Tristan berlari menyusul Serena. Sampai di depan pintu, dia berhenti. Mengepalkan tangan ketika melihat Serena dan Sabiru bertemu untuk kesekian kalinya. Tristan mengeratkan rahangnya."Aku sudah selesain semua sama Nadine. Selanjutnya, biar kalian yang atasi. Maaf, mas..."
Sabiru menggeleng, "Are you alright?"
"Dia bersamaku!" sela Tristan, dia melangkah maju mendekati Serena, menggenggam tangan Serena dan menatap Sabiru.
"Dia datang bersamaku dan aku mendengar semua percakapan mereka." kata Tristan.
Sabiru mengerutkan dahinya, dia tidak pernah melihat laki-laki di sebelah Serena sebelumnya. "Siapa kamu?" tanyanya.
Tristan tersenyum sinis, "Aku calon suami Serena." katanya membuat Serena menatap tajam padanya.
Sabiru menunduk, melihat tangan Serena di genggam oleh laki-laki ini. Lalu dia tersenyum. "Jadi ini... Yang kamu bicarakan pas kamu masih di New York kemarin?"
Serena menganga. Dia bahkan lupa jika pernah menceritakan tentang Tristan pada Sabiru. Lalu dia mengangguk.
Sabiru menghela nafas. Ada perasaan aneh saat mengetahui kebenaran jika Serena sudah memiliki calon suami. Sabiru menatap Tristan. "Apa aku boleh bicara berdua dengan Serena?"
"Kalian sedang bicara."
"Ada hal penting yang ingin aku sampaikan. Hanya berdua." jelas Sabiru.
"Ti--" Tristan menoleh pada Serena yang meremas kuat tangannya. "What are you doing?" tanyanya, menatap kesal Serena.
"Hanya sebentar. Kamu tunggu di mobil, ya." kata Serena.
Tristan memiringkan kepalanya, dia menghela nafas. "Hanya sebentar!" Serena mengangguk. Dan melayangkan matanya, menyuruh Tristan pergi.
Sabiru tertawa pelan melihat adegan tadi. Kenapa Serena harus selembut itu sama Tristan, pikirnya. Lalu berdehem dan menatap Serena.
"Jadi... Beneran?"
"Bisa percaya, bisa juga tidak. Terserah." Serena tersenyum.
Sabiru mengangguk. "Sejak kapan?" tanyanya.
"Sejak aku sadar dengan perasaanku."
"Rumit ya?"
"Aku tidak mungkin menyakiti hati Nadine lebih parah lagi. Aku juga tau kalo mas masih sangat menyayangi Nadine. Aku sadar, kehadiran aku di tengah-tengah kalian tentu tidak baik. Aku sadar dari awal." kata Serena. Dia mau hari ini juga selesai. Tidak ada unek-unek yang dia pikirkan lagi.
"Dan, kamu juga harus tau. Kalo aku tidak bisa egois. Aku tidak bisa mencintai dua orang sekaligus."
Serena mengangguk paham. "Hanya mas yang bisa memilih. Aku percaya pilihan mas yang terbaik." dia tersenyum.
"Kamu mau tau aku milih siapa?" pertanyaan Sabiru membuat Serena menelan ludah. "Aku mencintai kamu, tapi aku tidak bisa melepas Nadine. Aku akan jadi laki-laki paling jahat kalo aku memilih dua-duanya."
"Pilihlah Nadine, mas... Dia pantas untuk mendapatkan hati mas kembali. Beri dia kesempatan. Aku yakin kali ini dia pasti mau menerima mas lagi."
Sabiru tersenyum, ya. Dia tidak boleh egois, dia sadar dirinya sudah melangkah jauh. Mencari Serena di saat ada masalah dengan Nadine. Membuatnya memiliki perasaan terhadap Serena. Alangkah egoisnya jika dia memilih keduanya. Serena berhak bahagia, begitupun dengan dirinya. Biarlah ini jadi pelajaran untuk mereka di kemudian hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Had No Choice (Completed)
RomancePercaya tidak? Jika cinta datang karena terbiasa bertemu? ***Tokoh, tempat, nama, latar belakang. Semuanya hanya fiksi. Tidak nyata. Jika mendapati ada kesamaan. Itu hanya ketidak sengajaan yang dibuat oleh penulis***