa makan dengan lahap dan cepat. Dua bulan di tempat itu terasa seperti dua tahun, menyiksa dan menggelikan.

Gulf menatap sekitar. Dia baru menyadari bahwa dia sendirian di ruangan tersebut. Pemuda itu menghela nafas sebelum memutuskan untuk bangkit. Tubuhnya terasa panas dan sepertinya dia harus kembali tidur. Karena itu Gulf berjalan lunglai menuju bangku kayunya tadi pagi. Kapal masih melaju dengan tenang. Udara diluar semakin rendah akibat awan yang menggumpal menutupi sinar matahari. Tubuhnya mulai mengigil, tetapi Gulf memilih untuk tidak bergerak.

Toh aku tidak memiliki tempat disini.

Kedua mata bulatnya menatap langit biru dengan awan awan putih sebagai hiasannya. Gulf merasa kesepian sekarang. Tubuhnya mengigil dan suasana kapal terlalu hening untuknya, walau begitu dia bersyukur. Dia senang  dia dapat keluar dari kerajaan keji tersebut. Dia senang setidaknya, walaupun dia dianggap rendah, setidaknya dia hanya milik seseorang.

Tapi aku tidak pantas mendapatkan kasih sayang siapapun.

Aku kotor.

Aku menjijikkan.

Gulf tidak dapat menepis perkataan perkataan itu. Benar, dia memang kotor, telah digunakan oleh banyak orang dan dilecehkan. Dia tahu Mew, seorang bangsawan tidak akan pernah menerimanya begitu saja. Dia tahu suatu saat nanti Mew akan membuangnya.

Terjerumus dalam pikirannya, Gulf terlelap diatas bangku kayunya, membiarkan udara dingin yang menembus pakaian tipisnya. Dia bahkan belum membersihkan diri sejak kemarin pagi.

Disaat yang bersamaan, Mew sedang membaca bukunya di kamar pribadinya. Tidak terlalu memikirkan apapun hingga Techno menganggu acara membacanya.

"Tuan, apa anda ingin Tuan Gulf untuk membersihkan dirinya?"

"Memang dia belum membersihkan dirinya?"

"Mild mengatakan bahwa tuan Gulf tidak kembali ke kamarnya semalam, jadi kemungkinan besar beliau masih belum membersihkan dirinya sama sekali."

Mew menghela nafas. Kenapa ibunya memaksanya untuk menikahi pemuda aneh itu? Sejak awal dia tidak pernah tertarik dengan pernikahan, apalagi peenikahan sesama jenis. Ibunya yang terus memaksanya melakukan hal ini dan dia terlalu menyayangi ibunya untuk tidak mengabulkan permintaannya ini. Hal yang Mew dengar mengenai Gulf adalah bahwa dia seorang pangeran, dia manis, pintar dan bijaksana. Terlalu berbeda dengan Gulf yang dia bawa pulang sekarang.

"Terserah. Pastikan dia tampak baik untuk bertemu ibuku, walau aku tahu ibu pasti akan menolaknya setelah mengetahui bahwa Gulf adalah orang yang sangat berbeda dari yang dia dengar."

Techno mengangguk sebelum pamit undur diri, berjalan mengelilingi kapal raksasa tersebut untuk mencari keberadaan calon istri tuannya tersebut  dan menyerah setelah menyadari bahwa dia akan memerlukan setengah hari untuk menelusuri kapal tersebut.

"Mild, dimana tuan Gulf?"

Sang kakak mengendikkah bahu sebagai jawaban. Mengundang keryitan pada dahi sang adik, "Kau tidak tahu dimana tuanmu berada?"

"Kau tahu sendiri aku harus mengurus jalan kerja kapal ini. Bagaimana aku dapat memiliki waktu untuk mengurusnya?"

Techno menghela nafas, lebih memilih untuk kembali mencari calon istri sang tuan. Malang sekali nasib Gulf. Techno mengingat Gulf sebagai seorang pangeran berwibawa dengan segala kepintaran dan kehormatannya. Melihat Gulf menjadi budak dan digunakan sebagai pemuas nafsu membuat Techno merasa iba.

Kedua kakinya entah mengapa membawanya pada dek kapal. Tempat dimana dia menemukan Gulf pagi tadi. Pelayan muda itu menghela nafas lega saat melihat tubuh Gulf yang terduduk di kursi yang sama seperti pagi tadi.

"Tuan, biarkan saya mengantarkan anda menuju kamar anda."

Hening. Tidak ada jawaban dari pangeran manis tersebut, membuat Techno harus melangkah mendekat. Saat itu pula dia menyadari tubuh sang tuan yang bergetar hebat dengan wajah pucat dan kedua mata terpejam erat.

"Tuan?" Tangannya bergerak menyentuh lengan Gulf. Panas. Techno akhirnya menyadari situasi sekarang. Sang tuan jatuh sakit. Pelayan tersebut akhirnya memapah sang tuan menuju kamar yang telah disiapkan untuknya.

Techno membaringkan tubuh tuannya diatas kasur perlahan. Gulf dan Mew memang memiliki kamar yang terpisah. Kamar Gulf lebih kecil dari kamar Mew yang menggunakan kamae utama, tetapi tetap nyaman dan tampak mewah. Techno menatap wajah pucat Gulf denga tatapan sedih. Apa yang membuatnya tidur di luar semalaman?

Pemuda tersebut kemudian meraih sebuah handuk kecil dan membasahinya. Mulai membersihkan tubuh Gulf dan mengganti pakaiannya menjadi pakaian yang sedikit lebih tebal. Techno meletakkan sebuah gelas berukuran besar disebelah Gulf sebelum meninggalkannya untuk mencai obat.

[BROKEN CROWN]

Gulf terbangun akibat tepukan pada lengannya. Dia merasa sesuatu yang empuk terletak dibawahnya. Butuh beberapa saat baginya untuk menyadari bahwa dia ada disebuah kamar.

Pandangan Gulf teralihkan kepada seorang pemuda seumurannya yang terduduk dihadapannya dengan segelas air dan sesuatu yang tampak seperti obat. Mew berdiri dibelakang pemuda tersebut dengan kedua tangan terlipat didepan dada.

"Menyulitkan saja."

Mew buru buru keluar setelah itu, meninggalkan Gulf dan Techno didalam kamar saat Techno memberikan obat untuk Gulf.

"Tuan Gulf, mulai hari ini saya akan menjadi pelayan pribadi anda." Senyuman Techno hanya dibalas dengan anggukan kaku dari pangeran manis. Sisa perjalanan hanya Gulf habiskan dengan mengurung diri didalam kamar. Memikirkan bagaimana dia menjadi sebuah beban bagi Mew.

Tbc.
Thank you for 100 read!!!
Gak nyangka bakal ada orang yang mau baca cerita ini TT.

Broken crown (MewGulf)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang