14. Kencan dengan Calon Adik Ipar

1.1K 203 13
                                    

-Author POV

Daniar bingung. Sebelumnya ia hendak membawa Reira ke apartemen gadis itu, tapi setelah dipikir-pikir ulang tak bisa ia lakukan mengingat gadis itu sangat mudah membuatnya khawatir. Dalam keadaan sakit saja dia bisa memecahkan gelas, apalagi ketika ia sedang mabuk seperti saat ini?

Bisa-bisa isi apartemen gadis itu malah hancur ketika ia tinggalkan seorang diri.

Maka setelah ia melakukan perang batin, pria itu memutuskan untuk membawa pacarnya ke apartemennya.

Helaan napas keluar dari bibir Daniar ketika dia sudah berada di dalam mobil, kemudian ia menatap Reira yang duduk di sebelahnya dengan mata terpejam.

"Kalau tidak kuat minum kenapa nekat sih?" Gumamnya sebelum ia benar-benar membawa mobilnya pergi dari lokasi tersebut.

•--•

Reira membuka matanya kala suara berisik dari ponselnya menyapa indera pendengarannya. Dengan mata yang masih setengah terpejam ia mulai meraba-raba ke nakas yang berada di sebelahnya lalu ia matikan dengan kesal.

Kalau boleh jujur, kepalanya saat ini pusing sekali.

Gadis itu heran berapa banyak ia minum tadi malam. Beberapa detik kemudian ia merasa perutnya diaduk-aduk hingga rasa mual membuatnya lari menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar ini.

Sedetik kemudian Reira tersadar. "Loh... Kok aku ada di kamar Kak Daniar?"

Tanpa pikir panjang setelah ia benar-benar sudah membasuh wajahnya, Reira keluar dari dalam kamar dan berjalan pelan menuju dapur. Baru saja beberapa langkah ia meninggalkan kamar, bau masakan rumahan langsung masuk ke indera penciumannya.

Ia menghampiri Daniar yang masih sibuk memasak. "Kak..."

"Sudah bangun?" Daniar langsung mengalihkan atensinya pada Reira yang sudah duduk di meja pantry. Kemudian mengambil sesuatu di dalam lemari pendingin, "Minum susu beruang ini dulu. Kamu tadi malam terlalu banyak minum."

Gadis itu hanya mengangguk tanpa bersuara lagi. Setelah tegukan yang ketiga baru dia kembali bersuara. "Kakak tadi malam tidur di sofa ya?"

"Hmm," Daniar mematikan kompornya lalu kembali menghadap ke Reira. "Iya... Kenapa?"

Mengabaikan wajahnya yang merona malu, gadis itu berdeham sebelum bertanya. "Aku... Gak aneh-aneh kan tadi malam?"

"Aneh-aneh ya..." Daniar terlihat sibuk berpikir dengan tangan yang ia lipat didepan dada dan pandangan yang sedikit menerawang. "Hanya mencium bibirku, duduk di atas pangkuanku, lalu minta cium lagi, lalu..."

"Oke cukup! Aku sudah ingat."

Reira sekarang benar-benar malu. Bahkan sekarang bukan hanya wajahnya saja yang memerah, tapi kedua telinganya pun juga. Daniar tertawa. Kemudian dia menyodorkan semangkuk sup hangat ke hadapan Reira.

"Habiskan." Dia meletakkan peralatan memasaknya yang kotor ke wastafel. "Aku mau ke kampus sebentar. Kamu tidak kuliah kan? Tunggu di sini," sebelum Daniar benar-benar pergi meninggalkan dapur, dia berbalik lagi. "Oh iya... Nanti Januar ke sini."

"Pulang jam berapa?" Tanya Reira.

Daniar terlihat berpikir sejenak sebelum menjawab, "Sepertinya siang. Aku hanya sebentar kok, setelah urusannya selesai langsung pulang."

Gadis itu mengangguk kemudian Daniar bersuara lagi. Kali ini dia mengecup kening Reira. "Kalau Januar sudah datang ajak dia keluar untuk cari makan ya? Jangan sampai perutmu kosong karena tidak makan."

RENJANA | Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang