Hari ini aku sibuk membuat beberapa proposal kegiatan sekolah. Entah ada acara apa, hari ini juga terlihat riuh dan ramai sekali. Beberapa mata pelajaran ditiadakan karena acara tersebut. Cara teman sebangku sempat mengatakan bahwa hari ini ada pertandingan basket antar sekolah dan hari ini adalah final pertandingan tersebut. Dia membantuku mengetik beberapa tulisan.
Aku sibuk di kelas hingga aku lupa makan, Cara tahu bahwa aku mempunyai magh sehingga dia membelikan ku beberapa snack untuk ku makan.
Tak terasa bel berdering pertanda pulang. Andrew yang biasa pulang bersamaku harus pulang lebih dulu lantaran dia ada janji dengan teman-teman ekstrakulikuler.
"Ah lelah sekali rasanya, proposal ini harus aku serahkan ke Pak Daniel dan Bu Maria hari ini juga. Setelah aku print, aku memberikan kepada mereka untuk mereka baca," kataku.
Aku mencetak proposal itu di tempat biasa. Setelah itu aku menuju ruangan Pak Daniel dan Bu Maria. Ini alasan aku menjadi takut ketika semua pulang dan aku harus pergi ke ruang guru sendiri. Koridor-koridor di sekitarnya terlihat menyeramkan menurutku.
Aku pun memberanikan diri untuk masuk dan membuka pintu untuk masuk. Di ruangan itu hanya ada Pak Daniel sedangkan Bu Maria sudah pulang sejak siang tadi. Pak Daniel menyuruhku untuk membawa pulang saja proposal itu. Lalu aku pun memberikan proposal sisanya pada Pak Daniel.
"Pak ini proposal yang telah dibuat. Bapak bisa mengecek apakah ada yang kurang, agar lebih cepat diberikan kepada pihak sponsor," kataku.
"Baiklah," jawab Pak Daniel. Guru paling muda di sekolah ini, yang banyak orang mengaguminya.
"Baiklah kalau begitu saya permisi pulang," kataku lalu berbalik arah dan hendak pergi tiba-tiba suara Pak Daniel terdengar lagi.
"Celia, proposal yang untuk Bu Maria biar nanti saya yang akan beri kepadanya. Karena saya baru ingat nanti malam akan ada rapat untuk acara ini nanti malam dan tolong beritahukan kepada seluruh koordinator setiap divisi untuk hadir," kata Pak Daniel.
"Baik Pak," kataku lalu sebelum aku benar-benar keluar, aku segera mengirimkan chat kepada koordinator setiap divisi acara tersebut.
Aku pun keluar hendak pulang dengan bus kota seperti biasa. Namun sesuatu terjadi tepat di pertigaan koridor. Sebuah seseorang bertubuh tinggi menghadang ku ketika aku sedang ingin membalas pesan Kak Marcell. Aku meliriknya dan perlahan aku menatap orang itu.
"Theo," gumamku.
Kami saling berdiam. Untungnya tidak ada seorang pun yang melihat kami. Kecuali mungkin dia akan berbicara dengan nada tinggi sehingga Pak Daniel mendengar ucapan kita.
30 detik berlalu, kita belum ada suara. Sebenarnya apa yang dia pikirkan. Aku heran dengan pikiran lelaki. Aku pun hendak pergi, tetapi dia menahan lenganku.
"Aku rasa kamu cukup pintar untuk bisa mengenalku. Benarkah Celia?" katanya yang mundur satu langkah untuk bisa melihat wajahku lagi.
"Ya dan aku rasa, aku cukup bagus dengan ingatanku. Dengan semua kenanganmu, tentu saja aku masih mengenalmu, Theo" kataku untuk pertama kalinya aku menyebut namanya setelah 7 tahun yang lalu.
"Untuk pertama kalinya aku mendengar kamu memanggil namaku. Aku tidak menyangka bahwa kamu bersekolah disini dan bertemu denganmu. Kemarin aku sempat memikirkanmu, aku menerka bahwa itu dirimu dan dugaanku benar," kata Theo dengan senyuman sinisnya.
Aku langsung bertanya pada intinya kepada dirinya, "apa mau mu?".
"Celia, aku rasa kamu belum berubah. Kamu tetap Celia yang dulu aku kenal. Sekarang aku ingin mengajakmu pergi ke suatu tempat dan ingin bertanya semua hal terhadapmu," kata Theo lalu meraih tanganku dan mengajakku pergi.
YOU ARE READING
Remember When....
Teen FictionJangan pernah berhenti membaca dalam satu halaman ataupun satu alur cerita saja. Karena kalian akan menemukan sesuatu yang berbeda ketika akhir ceritanya :) // Series ke-2 akan rilis tanggal 12 Mei 2019 dengan judul MOMENTS: WHO ARE YOU //