(16) : Drama Cinta Segiempat

46 2 3
                                    

Kam, 23 Juli 2020

🍑


Tingkat kepintaran orang memang berbeda-beda. Ada yang berbakat di bidang akademik, sebagian lainnya ada yang jago di olahraga, atau ada juga yang memfungsikan otak kanannya dengan kreatifitas. Tapi yang membuat Zee terheran-heran, entah terbuat dari apa otak Nuka sehingga cowok itu sama sekali tak menemukan bakat di ketiga bidang itu.

Seperti yang terjadi dipelajaran olahraga kemarin. Cowok yang bisa dibilang punya postur tubuh cukup bagus itu rasanya aneh kalau dia tak bisa memasukkan bola basket ke dalam jaring. Walaupun tak semua orang bisa melakukannya, tapi hal itu tetap aneh menurut Zee. Sangat jarang ada cowok yang gagal dipelajaran olahraga, kecuali kalau memang dia sedikit 'belok', tapi Nuka tak begitu. Justru cowok itu sangat macho untuk ukuran sebayanya.

Zee merutuk dalam hati, kenapa ia tak bisa menghentikan rasa penasarannya tentang Nuka, walaupun ia masih bisa menahan untuk tak bertanya langsung karena takut menyinggung perasaan cowok itu, tapi ia tetap tak bisa menyudahi rasa penasaran yang bertengger di kepalanya.

"Woi!!"

Suara Nuka menyentaknya kembali ke realita. Ia hampir lupa kalau saat ini sedang belajar bareng Nuka seperti biasa.

"Ih. Ngagetin aja," ucap Zee kesal sambil memukul lengan atas Nuka cukup keras.

Nuka mengusap-usap lengannya sejenak. "Malah mukul lagi," protesnya. "Makanya kalo lagi ngajarin tuh jangan kebanyakan bengong. Gue nggak bakal pinter kalo kerjaan lo ngelamun doang."

Zee mencibir. "Omongan lo sok tinggi. Pinter itu dari diri sendiri, bukan orang lain. Gue cuma jadi perantara dengan ngajarin lo, selebihnya ya lo yang tetep harus berusaha.

"Gue udah berusaha."

"Mana buktinya?"

Nuka menunjuk buku dihadapannya. "Buktinya sekarang gue masih mau belajar. Bukan cuma sekarang, udah sebulan lebih ini gue kerjanya belajar terus."

"Dan selama sebulan ini juga lo bahkan nggak nunjukin hasil dari belajar lo itu."

"Proses, Zee. Proses. Intinya itu ya berusaha dulu. Sebulan ini gue gagal ya itu hal biasa. Lo nggak pernah denger cerita salah satu pendiri brand makanan paling terkenal? Beliau itu pernah ditolak 1009 kali dalam kurun waktu dua tahun. Gue baru sebulan gagal, itupun masih diajarin sama lo."

Zee terdiam mendengar penjelasan Nuka yang bisa dibilang cukup bijak itu. Walaupun dilihat cowok itu selalu punya nilai rendah di mata pelajaran Pak Arif dan lain-lain, tapi itu tak membuat Nuka terlihat kaku dalam memilih kalimatnya, terbukti dari ekspresi wajahnya sekarang yang terlihat sangat serius.

"Kata-kata lo ketinggian banget." Zee mengibaskan tangan di depan muka Nuka. "Kalo emang apa yang lo ucapin itu bener, lo buktiin dong. Tiap orang kan punya cerita yang beda-beda untuk sukses."

"Gue tau, tapikan dengan adanya cerita pengalaman kayak gitu bisa dijadiin pelajaran buat orang-orang."

"Iya, iya, nggak usah banyak omong, selesaiin soal yang gue kasih dan lo anggurin daritadi itu," balas Zee sambil menunjuk buku yang berada di hadapan Nuka.

Cowok itu hanya menatapnya datar. Kemudian kembali mengalihkan pandangannya ke arah buku.

Zee hanya terkekeh, kalau dipikir-pikir Nuka sudah mengalami sedikit perubahan dalam hal kemauannya untuk belajar. Tidak seperti dulu yang harus dipaksa agar cowok itu mau membuka buku, sekarang justru Nuka lebih mudah diajak, seolah-olah seperti kewajiban yang harus mereka lakukan di sekolah. Zee yakin lambat laun cowok itu pasti bakal memperbaiki nilainya.

NUKA ZEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang