Sen, 22 Juni 2020
🍑
Setelah ketukan kelima kali, barulah pintu rumah Nuka terbuka lebar memperlihatkan wajah cowok tinggi itu. Seperti tebakan Zee, raut Nuka kelihatan kaget bukan main karena melihat ia bertamu tanpa berkabar terlebih dahulu kepadanya. Sementara Zee, ia menyunggingkan senyuman terbaiknya sambil melambaikan tangan ke atas.
Hari ini cewek berkucir kuda itu benar-benar merealisasikan perintah Pak Arif soal tugas tambahan yang dibahas kemarin dulu. Namun ia ke sini tanpa berkabar terlebih dahulu kepada sang tuan rumah. Oh, ayolah, Zee tahu bagaimana jadinya kalau ia mengabari Nuka karena ingin belajar, cowok itu pasti akan menolak mentah-mentah. Alhasil, dia datang mendadak seperti ini.
"Lo ngapain ke sini?" tanya Nuka masih memasang wajah kagetnya. Sebenarnya itu terlalu lebay, memangnya Zee makhluk apaan sampai dia harus sekaget itu.
Cewek yang menenteng tas ransel itu menghela napas pelan. "Gue tau lo pasti pura-pura lupa." Karena tak mendapat jawaban dari Nuka, Zee meneruskan kalimatnya. "Gue ke sini buat belajar bareng. Lo pasti nggak akan lupa gitu aja soal hal ini. Inget, kita itu udah setengah perjalanan, lo pasti bisa perbaiki nilai lo."
"Bisa nggak sih lo lupain aja semua tentang kegiatan ini? Gak ada gunanya tau nggak. Lo cuma buang-buang waktu." Tangan Nuka ia masukkan ke dalam saku celananya kemudian menatap Zee tanpa ekspresi.
Cewek itu menggeleng. "Gak bisa. Lagian, nggak pernah ada yang namanya belajar yang buang-buang waktu. Yang ada itu lo yang kurang usaha."
Nuka berdecak sebal. Sedetik kemudian, Zee melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.
"Eh, eh, lo main nyelonong aja masuk rumah orang," ucap Nuka, ia menghalangi jalan Zee dengan memegang batang pintu di hadapannya.
"Makanya persilakan masuk dong. Masa ada tamu lo biarin jadi patung di luar."
Cowok berkaos lengan panjang abu-abu itu mengalah. Tak ada gunanya menghalangi Zee dengan semangat 45nya yang kian menggebu-gebu itu. Akhirnya ia melepaskan pegangannya dari batang pintu mempersilakan Zee berjalan masuk ke arah ruang tamu.
"Btw, kok lo yang bukain? Bi Kalsum kemana?" Zee menaruh tas ranselnya di lantai sambil mengeluarkan beberapa perkakas menulis.
"Lagi keluar."
Cowok tinggi itu berjalan ke dalam ruang keluarga mengambil satu buah karpet yang tergulung lalu membawanya ke ruang tamu. Ia menggelar karpet bermotif wajah panda berwarna hitam putih itu ke lantai di ruang tamu tepat di bawah meja.
Zee yang melihat itu langsung membantu Nuka merapikan karpet. "Baru aja gue mau minta."
Nuka mengangkat bahu sekenanya, "Gue nggak mau abis belajar malah jadi bungkuk kalau belajar sambil duduk di sofa."
Kegiatan belajar dimulai dengan pelajaran fisika. Mata pelajaran Pak Arif yang sebenarnya menjadi pelajaran pertama yang harus dikuasai Nuka. Cowok itu dengan saksama memperhatikan Zee menjelaskan beberapa teori di buku cetak.
Setelah beberapa kali menjelaskan cara kerja dan memperlihatkan contoh soal kepada Nuka, Zee kemudian menulis beberapa butir soal yang harus dikerjakan cowok itu.
"Pelajaran hitungan itu perlu latihan yang banyak. Kalo cuma sekali dua kali nggak bakal tinggal di otak," ucap Zee kemudian menyerahkan buku yang sudah ia tulisi soal kepada Nuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
NUKA ZEE
Teen Fiction[HARAP FOLLOW SEBELUM BACA! HANYA CERITA FIKTIF ANAK SMA YANG PASTI BAKAL BIKIN BAPER] ❤️❤️❤️ __________ Tak ada yang paling menyebalkan selain diberi keharusan untuk menjadi mentor belajar seorang murid baru di sekolahnya. Zidney Chalondra atau bia...